JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXI, Maret 2008, 1-8 ISSN 0215-1685 Studi Perilaku Kekuatan Tanah Gambut Kalimantan yang DiStabilisasi dengan Semen Portland Tommy Ilyas, Wiwik Rahayu dan Donny Sofyan Arifin Riset Geoteknik Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia e–mail :
[email protected] Abstrak Meningkatkan kekuatan tanah gambut untuk digunakan sebagai dasar sebuah konstruksi jalan dapat dilakukan dengan melakukan stabilisasi tanah dengan cara mekanis. Dalam studi laboratorium dilakukan penambahan bahan aditif terhadap tanah gambut untuk mengkaji kekuatan geser dan perubahan struktur mikroskopiknya. Bahan aditif yang digunakan adalah Semen Portland tipe –V (PCV) yang dicampurkan pada tanah gambut Kadar semen yang ditambahkan adalah 10, 20 dan 30 % dengan variasi masa peram 1 dan 4 hari. Untuk uji perbaikan mutu dari tanah campuran gambut dan PC-V yang telah dipadatkan digunakan uji CBR dan uji geser Triaksial Consolidated Undrained, sedangkan untuk mengetahui struktur mikronya, digunakan foto SEM, uji XRD ( mineral ) dan analisa kimia. Hasil percobaan menunjukkan semakin tinggi kadar PC-V dalam campuran tanah gambut maka nilai kenaikan kekuatan gesernya nya juga semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan perubahan struktur mikronya dimana partikel – partikel tanah semakin menggumpal ( kohesif ) dan gel CSH ( sebagai pengikat partikel tanah ) yang dihasilkan semakin banyak. Kata kunci: Tanah gambut, struktur mikroskopis, semen portland, CBR, uji triaxial dan SEM Abstract Improvement of peat soil strength used for a basecoarse of highway construction is usually performed by soil mechanic stabilization. Aadditive material Portland Cement Tipe-V (PC-V) is used to improve the shear strength of peat soil and to observe a change in microscopic structure of the peat soil. Cement content added to peat soil samples are 10%, 20% and 30% respectively and allows to stand for a period of 1and 4 days. Soil mixtures is then compacted. CBR tests and CU triaxial tests are performed to obtain CBR value and shear strength of the soil samples while microscopic test such as SEM, XRD test and chemical analysis are performed to obtain micro structures . The test results show the more cement content added to the peat soil the more soil shear sterngth increases while the change in microscopic structures shown by soil particle becoming cohesive and CSH gels resulted more . Keywords: Peat soil, microscopic structures, portland cement, CBR, triaxial test and SEM 1. Latar Belakang Tanah gambut dikategorikan ke dalam tanah lunak yang sukar digunakan bila harus dilalui oleh suatu trase jalan. Selain itu tanah gambut memiliki tekstur terbuka di mana selain pori-pori makro, tekstur tanah gambut juga didominasi oleh poripori mikro yang berada di dalam serat gambut (Gambar 1). Dengan sistem pori ganda dan tingkat homogenitas yang tidak merata tersebut,serta berat isi tanah yang mendekati berat isi air, maka masalah penurunan yang besar menjadi masalah utama bagi struktur yang akan dibangun di atasnya. Salah satu cara untuk memanfaatkan tanah gambut sebagai bahan jalan adalah dengan cara stabilisasi tanah. Stabilisasi yang dimaksud sebenarnya adalah solidifikasi, yaitu penambahan zat aditif ( baik dalam bentuk sebenarnya atau hanya terkandung dari suatu bahan ) ke dalam suatu massa tanah untuk meningkatkan sifat mekanis-nya. Pemakaian semen sebagai