Sistem Produksi Dan Manajemen Lingkungan Industri Kelapa Sawit PTPN-I Tanjung Seumantoh

May 6, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI DAN SITEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TANJUNG SEUMANTOH, ACEH TAMIANG Oleh AGUNG UTOMO F34070012 2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 I. A. Latar Belakang PENDAHULUAN Sektor pertanian umumnya dan sektor perkebunan khususnya memiliki peran yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini, akibat nilai tukar dolar terhadap rupiah yang cenderung meningkat dan tidak menentu, maka harga berbagai kebutuhan impor kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri nasional semakin mahal, berbagai jenis industri yang berbahan baku impor terancam bangkrut, bahkan banyak yang gulung tikar. Untuk itu kita perlu bekerja sama dalam rangka menggairahkan roda perekonomian nasional yang berdasarkan pada pemanfaatan sumber daya alam secara lebih produktif dan ekonomis, serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Saat ini sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar. Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern, jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan kearah kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi perkembangan industri kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis dengan penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan antara industri hulu dan hilir yang erat dan langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan – persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan pertanian. Disamping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi andalan devisa di masa depan. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkembangan dan persyaratan perdagangan internasional perlu di antisipasi. Industri kelapa sawit nasional mengalami perkembangan menggembirakan . Pertambahan kebun kelapa sawit mencapai lima juta hektar dan hal itupun dibuktikan oleh kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional yang mencapaia enam persen. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan di dunia (Ditjenbun.2006). Namun dampak positif dari perkembangan sector agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negative dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrument-instrumen ekonomi. Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. 2 Dengan demikian, proses-proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. B. Tujuan 1. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktek Lapangan ini adalah: Mengembangkan wawasan, pengetahuan dan kemampuan profesi mahasiswa melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, latihan kerja dan pengamatan langsung ke dunia kerja secara nyata. Menganalisa dan mengobservasi permasalahan di lapangan terutama dalam aspek manajemen lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Mempelajari sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I. Memperkuat hubungan kerjasama antara Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan PT PERKEBUNAN NUSANTARA I. Memperoleh pengalaman bekerja sesuai dengan bidang profesi yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan dan menambah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja pada suatu wilayah industri. 2. 3. 4. 5. C. Tempat dan Waktu Praktek Lapangan Praktek Lapangan ini dilaksanakan di PT PERKEBUNAN NUSANTARA I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang. Dengan waktu Praktek Lapangan selama 40 hari kerja efektif antara tanggal 5 juli - 22 Agustus 2010. D. Metode Pelaksana Dalam pelaksanaan Praktek Lapangan akan digunakan beberapa metode untuk menghasilkan data dan analisa yang tepat, yaitu :  Pengamatan di Lapangan Pengamatan langsung di lapangan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan aspek sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA I.  Wawancara dan Diskusi Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan data serta untuk mengklarifikasi masalah yang terjadi di lapangan dengan menanyakan langsung kepada pihak yang berkepentingan terkait dengan topik yang ada.  