1. POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) I Kadek Suaryana REFERAT POLIKLINIK 2. Topik Bahasan : Latar belakang Kajian pustaka • Definisi PTSD • Epidemiologi PTSD • Etiologi dan Patogenesis PTSD • Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-5, PPDGJ III dan DSM IV • Prognosis dan tatalaksana Ringkasan 3. Latar belakang ■ Setelah mengalami traumatis, normal untuk merasa takut, sedih dan cemas. ■ Tetapi, apabila keadaan tersebut tidak hilang dan merasa terjebak dengan perasaan yang menetap terhadap bahaya dan kenangan yang menyakitkan, mungkin orang tersebut menderita gangguan stress pasca trauma (PTSD). ■ Pada DSM–5, gangguan yang menyerupai PTSD disebut acute stress disorder, dimana gejala yang timbul bertahan dalam kurun waktu 3 hari sampai dengan 1 bulan (Chris dkk, 2014). 4. ■ Bila gejala tersebut bertahan hingga lebih dari 4 minggu, didiagnosis PTSD. ■ Jika kita bandingkan dengan kriteria diagnosis DSM IV & PPDGJ III sebelumnya tampak adanya perbedaan kriteria diagnosis antara dengan DSM-5 yang terbaru saat ini. ■ Perbedaan kriteria diagnosis tersebut akan dibahasan dalam tinjauan pustakan ini. 5. KAJIAN PUSTAKA ■ Gangguan stress pascatrauma (posttraumatic stress disorder–PTSD) suatu sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat didalam, atau mendengar stresor traumatik yang ekstrim dan bereaksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, sehingga mereka secara menetap menghidupkan kembali peristiwa tersebut, dan mencoba menghindari mengingat hal itu Definisi PTSD (Yehuda, 2014) 6. ( dikutip dari Sthal, 2013) Karakteristik Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 7. ■ Prevalensi PTSD 8% populasi umum ■ Prevalensi seumur hidup perempuan 10-12% dan 5- 6% pada laki-laki. ■ Pada kelompok resiko tinggi yang mengalami peristiwa traumatis angka prevalensi seumur hidupnya 5-75%. ■ PTSD dapat terjadi pada usia berapapun dengan prevalensi tersering dewasa muda akibat pajanan situasi penginduksi. ■ Trauma pada laki-laki biasanya berupa pengalaman berperang sedangkan pada perempuan kekerasan dan perkosaan. ■ Cenderung terjadi pada orang yang lajang, bercerai, janda, menarik diri secara sosial, atau tingkat sosioekonomi rendah Epidemiologi PTSD (Robert dkk, 2009; Saigh dkk, 2013) 8. Faktor Predisposisi a) Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu yang bersangkutan maupun keluarganya; b) Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun seksual; c) Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir; d) Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisosial; e) Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial; adanya problem menyesuaikan diri; f) Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna; g) Terpapar oleh kejadian–kejadian dalam kehidupan yang luar biasa sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh individu yang bersangkutan sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya. (James dkk, 2014): 9. PTSD Biologi Stressor Pola asuh Perilaku kognitif Patofisiologi PTSD • Aktivasi kembali trauma pada masa kanak-kanak • Pengalaman perang, • Penyiksaan, bencana alam, • Penyerangan, perkosaan, • Kecelakaan serius • Orang yang mengalaminya tidak mampu memproses • atau merasionalisasikan trauma pencetus gangguan ini Sistem otak : amigdala merespon peristiwa traumatik 10. • Cemas pada PTSD dipicu tidak hanya dari stimulus external tetapi juga dari memori seseorang. • Memori traumatik yang tersimpan pada hipokampus dapat mengaktivasi amigdala, mengaktivasi region otak yang lain dan menghasilkan respon takut. • Ini dinamakan Re-experiencing yang sering tampak pada gejala dari PTSD (dikutip dari Sthal, 2013) 11. • Perasaan takut melalui sikap seperti menghindar (Avoidance) yang diatur oleh amigdala dan periaqueductus gray (PAG) yang berhubungan secara timbal balik. • Avoidance pada kasus ini adalah respon motorik dan kemungkinan dapat disamakan dengan ancaman. (dikutip dari Sthal, 2013) 12. Sistem Simpatis dan Parasimpatis ■ Sejumlah studi menemukan peningkatan konsentrasi epinefrin urin 24 jam pada veteran dengan PTSD dan peningkatan katekolamin urin pada perempuan yang mengalami penyiksaan seksual. Pada PTSD, reseptor β-adrenergik limfosit dan α-trombosit mengalami downregulation, kemungkinan sebagai respon terhadap peningkatan kronis katekolamin. 