Bab 3
Empat penjara manusia
Manusia diistilahkan dengan basyar dan insan . Basyar diartikan sebagai "sekedar berada" (being), sedang insan adalah makhluk menjadi (becoming) mengandung makna "maju".Manusia berbeda dengan makhluk lain karena bisa menciptakan kemajuan – kemajuan.
Manusia mempunyai potensi kesadaran, kemauan yang bebas dan kreativitas. Dengan ketiga hal ini lah manusia akan berkembang " manusia menjadi". Melawan ideologi – ideologi yang mengekangnya seperti materialism, naturalism, eksistensialisme, dan monisme. Ditambah lagi dengan historisme, sosiologisme, dan biologisme, cara berpikir yang meremehkan kebebasan dan kesadaran manusia.
Tetapi benarkah manusia- yang dengan kecerdasannya berhasil menaklukkan alam dengan teknologi – ternyata belum berhasil memecahkan masalah manusia sendiri ?. Pertanyaan " Apakah manusia itu?" masih belum terjawab oleh manusia. Bagaimana manusia bisa membangun kebudayaan yang bermanfaat bila tentang dirinya, tujuannya,, dan kebutuhan – kebutuhannya masih belum diketahui?. Manusia hanya akan membangun sistem dan menjadi budak sistem untuk mencapai tujuan sistem. Bukan terpusat pada eksistensi dan kemajuan manusia.
Menurut Ali Shariati, ada empat penjara sebagai kekuatan determinan yang harus dilalui manusia dalam proses kemajuannya.
Pertama adalah alam, sebagai tempat tinggal manusia bukan berarti perkembangan manusia juga ditentukan oleh geografis lingkungannya. Kedua adalah sejarah, gerak dan hukum – hukum sejarah mempengaruhi mental, persepsional, moral dan kesadaran manusia. Begitu juga dengan yang ketiga yaitu masyarakat, manusia hanya menjadi bentukan dari masyarakatnya, bagaimana ia hidup pada suatu masyarakat maka manusia dengan tipe seperti itulah dia.
Manusia bisa membebaskan diri dari ketiga penjara ini dengan menguasai ilmu dan menghasilkan teknologi. Kesadaran dan pemahaman mengenai sejarah dan manusia akan menolong untuk membuat lompatan – lompatan kemajuan, manusia sendiri yang akan membentuk, mendesain dan memperbarui masyarakatnya. Tentunya harus dengan kesadaran dan kemampuan iradah.
Penjara yang keempat adalah ego. Keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup mengantar manusia pada suatu absurditas kehidupan. Manusia yang dengan ilmu mempunyai kekuatan tapi lemah secara moral spiritual. Satu hal yang bisa membebaskannya yaitu cinta, cinta yang sangat kuat untuk melawan diri sendiri, mengorbankan kehidupan untuk cita – cita atau orang lain. Karena akal tidak mampu untuk mengatasi masalah internal dan alogis dalam diri manusia seperti ini.
Bila manusia telah membebaskan diri dari penjara alam dan masyarakat dengan sarana ilmu dan dari penjara ego dengan sarana cinta dan iman, maka ia akan menjadi manusia yang bebas, kreatif, memilih dan sadar. Menjadi manusia penuh seutuhnya.
Bab 4
Piramida sosiologi kebudayaan
Manusia pemikir unik, motivasi dan pandangan baru,
Perubahan
Kaum cendekiawan , pemuja sains
Massa rakyat, kaum awam purbasangka, terbelengggu tradisi agama dan inferior thd sains
Di berbagai masyarakat, pola piramidik inilah yang terjadi, dimana masyarakat yang paling banyak adalah massa yang tunduk pada agama, menilai dan menentukan agama dari kualitas kecerdasan dan persepsi mereka yang akhirnya terjebak dalam tradisi – tradisi keagamaan. Sementara kaum di atasnya para cendekiawan, sangat mengagungkan sains sebagai penolong kehidupan manusia di alam ini sehingga menyampingkan bahkan meniadakan aspek agama. Lapisan yang paling puncak dan paling sedikit, sehingga ditandai dengan bintang. Mereka adalah orang – orang yang berpikir luas, menentang para cendekiawan, memberikan ide perub ahan. Penting bagi kita untuk mengetahui pola ini, dan memahami pemikiran – pemikiran para bintang yang mempengaruhi zaman kita.
Salah satu contoh adalah Alexis Carrel, dokter yang mengajak manusia dalam perdamaian, ia berhasil mempertahankan hati ayam di luar tubuhnya selama 35 tahun. Beliau berpendirian bahwa cinta, kasih sayang dan pengabdian adalah inheren dalam dalam diri manusia seperti kebutuhan – kebutuhan fisiknya, ia yakin bahwa ibadah dan doa akan mengangkatnya dari keduniaan menuju ke atas kea rah pusat spiritual alam yang penuh misteri.
Bab 5
Penggalian dan Penyaringan Sumber – Sumber Kebudayaan
Sumber daya alam yang melimpah ruah tidak akan memmecahkan masalah kelaparan dan keterbelakangan, harus disertai dengan daya kerja ilmiah dan teknik yang cerdas.
Ketergantungan ekonomi bisa berubah ke produktifitas dan kreatifitas ekonomi dengan kesadaran pengenalan diri, yang akan memperkuat budaya sehingga tidak menjadi boneka yang meniru dan membeo.
Kaum intelektual Timur seringkali bergantung pada barat. Meniru seutuhnya kebudayaan barat tanpa mempertimbangkan kebudayaan sendiri. Hal ini memberikan kesempatan bagi barat untuk memeras dan merusak kepribadian orisinal.