Praktek Langsung Kegiatan praktek langsung dilakukan untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mempelajari kesesuaian antara teori dengan praktek di lapangan mengenai hal yang berkaitan dengan aspek sistem manajemen lingkungan serta hal-hal lain yang terkait. \ 3  Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh dari industri.  Pembahasan dan Penulisan Laporan Laporan dibuat dengan menganalisis data dan informasi yang diperoleh dan dituangkan secara sistematis dan jelas dalam bentuk laporan Praktek Lapangan. 4 II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki oleh Negara yang berorientasi di bbidang perkebunan dan pengolahan . Perkebunan kelapa sawit di PTP Nusantara I ini mulai berkembang pada tahun 1975 yang di sponsori oleh PTP VI dan PTP VII dari sumatera utara dengan bantuan bank dunia. PT Perkebunan Nusantara I (Persero), disingkat PTPN I, dibentuk berdasarkan PP No. 6 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Daerah Istimewa (DI) Aceh dari eks PTP I, V dan PT Cot Girek. PTPN I mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi seluas 80.343 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN I juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit 6.714 dan karet 10.118 ha. PT. Perkebunan Nusantara I berpusat di kota langsa yang mempunyai areal kebun seperti yang tertera d bawah ini : a. Kebun Lama. b. Kebun Baru. c. Kebun Karang Inong. d. Kebun Julok Rayeuk Utara. e. Kebun Julok Rayeuk Selatan. f. Kebun Pulau Tiga. g. Kebun Tualang Sawit. h. Kebun Cot Girek. i. Kebun Krueng Luas. j. Kebun Batee Puteh. Akhir pelita I tahun 1973 PTPN-I terdiri dari kebun karet dan kebun kelapa sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit 53 %. Untuk kebun lama, kebun baru, dan kebun Tualang Sawit, pengolahan kelapa sawit berpusat di pabrik Tanjung Seumantoh. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit Tanjung Seumantoh ini dilakukan oleh direksi PTPN-I langsa pada tanggal 17 juli 1970 dan selesai pada awal tahun 1980 yang langsung diresmikan oleh bapak menteri pertanian prof. Ir. Sudarsono Hadi Saputro pada tanggal 9 Februari 1980. B. Lokasi dan Tata Letak Pabrik Pabrik kelapa sawit (PKS) dan pabrik inti sawit (PIS) Tanjung Seumantoh terdapat di daerah yang strategis, pabrik ini terletak di daerah kawasan Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Pabrik kelapa sawit terletak di desa Tanjung seumantoh, kecamatan Karang Baru yang berbatasan dengan:    Sebelah timur dengan Simpang Empat Opak. Sebelah Barat dengan perkebunan Tanjung Seumantoh (PTP I Kebun Lama). Sebelah Utara dengan desa Pahlawan. 5  Sebelah selatan dengan desa Tanjung Seumantoh. Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :  Dekat dengan transportasi antar kota yang berguna untuk lancarnya pengiriman produksi, sehingga memudahkan pemasaran produksi.  Bahan baku dekat dengan pabrik, sehingga dapat menghemat biaya pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan pengolahan dapat dilakukan dengan baik yang akhirnya produksi berjalan sempurna.  Dekat dengan sumber air, yang berasal dari sungai Tamiang yang berjarak 1 km dari lokasi pabrik.   Jarak dari kuala simpang 11 km melalui jalan raya. Jarak dari jalan raya ke lokasi pabrik sekitar 400 meter. C. Luas Area, Sarana dan Prasarana Perusahaan 1. Area Untuk keperluan pengolahan PKS Tanjung Seumantoh dengan pengembangannya telah dibebaskan tanah dengan luas perkebunan secara keseluruhan 3.500 Hektar. Sumber bahan baku pengolahan berasal dari kebun perusahaan sendiri dan dari kebun petani. 2. Sarana dan Prasarana perusahaan Penyediaan sarana dan prasarana merupakan suatu syarat sangat penting dalam suatu pabrik. Pengolahan kelapa sawit adalah suatu proses untuk menghasilkan minyak kelapa sawit yang melalui tahap perebusan, pemipilan, pelumatan, pengempaan, pemisahan, pengeringan, dan penimbunan. Dengan demikian akan diperoleh suatu produk akhir yaitu minyak kelapa sawit. 