bahan aditif pada tanah gambut banyak digunakan dalam beberapa penelitian di Indonesia 1 T. Ilyas, W. Rahayu dan D. S. Arifin (Damoerin & Soepandji, 2001; Hutapea & Rustamaji, 2001; Vincentia, 1997; Hidayat, 1996; Tjahyati, 1998), terutama terkait dengan peningkatan kekuatan tanahnya. Dalam tulisan ini, pemakaian bahan stabilisasi semen Portland V diamati dari efek penggunaannya, seperti rentang kadar air tanah campuran, serta dari segi ekonomisnya untuk memanfaatkan tanah gambut sebagai alternatif material timbunan.. Elektron Microscope ( SEM ) dan analisa kimia. 3. Persiapan Uji Sampel Dalam penelitian ini semen portland yang dipakai adalah semen portland jenis V (PC-V). Semen ini banyak digunakan untuk konstruksi yang memerlukan persyaratan khusus atas ketahanan kadar garam sulfat tinggi, seperti konstruksi tepi laut, bangunan di daerah pelabuhan, bangunan di bawah permukaan tanah (underground), konstruksi tiang pancang, jembatan dan bangunan daerah rawa. Persiapan material uji dilakukan dengan cara mengering-udarakan contoh tanah selama beberapa hari sehingga tercapai kadar air yang diinginkan untuk pengujian. Campuran tanah gambut-semen dilakukan dengan penambahan semen PC-V dengan kadar 10%, 20%, dan 30% dari berat kering tanah gambut. Dalam penelitian ini digunakan kadar air rencana 160 % untuk kondisi tanpa semen dan dengan semen PC-V. Pemilihan kadar air 160 % berdasarkan penelitian sebelumnya ( Hadijah, 2006 ) yang menyatakan bahwa kadar air pada rentang antara 100 % dan 160 % merupakan kadar air terbaik pemadatan. Mengingat lamanya waktu pengeringan di lapangan, maka diambil kadar paling ekstrim di rentang tersebut yaitu 160 %. Variasi masa peram juga dilakukan selama 1 dan 4 hari sebelum pemadatan (compaction). Pemadatan dilakukan mengikuti Standar Proctor T90-AASHTO. Perilaku kuat geser contoh tanah gambut yang dipadatkan diamati melalui uji Triaxial Consolidated Undrained (CU) dan untuk mengetahui batas swelling (pengembangan) nya dan nilai kekerasannya bisa dilihat melalui tes CBR. Untuk uji XRD, foto SEM, dan analisa kimia dilakukan hanya untuk kondisi masa peram paling lama yaitu 4 hari dengan kadar PC-V 0 % ( asli ), 10 % dan 30 %, dikarenakan kondisi tersebut adalah kondisi-kondisi ekstrim dalam penelitian ini. a) Tekstur gambut berserat – Tampan Riau ( Rahayu, 2003 ) b)Tekstur gambut berserat - Madagaskar ( Bourdon, 1999 ) Gambar 1. Contoh Tekstur Tanah Gambut (Sumber: Rahayu, 2003) 2. Metoda Penelitian Pada studi ini digunakan sampel gambut yang berasal dari Bereng Bengkel Kalimantan Tengah. Penelitian ini pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu : • Uji makro, berupa uji karakterstik fisik tanah yang meliputi nilai CBR soaked (terendam selama 72 jam), CBR unsoaked (tak terendam) dan uji geser triaksial terkonsolidasi tak terdrainasi ( CU ). • Uji mikro, meliputi uji X-Ray Diffraction (XRD), foto Scanning JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008 1-8 2 Studi Perilaku Kekuatan Tanah Gambut Kalimantan yang Di-Stabilisasi dengan Semen Portland 4. Hasil Uji Laboratorium 4.1. Hasil Uji CBR Uji CBR ini menggunakan Standar Proctor T90-AASHTO, sedangkan penetrasi yang diamati adalah 0,1” dan 0,2” baik untuk kondisi soaked maupun unsoaked. 