Sekolah Aman Komprehensif-Building Disaster Resilient School

May 26, 2017 | Author: Faisal Grahadi | Category: Disaster risk reduction
Report this link


Description

Building Disaster Resilient School Kesiapsiagaan Bencana dan Peningkatan Kapasitas Psikososial Sekolah untuk Mewujudkan Sekolah Aman yang Komprehensif* Oleh: Faisal Grahadi Wibowo, Martina Estrely dan Mira Caliandra

*Artikel ini merupakan dokumentasi kegiatan penguatan kapasitas sekolah dalam bidang kesiapsiagaan bencana dan pendampingan psikososial yang didanai oleh Community Engagement Grants (CEGs) UI 2014.

Program Sekolah Aman Komprehensif merupakan program kesiapsiagaan bencana secara komprehensif (kesiapsiagaan dalam aspek fisik, psikologis, dan sosial) di delapan sekolah dari empat desa di Kabupaten Bogor dengan melibatkan mahasiswa dan relawan maupun narasumber mitra (BPBD Kabupaten Bogor). Program ini digagas oleh tim pengabdi

yang terdiri dari para praktisi pendampingan psikososial komunitas dari Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan mahasiswa yang memiliki minat dan kompetensi di bidang pemulihan psikososial pascabencana. Untuk melaksanakan kegiatan ini, tim juga merangkul staf pengajar dari Universitas Indonesia dan mahasiswa serta relawan desa setempat untuk terlibat sebagai tim pendamping sekolah. Program ini dibiayai oleh dana hibah pengabdian masyarakat Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia dan bermitra dengan BPBD Kabupaten Bogor. Melalui program ini, tim dengan kompetensi yang dimilikinya mengupayakan terciptanya sekolah aman yang komprehensif dengan menjalin kerja sama dengan warga sekolah yang terdiri dari para guru, murid, staf administrasi sekolah, para orangtua dan warga sekitar lingkungan sekolah, serta berbagai pemangku kepentingan lain sehingga sekolah lebih siap dalam menghadapi situasi darurat akibat bencana. Selain itu, dengan penguatan kapasitas dan pendampingan psikososial yang dilakukan tim, diharapkan agar sekolah dapat menjadi tempat yang lebih aman bagi anak dan dapat berkontribusi terhadap upaya pemulihan psikososial anak pascabencana. Kabupaten Bogor dipilih sebagai daerah dampingan mengingat bahwa kabupaten terluas di Indonesia ini memiliki tingkat kerentanan bencana yang tinggi. Berdasarkan data indeks rawan bencana 2011, BNPB menetapkan wilayah Kabupaten Bogor sebagai peringkat ke-5 daerah rawan bencana di Indonesia. Di tahun 2014, dalam bulan Januari saja jumlah kejadian bencana sudah mencapai 79 kejadian, 60 kejadian di antaranya adalah longsor. Adapun empat desa yang menjadi lokasi program CEGs UI yaitu Desa Karangtengah, Bojongkoneng, Cibadak, dan Sukamakmur merupakan rekomendasi dari BPBD Kabupaten Bogor dan di pilih berdasarkan tingkat kerentanan bencana yang di ukur dari berbagai faktor diantaranya jumlah kasus yang terjadi dari tahun ke tahun hingga potensi resiko bencana yang terdapat di wilayah tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan adalah pelatihan fasilitator sekolah yang terdiri atas mahasiswa berbagai universitas (UI, UNJ, dan Unpad) serta relawan lokal dari empat desa dampingan. Melalui program ini, tim melalui mahasiswa dan relawan pendamping desa tangguh yang sudah dilatih akan memfasilitasi sekolah dalam pembentukan komite kesiapsiagaan dan tanggap darurat sekolah dan berbagai kegiatan kesiapsiagaan lainnya di sekolah. Setelah pelatihan, para fasilitator sekolah bertugas untuk bekerja bersama dengan warga sekolah untuk membentuk komite sekolah siaga bencana di masing-masing sekolah pada empat desa dampingan. Komite ini dipimpin oleh pimpinan sekolah dan beranggotakan

para guru. Komite sekolah siaga bencana ini berfungsi untuk menyusun dan mengimplementasikan kegiatan edukasi dan simulasi bencana di sekolah, berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan bencana di daerahnya sehingga sekolah memiliki pihak yang menjadi penanggung jawab untuk melaksanakan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana di sekolah secara terkoordinasi, terencana, dan terpadu. Hasil lainnya dari program ini adalah tersusunnya rencana kesiapsiagaan dan tanggap darurat sekolah berupa kebijakan, peraturan, dan prosedur untuk mempromosikan keamanan dan kesejahteraan fisik maupun emosional para siswa, melindungi harta benda sekolah, dan mengatur pengoperasian sekolah ketika terjadi bencana. Rencana ini juga mencakup kegiatan mengidentifikasi dan menentukan jalur serta lokasi evakuasi bagi warga sekolah. Adapun rencana kesiapsiagaan ini telah dikembangkan berdasarkan hasil analisis resiko yang menggali berbagai sumber bahaya yang dapat terjadi di sekolah, termasuk penilaian terhadap kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah, baik kapasitas secara fisik maupun sumber daya manusianya. Tim fasilitator bersama dengan komite kesiapsiagaan bencana sekolah juga telah melaksanakan edukasi serta simulasi bencana di sekolah yang bertujuan untuk membangun kapasitas siswa dan seluruh warga sekolah untuk merespon bencana, serta meningkatkan kesadaran warga sekolah mengenai pentingnya mitigasi bencana. Selain itu, dengan melakukan latihan simulasi bencana, tim fasilitator dan komite kesiapsiagaan bencana dapat mengevaluasi pelaksanaan dan membuat rekomendasi untuk menyempurnakan rencana kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang telah dimiliki untuk semakin mengasah kemampuan warga sekolah dalam merespon situasi darurat.

Penguatan Kapasitas Guru: Dukungan Psikososial untuk Anak: Sumbangsih Tim Pengabdi terhadap Model Sekolah Aman

Ketangguhan dalam menanggulangi dampak bencana tentu tidak lengkap jika hanya mencakup berbagai aspek fisik tanpa memperhitungkan aspek psikososial dan emosional komunitas sekolah dalam menghadapi bencana. Hal ini disebabkan karena bencana tidak hanya menimbulkan dampak fisik, namun juga dampak psikososial pada anak. Pada kasus pascabencana, tidak sedikit anak-anak yang mengalami stres; menjadi lebih cemas, menarik diri, mengalami perubahan perilaku, penurunan motivasi dan prestasi belajar, dan sebagainya. Melalui program sekolah aman komprehensif ini, tim telah melakukan pelatihan psikososial

bagi para guru di delapan sekolah dari empat desa dampingan kami. Dengan melatih guru untuk menjadi pendamping psikososial anak, hasil yang diharapkan adalah agar guru dapat memenuhi kebutuhan psikososial anak yang muncul pascabencana dan membangun kembali ketangguhan/resiliensi anak.



Comments

Copyright © 2024 UPDOCS Inc.