2.1 Sarana pengolahan air(Water Treatment). Air pada parik kelapa sawit Tanjung seumantoh berasal dari sungai Tamiang yang berjarak 1.8 km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting karena air akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan dalam pengolahan dan pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari pengolahan air ini harus memenuhi standar air umpan boiler.  Kolam penampungan (Water Base) Air dari sungai Tamiang dipompakan kedalam kolam penampungan. Pada kola mini terjadi pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari kola mini air dipompakan ke clarifier tank.  Tangki pengendapan (Clarifier Tank) Clarifier tank ini dilengkapi dengann sekat-sekat untuk membantu proses pengendapan. Ke dalam clarifier diinjeksikan bahan kimia yang berupa soda ash dan tawas. Soda ash berfungsi sebgai pengatur pH yakni berkisar antara 6-7, sedangkan tawas berfungsi mengumpulkan kotoran dalam air, sehngga 6 mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan ke reservoir tank yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan ke sand filter.  Penyaringan pasir (Sand Filter) Air dari reservoir tank dipompakan sand filter. Air ini masih mengansung padatan tersuspensi sehingga dalam sand filter air disaring melalui pasir halus pada permukaan pasir dan air mengalir melalui bagian bawah dan dipompakan ke water tower. Pada water tower pertama, air yang telah bersih dialirkan ke komplek perumahan, sedangkan pada tower kedua airnya agak keruh maka akan dialirkan untuk keperluan pengolahan air umpan boiler, keperluan domestic, keperluan proses dan sebagainya. Tangki penukar kation Untuk air umpan boiler, air yang digunakan berasal dari water tower yang dipompakan ke tangki penukar kation. Tangki penukar kation ini berisi resin kation yang bersifat asam. Yang berfungsi menghilangkan atau mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam Ca2+ dan Mg2+ dalam air, menghilangkan atau mengurangi alkalinitas dari garam alkali, dan mengurangi zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan kerak pada ketel,misalnya : 2(Res.SO3)Na+ + Ca2+ (solute) (Res.SO3)2Ca2+ + 2Na+ (solute) (Res.SO3)H+ + Na2+Cl- (solute) (Res.SO3)Na+ + HCl- (solute) (Res.SO-)H+ + NaOH- (solute) (Res.SO3)Na+ + H2O (solute) Pada proses ini terjadi penukaran ion antara kation-kation Ca+ dan Mg2+ serta ion dalam air dengan kation H dalam resin. Pada suatu saat resin ini akan jenuh, maka untuk regenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan larutan asam sulfat (H2SO4) ke dalam tangki selama 24 jam. Degasifier tank Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation maka air tersebut dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas CO2, kemudian air tersebut dialirkan ke tangki penukar anion. Tangki penukar anion Fungsi tangki penukar ion adalah menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3, HCl, H2SiO3 yang terbentuk pada tangki penukar kation yang menyebabkan pH menjadi tinggi, menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral sehingga air yang dihasilkan hamper tidak mengandung semua garam-garam mineral. 2(Res.NMe3+)Cl- + SO42-(solute) (Res.NMe3+)2SO42-+2Cl- (solute) (Res.NMe3+)Cl- + OH-(solute) (Res.NMe3+)2OH- + Cl- (solute) + (Res.SO )OH + H Cl (solute) (Res.SO3)2Cl- + H2O (solute) Pada suatu saat resin akan mengalami penjenuhan, maka untuk meregenerasi kembali resin tersebut , dilakukan penginjeksian larutan NaOH selama 24 jam.    7  Feed Water Tank Air yang berasal dari tangki penukar anion dikumpulkan dalam feed water tank dan dipanasi dengan menggunakan steam hingga temperatur 800c. pemanasan bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada deaerator. Deaerator Deaerasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut dalam air, yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa-pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan mengunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam air yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperature didalam tangki dijaga konstan, temperature air di sekitarnya yaitu sebesar 80-900c. Air yang keluar dari deaerator diberikan bahan kimia sebelum masuk ke boiler yang berguna untuk menurunkan pH, mencegah terjadinya korosi dan pembentukan keak pada ketel.  