3.5 3 N ila i C B R (% ) 2.5 2 1.5 1 0 5 10 15 20 Kadar PC-V (% ) 25 30 35 Peram 1 hari ( unsoaked ) Peram 4 hari ( unsoaked ) Peram 1 hari ( soaked ) Peram 4 hari ( saoked ) kondisi gambut tanpa campuran dan dengan PC-V 10 % baik untuk masa peram 1 hari dan 4 hari. Sedangkan untuk penambahan PC-V antara 10 %, 20 % dan 30 % grafiknya relatif landai yang artinya penambahan nilai CBR relatif lebih sedikit. Berbeda untuk kondisi soaked, penambahan nilai CBR yang ekstrim untuk masa peram 4 hari terjadi antara kondisi gambut tanpa campuran dan dengan PC-V 20 %. Sedangkan untuk masa peram 1 hari nilai ekstrim-nya berkisar antara gambut tanpa campuran dan dengan PC-V 10 %. Terjadinya peningkatan nilai yang ekstrim tersebut disebabkan reaksi pengikatan partikel-partikel tanah yang dapat menyebabkan penggumpalan (flokuasi) paling efektif terjadi di antara rentang-rentang tersebut. Sedangkan untuk kondisi soaked, karena kondisinya terendam air maka hal ini dapat menyebabkan partikel-partikel yang telah tergumpal bisa pecah kembali sehingga nilai CBRnya pun jadi lebih kecil dan peningkatan nilai esktrimnya juga berbeda dengan kondisi unsoaked. Reaksi pengikatan partikel dan pengisian pori-pori gambut juga mempengaruhi nilai potensi swelling . Penurunan nilai swelling paling besar yang terjadi sebenarnya bukan karena semakin banyaknya kadar PC-V yang ditambahkan, namun akibat semakin lamanya masa peram. Pada Gambar 3 terlihat bahwa pencampuran dengan PC-V 10 % untuk masa peram 1 hari dan 4 hari menyebabkan penurunan nilai potensi swelling sebesar 0,47 %, sedangkan pada penambahan kadar PC-V antara 10 % dan 30 % untuk masa peram 1 hari terjadi penurunan potensi swelling hanya sebesar 0,35 %. Hal itu menunjukkan bahwa semakin lama masa peram maka terisinya pori – pori mikro maupun makro gambut oleh gel ikat dari reaksi pasta semen akan semakin merata. Pada Tabel 1 terlihat hasil peningkatan nilai CBR unsoaked maupun soaked dengan masa peram 1 hari dan 4 hari untuk kadar PC-V 0%, 10%, 20% dan 30%. Dari Tabel 1 juga dapat dilihat swelling yang terjadi Gambar 2. Nilai CBR vs Kadar PC-V Swelling vs Kadar PC-V 1.4 1.2 S w e l l i n g (% ) 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Kadar PC-V (% ) 1 hari 4 hari Gambar 3. Potensi Pengembangan Vs Kadar PC-V Peningkatan nilai CBR akibat lamanya masa peram terjadi akibat semakin terisinya pori – pori gambut dan terikatnya partikel – partikel tanah oleh gel pengikat dari reaksi pasta semen dengan air. Semakin banyak kadar PC-V berbanding lurus dengan semakin terikatnya partikel dan terisinya pori – pori gambut. Pada Gambar 2 terlihat bahwa penambahan nilai CBR untuk kondisi unsoaked yang paling ekstrim terjadi antara 3 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008, 1-8 T. Ilyas, W. Rahayu dan D. S. Arifin untuk masa peram 4 hari menurun dengan meningkatnya kadar PC-V. 4.2. Hasil Uji Triaksial CU Hasil uji Triaxial CU dari campuran gambut dan PC-V dengan kadar 0%, 10%, 20% dan 30% dengan masa peram 1 hari dan 4 hari dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa penambahan kadar campuran PC-V mulai dari 10% hingga 30% ke dalam tanah gambut meningkatkan nilai parameter kuat geser tanahnya. Tabel 1. Peningkatan Mutu Gambut Setelah Distabilisasi Parameter CBR Unsoaked ( peram 1hari) CBR Soaked ( peram 1 hari ) CBR Unsoaked ( peram 4 hari ) CBR Soaked ( peram 4 hari ) Swelling ( peram 4 hari ) Gambut Asli Gambut + 10% PC-V 2,69 % Gambut + 20% PC-V 2,81% Gambut + 30% PC-V 3,00% Tabel 3. Nilai M, Qo Dan Parameter Geser Dengan Masa Peram 4 Hari Sampel Gambut + 0% PC-V 0,424 153 11,42 73,89 Gambut + 10% PC-V 