13. Sistem Kortisol■ Sejumlah studi menunjukkan konsentrasi kortisol bebas rendah pada plasma dan urin penderita PTSD. ■ Terdapat pengingkatan reseptor glukortikoid pada limfosit dan percobaan dengan corticotropin releasing hormone (CRF) eksogen menunjukkan respon adenocorticotropic hormone (ACTH) yang tumpul. CRF CRH ACTH 14. Kriteria Diagnosis PTSD 15. ■ Gejala PTSD muncul setelah kejadian traumatis, bisa tertunda mulai dari 1 minggu atau hingga 30 tahun, dengan fluktuasi dari waktu ke waktu dan menjadi paling intens pada periode stress. ■ Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan menjadi pulih kembali, 40% berlanjut memiliki gejala ringan, 20% berlanjut dengan gejala sedang, dan 10% tidak akan mengalami perubahan gejala atau bahkan bertambah buruk. ■ Setelah 1 tahun, sekitar 50% dari pasien akan menjadi pulih. ■ Prognosis yang baik dapat terlihat pada onset gejala yang cepat, kurang dari 6 bulan, fungsi premorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, dan tidak adanya gangguan psikiatri, medis, atau gangguan terkait zat lain atau faktor resiko lainnya. ■ Orang yang sangat muda dan sangat tua biasanya lebih mengalami kesulitan ketika menghadapi trauma daripada orang dengan umur pertengahan Prognosis dan Tatalaksana PTSD (Yehuda, 2014) 16. Tatalaksana ■ Lini pertama golongan SSRIs, seperti Sertraline (Zoloft) dan Paroxetine (Paxil), karena keberhasilan, tingkat tolerir, dan juga tingkat keamanan obat itu. ■ SSRI mengurangi semua gejala PTSD dan sangat efektif dalam memperbaiki gejala khas PTSD, tidak hanya gejala yang mirip depresi atau gangguan ansietas lainnya. Dosis SSRI yang sering digunakan seperti Fluoxetin 10-60 mg/hr, Sertaline 50-200 mg/hr atau Fluvoxamine 50-300 mg/hr. ■ Buspirone (BuSpar) adalah obat serotonergik yang juga bisa dipakai. (Hackmann dkk, 2010; Nenad & Lars, 2010). 17. ■ Obat-obat lain yang mungkin bermanfaat pada PTSD adalah obat golongan trisiklik, yaitu Imipramine (Tolfanil) dan juga Amitriptyline (Elavil) , Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs); (misalnya: Phenelzine (Nardil), Trazodone (Desyrel), dan anti-konvulsan (misalnya: Karbamazepine (Tegretol), Valproate (Depakene). ■ Pada beberapa penelitian pemberian Reversible Monoamine Oxidase Inhibitors (RIMAS) juga bermanfaat memberikan perbaikan pada pasien PTSD. ■ Penggunaan agen anti-adrenergik seperti Clonidine (Catapres) dan Propranolol (Inderal), direkomendasikan karena teori hiperaktivitas noradrenergik pada gangguan ini. ■ Tidak ada data positif yang mendukung penggunaan obat anti psikotik (misalnya: Haloperidol (Haldol), sehingga penggunaan obat ini digunakan untuk kontrol jangka pendek pada agresif yang parah dan juga agitasi 18. RINGKASAN ■ Gangguan stress pascatrauma (PTSD) adalah suatu sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat didalam, atau mendengar stressor traumatik yang ekstrim dan bereaksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, sehingga mereka secara menetap menghidupkan kembali peristiwa tersebut, dan mencoba menghindari mengingat hal itu. ■ Kriteria diagnosis PTSD dengan menggunakan DSM–5 atau PPDGJ–III. ■ Pendekatan paling penting pada pasien trauma adalah dengan memberi dukungan dan semangat untuk membicarakan kejadian dan memberikan pengajaran mengenai berbagai mekanisme koping. Pemberian obat sedatif dan hipnotik juga dapat membantu. Lini pertama terapi PTSD adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti Sertraline (Zoloft) dan Paroxetine (Paxil). ■ Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan menjadi pulih kembali, 40% berlanjut memiliki gejala ringan, 20% berlanjut dengan gejala sedang, dan 10% tidak akan mengalami perubahan gejala atau bahkan bertambah buruk. setelah 1 tahun, sekitar 50% akan menjadi pulih.