2.2 Pembangkit tenaga (Power Plant) Pembangkit tenaga adalah tenaga penggerak dari generator yang digerakkan oleh turbin boiler, turbin dan back pressure vessel.  Boiler Untuk mendapatkan tenaga uap dan listrik yang digunakan dalam proses pengolahan, maka air yang berasal dari tanki deaerator diproses dalam boiler. Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit yang berupa serabut (fibre) dan cankang. Gambar 1. Penampakan Boiler Gambar 2. Pembakaran Bahan Bakar pada Boiler 8   Turbin Uap Uap yang dihasilkan boiler untuk menggerakkan sudut-sudut turbin dan untuk menggerakkan generator yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi. Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk menggerakkan motor-motor dalam proses pengolahan. Mesin Diesel Pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh terdapat tiga unit mesin diesel dengan kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit berkapasitas 287,5 KVA. Mesin diesel dengan kapasitas 250 KVA selalu dioperasikan pada saat yang sama untuk memenuhi kebutuhan beban di pabrik dan perumahan, sedangkan mesin diesel yang berkapasitas 287,5 KVA dioperasikan hanya pada waktu tertentu. Gambar 3. mesin pembangkit diesel  Back Pressure Vessel Sisa uap yang dihasilkan oleh turbin dikumpulkan dalam suatu instalasi yang disebut BPV. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan pada alat-alat yang memerlukan uap, seperti pada proses perebusan, pelumatan, dan pemanasan. 2.3 Laboraturium Laboraturium berfungsi untuk mengontrol kualitas produksi dan jalannya proses produksi. Pada laboraturium dilakukan uji analisa mutu seperti uji mutu air, mutu buah, dan uji mutu produksi. Pada laboraturium juga melakukan perhitungan terhadap kerugian (losses) yang terjadi selama proses pengolahan. Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanasan, analisa yang digunakan untuk melihat mutu air adalah kadar pH, tingkat kesadahan, analisa TDS, kadar silica, alkalinitas. Untuk melihat mutu buah kelapa sawit maka dilakukan analisa dengan cara sortasi. Selama berlangsungnya proses pengolahan, losses yang terjadi tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 9 %. Untuk melakukan uji analisa losses, sampel yang diambil yaitu air rebusan, tandan kosong, pada ampas press, nutten, sludge separator, fat pit, cangkang, dan pada fibre cyclone. 9 Gambar 4. laboraturium PTPN-I Tanjung Seumantoh 2.4 Sarana Pengolahan Limbah Pada pelaksanaannya, proses pengolahn pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh ini menghasilkan limbah-limbah yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. 2.4.1 Limbah cair Sarana untuk mengolah limbah cair yaitu Fat pit, Neutralizing pond, Anaerobic pond, Facultative pond, Kolam penampungan sementara, dan Aerobic pond. 2.4.2 Limbah Padat Pengolahan limbah padat yaitu dengan pembakaran menggunakan incinerator. D. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PTPN-I Tanjung Seumantoh memakai sistem organisasi „lini‟, yaitu pada pelaksanaannya di dalam organisasi ini hanya ada satu komando. Manajer / Kepala Pabrik Kepala pabrik atau manajer bertanggung jawab kepada direktur produksi atau secara langsung pada direktur utama PTPN-I terhadap pemanfaatan semua unsure produksi, asset PKS dan PIS Tanjung Seumantoh dan hubungan baik dengan unsureunsur terkait secara optimal untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Manajer juga berwenang memanfaatkan segala sumber daya yang ada di PKS Tanjung Seumantoh dan berwenang mengambil keputusan yang sifatnya menentukan dmei kepentingan perusahaan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan. Masinis kepala (MASKEP) Masinis kepala bertanggung jawab kepada manager atas tugasnya dalam mengkoordinir asisten pengolahan, asisten laboraturium dan asiten teknik dalam menerapkan teknologi untuk pengoperasian pabrik agar dapat mencapai hasil yang maksimal dan memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis lainnya yang menyatakan kepada RKAP, emngkoordinir SDM dibawahnya, termasuk pengiriman hasil produksi. Masinis kepala berwenang untuk memerintah dan memanfaatkan secara langsung seluruh tenaga kerja yang berada di bawah pengawasannya dan memutuskan serta member instruksi kerja, pengarahan dalam bidang teknologi, dan lain-lain. 1. 