0,513 160 13,67 76,72 Gambut + 20% PC-V 0,369 178 10,01 86,34 Gambut + 30% PC-V 0,482 199,5 12,889 95,89 M Qo (kPa Φ’ (°) C’ (kPa ) 4.3. Hasil Observasi Mikroskopik SEM Dari hasil observasi mikroskopik dapat dilihat bahwa semakin banyak kadar PC-V yang diberikan maka semakin rapat celah porositas antar partikel tanah akibat pemadatan. Hal tersebut disebabkan pembentukan gumpalan partikel tanah (flokulasi) akibat reaksi semen hidrasi yang menyebabkan subtitusi ion positif pada butiran permukaan tanah oleh ion Ca++. Hal tersebut dapat dilihat pada perbesaran 2000 kali dan 1000 kali dimana partikel tanah terlihat membesar dan semakin menghitam seiring semakin banyaknya kadar PC-V yang ditambahkan. Dari hasil scaning pada Gambar 4 terlihat celah besar di antara partikel yang ukurannya beragam, serta bagian amorphe antar butiran yang ukurannya besar dan keberadaan sisa–sisa mikroba. Lebar partikel–partikel gambut mempunyai ukuran sekitar 10 hingga 50 μm. Hasil scanning pada Gambar 5 menunjukan partikel tanah yang berdeformasi akibat pemadatan dan terlihat lebih pipih daripada yang terlihat dalam Gambar 4. Celah porositas antar partikelnya berukuran antara 5 dan 10 μm. Hasil scanning pada Gambar 6 menunjukan partikel – partikel tanah yang mengalami penggumpalan (flokuasi) dan terlihat lebih tebal daripada yang terlihat dalam Gambar 5. Celah porositas antar partikel-nya berukuran 2 s/d 5 μm. 2,07 % 2,17 % 2,58 % 2,76 % 2,84 % 2,07 % 2,94 % 3,10 % 3,06 % 2,17 % 2,63 % 3,15 % 3,25 % 0,83 % 0,79 % 0,89 % 0,64 % Tabel 2. Nilai M, Qo Dan Parameter Geser Dengan Masa Peram 1 Hari Sampel Gam but + 0% PCV 0,424 153 11,42 73,89 Gambut + 10% PC-V 0,405 157 10,909 76,036 Gambut + 20% PC-V 0,53 170 13,79 81,48 Gambut + 30% PC-V 0,579 178 15,308 84,903 M qo (kPa ) Φ’ (°) c’ (kPa ) JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008 1-8 4 Studi Perilaku Kekuatan Tanah Gambut Kalimantan yang Di-Stabilisasi dengan Semen Portland a ) Perbesaran 350x b ) Perbesaran 750x c ) Perbesaran 1500x Gambar 4. SEM Sampel Gambut Kondisi Loose Tanpa Campuran a ) Perbesaran 500x b ) Perbesaran 1000x c ) Perbesaran 2000x Gambar 5. SEM Sampel Gambut Kondisi Compacted Tanpa Campuran gel CSH a ) Perbesaran 500x b ) Perbesaran 1000x c ) Perbesaran 2000x Gambar 6. SEM Sampel Gambut Dicampur PC-V 10 % Kondisi Compacted 5 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008, 1-8 T. Ilyas, W. Rahayu dan D. S. Arifin retak mikro a) Perbesaran 500x b ) Perbesaran 1000x c ) Perbesaran 2000x Gambar 7. SEM Sampel Gambut Dicampur PC-V 30 % Kondisi Compacted Gel CSH akibat hidrasi pasta semen yang berguna sebagai pengikat partikel juga mulai kelihatan. Hasil scanning pada Gambar 7 menunjukan partikel tanah yang semakin menghitam dan membesar akibat flokuasi. Selain itu ukuran partikelnya pun semakin homogen. Celah porositas antar partikel-nya berukuran 1 s/d 2 μm. Pada Gambar 6 a) terlihat gel CSH ( Calsium – Silikat – Hidrat ) yang juga merupakan hasil hidrasi pasta semen dengan air. Gel tersebut yang berperan penting dalam pengikatan partikel gambut. Namun karena adanya pemadatan setelah masa peram, gel tersebut kebanyakan hancur bersama partikel tanah. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 6 dan Gambar 7 pada perbesaran 500x dimana gambar jadi sedikit lebih kabur dari Gambar 5. 4.4. Hasil Analisa Kimia dan Mineral Untuk derajat keasaman PC-V dan gambut sebelum dan sesudah stabilisasi dapat dilihat pada Tabel 4. Gambut Bereng Bengkel- Kalimantan ini merupakan gambut dengan tingkat keasaman yang sangat tinggi (pH = 3,30). Namun dengan penambahan PC-V ternyata sangat mengurangi tingkat keasaman gambut hingga mendekati netral, bahkan untuk penambahan kadar 30 % menjadi cukup bersifat basa (pH = 10,02). Penurunan tingkat keasaman gambut yang distabilisasi lebih drastis daripada peningkatan sifat basa-nya (saat pH > 7). Sedangkan untuk mengetahui kadar senyawa yang ada dalam campuran dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil dari uji XRD menunjukan mineral yang terbentuk adalah : • Gambut + 0% PC-V : Alpha Quartz ( kuarsa ) • Gambut + 10% PC-V dan 30% PCV : Alpha Quartz, Portlandite dan CSH Apabila dibandingkan dengan hasil analisis kimia maka komposisi mineral-nya bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 4. Tabel Derajat Keasaman Dengan Ph Meter Jenis Campuran Portland Cement – V Gambut + 0% PC-V Gambut + 10% PC-V Gambut + 30% PC-V pH 14 3,30 7,19 10,02 Hasil uji XRD memperlihatkan mineral yang terkadung dalam gambut Bereng Bengkel ini hanya kuarsa (Alpha Quartz). Tanah Gambut Bereng Bengkel atau Kalimantan pada umumnya memang lebih berserat dan sangat amorphe dibanding gambut lain diseluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan pada hasil foto SEM yang dilakukan oleh Siti Hadijah (2006). Selain itu juga dapat dilihat pada JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008 1-8 6 T. Ilyas, W. Rahayu dan D. S. Arifin grafik hasil XRD di mana puncak mineral yang bisa diambil hanya kuarsa. Sisanya hanya gerigi-gerigi kecil yang menunjukan material yang disinari bersifat amorphe. Tabel 5. Tabel Hasil Analisa Kimia Sesuai SNI 15 – 0449 – 1989 Komponen SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO Na2O K2O Hilang Pijar Jumlah Komposisi kimia ( % ) kering Gambut Gambut Gambut + 0% + 10% + 30% PC-V PC-V PC-V 7,67 8,25 7,84 0,54 0,63 0,12 0,25 0,63 0,90 0,02 0,03 0,06 0,41 7,18 20,02 0,60 0,52 0,28 0,25 0,28 0,31 0,06 0,12 0,16 90,20 82,36 70,31 100 100 100 Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa gambut Bereng Bengkel ( Kalimantan ) jika merujuk kepada Mac Farlene dan Radforth ( 1985 ), termasuk pada kelas Fibrous Peat (gambut berserat) sedangkan gambut Sumatera Selatan termasuk Amorphous Granular Soil (gambut yang kandungan seratnya < 20 % ). 5. Kesimpulan Dari seluruh rangkaian penelitian yang meliputi CBR, triaxial CU, analisa mineral dan kimia, dan foto SEM dapat diambil kesimpulan : 1. Hasil nilai CBR maupun swelling menunjukkan semakin banyak kadar PC-V yang ditambahkan dan semakin lama masa peram maka semakin naik nilai CBR-nya, sedangkan nilai swelling semakin turun. Dari hasil uji Triaxial CU, hasil terbaik didapat pada masa peram 4 hari dan kadar PC-V 30 %. Namun untuk sudut geser dalam efektif (Φ’) tidak selalu turun mengikuti penambahan kadar PC-V ataupun lamanya masa peram. Hasil uji mikroskopik SEM memperlihatkan gumpalan-gumpalan flokuasi akibat reaksi semen hidrasi semakin besar dengan penambahan kadar PC-V. Partikel tanah semakin kohesif dan sesuai dengan hasil Triaksial CU dimana nilai kohesi (c’) semakin besar. Dalam SEM dan uji XRD dapat dilihat bahwa gel CSH (Calsium–Silikat– Hidrat ) sebagai pengikat partikel tanah memegang peranan penting untuk kekuatan sampel tanah dan kadarnya meningkat dengan bertambahnya PC-V. Tanah gambut Kalimantan ini merupakan tanah dengan kadar organik sangat tinggi hingga mencapai 92,33 % dengan pH = 3,30. Uji XRD hanya menemukan mineral kuarsa ( Alpha Quartz ) dalam jumlah kecil di antara material- material amorphe. Senyawa baru yang dihasilkan akibat Tabel 6. Tabel Komposisi Mineral Secara Rasional Mineral Alpha Quartz ( kuarsa ) Portlandite ( Ca(OH)2) Calcium Silicate Hidrate( CSH) Material Organik Gambut + 0% PC-V 7,67 – – Kadar Mineral Gambut Gambut + 10% + 30% PC-V PC-V 4,09 4,75 4,39 7,95 7,46 9,01 2. 3. 92,33 83.57 78,78 4. Berbeda dengan gambut Sumatera Selatan (Vincentia E, 1997 ) yang menunjukkan adanya mineral-mineral Halloysite dan Hidromika. Gambut Sumatera Selatan memiliki sifat tanah lempung di dalamnya. Selain dari komposisi mineralnya, hal tersebut juga dapat dibuktikan dari komposisi material organik dan loss on ignotion ( LOI)-nya. Tanah yang memiliki sifat mirip lempung seperti gambut Sumatera Selatan mempunyai persentase LOI dan material organik yang lebih rendah. 5. JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008 1-8 2 Studi Perilaku Kekuatan Tanah Gambut Kalimantan yang Di-Stabilisasi dengan Semen Portland 6. reaksi semen hanyalah portlandite Ca(OH)2 dan gel CSH. Berbeda dengan penelitian sebelumnya untuk gambut Sumatera dimana dinyatakan dalam kondisi murninya mempunyai mineral – mineral pembentuk lempung seperti Hydromica dan Halloysite. Untuk aplikasi di lapangan, terkait dengan hasil yang didapat dari percobaan di laboratorium hanya menghasilkan nilai CBR sekitar 3%. Nilai tersebut berdasarkan klasifikasi Cassagrande termasuk subgrade yang buruk karena nilai CBR-nya kurang dari 5 % sehingga hanya dapat digunakan untuk jalan pedesaan atau perumahan dan bukan untuk jalan yang dilalui kendaraan berat. Daftar Acuan [1] Damoerin, D., Soepandji, B. S. ( 2001 ). Tanah dan Permasalahannya Sebagai Subgrade. Pelatihan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; PT. Jasa Marga – Universitas Indonesia, Jakarta. 11 – 14 Juni 2001 [2] Donny, Sofyan A Studi Eksperimental Perbaikan Mutu dan Perubahan Struktur Mikro Tanah Gambut Kalimantan yang Distabilisasi Semen Portland V. Tesis. FTUI, Depok. (2007). [3] Hutapea, B. M., dan Rustamaji, R. M. Stabilisasi Tanah Gambut Pulau Padang dengan Menggunakan Clean Set Cement. Prossiding Seminar PIT HATTI; Problema Geoteknik, Perkembangan dan Penanggulangannya, (2001). [4] Rahayu, Wiwik Studi Mikroskopik Terhadap Perubahan Tekstur Tanah Gambut Berserat Akibat Uji Konsolidasi Dan Triaksial. Prosiding Seminar QIR Ke – 6, FTUI, (2003) [5] Vincentia, Endah S. Stabilisasi Tanah Gambut Karang Agung Sumatera Selatan Dengan Bahan Supercement Dan Analisa Kimia Campuran Stabilisasinya. Skripsi. FTUI, Depok, (1997). [6] Hadijah, S Perilaku Kepadatan Tanah Gambut Akibat Proses Pengeringan dan Pembasahan Kembali. Skripsi. FTUI, Depok, (2006). [7] Hidayat, Ahmad Penelitian Pengaruh Penggunaan Bahan Stabilisasi Kimia Terhadap Tanah Gambut Dan Bentonite Dengan Analisa Foto Scanning Electron. Skripsi. FTUI, Depok, (1996). [8] Ingles, O, C., Metcalf, B. Soil Stabilization Principles and Practice.,Sydney – Melbourne – Brisbane; Butterworths, (1972). [9] Tjahyati, Hermin Pengembangan Stabilitas Tanah Gambut Dengan Campuran Berbagai Tanah Non Organik Dan Semen. Departemen Pekerjaan Umum, (1998). [10] Suryanarayana, C., Grant Norton, M. X–Ray Diffraction A Practical Approach. NY; Plennum, (1998). 3 JURNAL TEKNOLOGI, Edisi No. 1 Tahun XXII, Maret 2008, 1-8