2. 10 3. Kepala Tata Usaha Kepala Tata Usaha bertanggung jawab dalam penyusunan daftar gaji karyawan dan mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu. Kepala Tata Usaha juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang administrasi untuk mencapai sasaran RKAP. Asisten Laboraturium Asisten laboraturium bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan analisa di laboraturium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan jalannya proses pengolahan TBS, inti sawit, air ketel dan air limbah agar mutu dan kerugian yang timbul berada dalam batas normal, termasuk menghitung persediaan dan pengiriman produksi sehingga kualitas produksi dapat dikontrol. Asisten Pengolahan Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam mengoperasikan PKS dan PIS untuk menghasilkan minyak sawit, minyak inti sawit serta limbah, melaksanakan pengolahan sesuai jadwal yang ditentukan termasuk pengendalian limbah PKS sehingga mencapai hasil yang optimal dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung jawab serta menyusun laporan harian. Asisten Teknik Asisten teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-mesin proses dan mesin-mesin pembangkit tnaga serta mesin-mesin penggerak instalasi sehingga tidak mengganggu aktivitas pengolahan pabrik. Mandor Mandor berfungsi sebagai pembantu asisten. Mandor bertugas mengawasi para pekerja yang berada dibawah tangggung jawabnya dan membantu segala tanggung jawab asisten. 4. 5. 6. 7. 8. Pekerja Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari mandor masing-masing yang bertugas pada saat itu. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pekerja lapangan dikenal dengan sebutan buruh. Buruh-buruh ini terikat kontrak dengan jangka waktu tertentu, buruh ini juga disebut buruh harian lapang. Semua hal yang berkaitan dengan buruh ini diatur dalam sebuah serikat yang bernama serikat pekerja perkebunan (SPBUN). 11 III. A. Bahan Baku Produksi PROSES PRODUKSI Bahan baku dalam proses produksi minyak kelapa sawit adalah tanaman kelapa sawit. Kelapa Sawit terdiri daripada spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (Soehardiyono1998). Kelapa sawit dikirim ke pabrik menggunakan truk-truk pengangkut dari dua sumber yaitu kebun milik PTPN-I dan kebun rakyat. Penanganan bahan baku dibedakan berdasarkan sumber bahan baku. Pada pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh, buah kelapa sawit yang digunakan adalah buah yang telah mengalami proses sortasi. Proses sortasi dilakukan dengan memilih buah kelapa sawit berdasarkan fraksinya. Tandan buah segar kelapa sawit memiliki kriteria panen berdasarkan fraksinya yaitu fraksi 00 - fraksi V. Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan adalah fraksi I, II, dan fraksi III, sedangkan fraksi 00, 0, IV, dan fraksi V diharapkan sedikit mungkin masuk pada saat proses pengolahan. Tabel 1. kriteria panen dan syarat mutu TBS No Kematangan Fraksi Jumlah Brondol 1 00 Tidak ada, buah berwarna hitam Mentah 0 1-12.5% buah luar membrondol 2 I 12.5-25% buah luar membrondol II 25-50% buah luar Matang membrondol III 50-75% buah luar membrondol 3 IV 70-100% buah luar Lewat Matang membrondol Keterangan Sangat mentah Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I 12 V Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang II Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982. B. Sarana Produksi Sarana produksi terdiri dari mesin dan peralatan yang digunakan pada tiap proses produksi. Mesin dan peralatan merupakan suatu perlengkapan yang digunakan ntuk membantu dalam menyelesaikan suatu proses produksi sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih singkat dengan jumlah produk yang lebih banyak. PTPN-I Tanjung Seumentoh menggunakan sarana produksi yang mendukung kinerja proses produksinya. Sarana tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan dalam setiap proses yang ada di pabrik. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh proses dilakukan dalam produksi CPO (crude palm oil) pengolahan biji sawit, dan pengolahan inti sawit. Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses pengolahan daging (buah), biji sawit, dan inti sawit adalah sebagai berikut : 1. Tahapan penerimaan buah (Fruit Reception Stasion). Stasiun penerimaan buah terdiri dari tempat penimbangan bahan masuk, sortasi bahan yang terdiri dari dua loading rump sesuai sumber kelapa sawit yaitu kebun PTPN-I dan kebun pihak ke-3 (kebun rakyat), keranjang penampung, dan lori pengakut kelapa sawit dengan kapasitas 2,4 ton /lori. Pada PTPN-I terdapat 40 lori. Tahapan perebusan (Sterilizing Station). Stasiun perebusan terdapat alat sterilizer yaitu suatu bejana yang digunakan untuk melakukan perebusan tandan buah segar. Pada pabrik PTPN-I terdapat 4 unit sterilizer, pada setiap sterilizer terdapat 10 lori. Tahapan penebah (Threshing Station). Stasiun penebah terdiri dari hopper ( penampung buah hasil rebusan), hosting crane (alat pengangkut lori ke thresher), automatic bunch feeder (mengatur meluncurnya buah agar tidak masuk sekaligus ke drum berputar), drum bunch thresher (tempat perontokan buah dari tandan dengan kecepatan 23-25 rpm). Tahapan kempa (Pressing Station). Stasiun pengempaan terdapat alat pelumat (digester), alat pengempa (screw press), tangki pemisah pasir (Desanding Device), ayakan getar (vibrating Screen), dan tangki penampung (Crude Oil Tank). Tahapan Pemurnian Minyak (Clarification Station). Stasiun pemurnian minyak terdiri dari CST (continuous settling tank), POT (pure oil tank), vakum dryer, sludge oil tank, sludge separator, decanter, Fat Pit, dan Storage Tank. 2. 3. 4. 5. 13 6. Tahapan Pengolahan biji sawit (Nut Plant Station). Pada stasiun ini terdapat Cake Breaker Conveyor, Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Cracked Mixture Separating Columm, Claybath,dan Kernel Silo. Proses pengolahan inti sawit Pada proses ini, mesin dan peralatan yang digunakan adalah mulai dari rolling mill, broken kernel conveyor, broken kernel elevator, flacking mill, flakes conveyor, flkes elevator, conditioner, screw press, filter press, vibrating screen, sampai berakhir di storage tank. Rolling mill dilengkapi dengan magnetic trap yang secara khusus menangkap benda-benda asing yang terbuat dari logam yang bercampur dengan inti sawit. Rolling mill memiliki tingkat ketebalan yang berbeda yaitu berturut-turut tingkat tebal inti yang dihasilkan pada tingkat I-II yaitu menjadi 1.5 mm, 1.3 mm, dan 1 mm. Flacking mill yaitu alat yang terdiri dari dua buah roll yang tidak bergerigi untuk menipiskan kembali inti sawit yang telah melalui rolling mill tersebut, sehingga mencapai ketebalan 0.3 mm. Conditioner adalah suatu instalasi yang berfungsi untuk penggorengan inti sawit yang telah tipis. 7. C. Proses Produksi Proses pengolahan dibagi menjadi beberapa proses produksi yaitu proses produksi CPO (crude palm oil) dan pengolahan biji sawit, serta pengolahan inti sawit. Proses produksi CPO pada PTPN-I Tanjung seumantoh terbagi atas beberapa tahap yang dilakukan di beberapa station. Station-station pada proses pengolahan kelapa sawit yaitu station penerimaan buah, perebusan, penebah, kempa, pemurnian minyak, dan pengolahan. Proses pengolahan TBS dimulai dengan persiapan TBS di loading rump, perebusan, penebahan, pengepresan, pengolahan, pemurnian hingga berakhir di storage tank. Berbagai perlakuan harus dipenuhi dalam proses pengolahan ini sehingga dihasilkan minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. C.1. Pabrik Kelapa Sawit 1. Tahapan Penerimaan Buah (Fruit Reception Station) Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah. Tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik untuk ditimbang terlebih dahulu. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah pemetikan (diterima pabrik maksimum 24 jam setelah dipetik). Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kandungan kadar asam lemak bebas yang tinggi pada kelapa sawit akibat keterlambatan pemrosesan. Untuk mengurangi hal tersebut dilakukan pencampuran antara buah lama dan buah yang baru dengan perbandingan buah baru yang dicampur jumlahnya lebih dominan daripada buah lama. Tujuan dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak dan inti serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui tingkat produksi TBS yang dicapai tiap sumber kebun. Jenis timbangan yang digunakan adalah timbangan digital dan dilengkapi dengan sistem komputer yang berkapasitas maksimal 60 ton. 14 Setelah dilakukan penimbangan, TBS di pindahkan ke loading rump. Pada loading rump ini dilakukan sortasi buah yang bertujuan untuk pengawasan terhadap kandungan minyak dalam proses pengolahan dan kadar asam lemak bebas dari TBS tersebut. Sortasi dilakukan terhadap setiap unit TBS yang masuk. Sortasi TBS dilakuakn berdasarkan criteria panen yang dibagi berdasarkan fraksi buahnya. kriteria panen dan syarat mutu TBS telah disajikan pada tabel 1. TBS yang terdapat pada loading rump yang telah mengalami proses sortasi kemudian dimasukkan ke dalam lori-lori tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk proses perebusan yang berkapasitas 2.4 ton TBS pada setiap lorinya. TBS dimasukkan ke dalam lori dengan membuka pintu loading. Lori yang telah terisi dengan TBS kemudian dimasukkan ke dalam sterilizer untuk dilakuakn perebusan dengan bantuan capstand yang berfungsi untuk menarik lori masuk-keluar sterilizer. Kebun Penimbangan Loading rump Sortasi Lori Perebusan (sterilizer) Hosting crane Thresher Brondolan Tandan kosong Pelumatan (digester) Incinerator Diagram 1. Diagram alir proses dari tahapan penerima buah sampai penebahan 15 2. Tahapan Perebusan (Sterilizing Station) Pada tahapan ini akan dilakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi adalah proses perebusan di dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Sterilizer memiliki kapasitas maksimal 10 lori yang dapat masuk ke dalamnya. Setelah lori yang berisi TBS masuk ke dalam sterilizer, pintu alat tersebut ditutup rapat untuk dilanjutkan proses perebusan. Proses perebusan dilakukan selama 100-110 menit dengan media pemanasnya adalah uap. Uap didapatkan dari turbin yng bertekanan 23 kg/cm3.  Metode Perebusan Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan. Metode perebusan yang digunakan adalah dengan sistem tiga puncak (Triple Peak). Prinsip triple peak adalah tiga kali penguapan uap (uap basah) ke dalam sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (blow down). Tahap perebusan dengan pola triple peak adalah perebusan dengan tahapan pencapaian puncak pada tiga kali pemasukan uap dan pembuangan uap. Jumlah puncak dalam pola rebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan dan penutupan dari steam masuk atau ateam keluar selama perebusan berlangsung, yang diatur secara manual dan otomatis. Sebelum dimasukkan uap untuk mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan deaerasi (pembuangan udara) selama 5 menit. Kemudian baru dimasukkan uap untuk mencapai puncak I yang dilakukan dengan cara membuka pipa steam masuk selama 12-15 menit atau dicapai tekanan sebesar 1.5 kg/cm 2, lalu pipa steam ditutup sedangkan pipa kondesat dan pipa exhaust dibuka. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0kg/cm2 atau selama 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak pertama proses yang terjadi adalah membuang udara yang terperangkap di dalam sterilizer. Pipa steam masuk kemudian dibuka kembali selama 15 menit atau sampai dicapai puncak II dengan tekanan 2.5 kg/cm2. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm 2 atau 5 menit pipa tersebut ditutup. Pada puncak kedua, proses yang terjadi adalah pengurangan kadar air dari buah dan proses awal sterilisasi. Setelah melalui dua puncak awal, perebusan dilanjutkan dengan membuka pipa steam masuk sampai dicapai puncak III dengan tekanan 3 kg/cm2. Lalu tekanan itu dipertahankan selama 45 menit, sebelum dilakukan pembuangan steam terakhir. Pada puncak ketiga terjadi proses setrilisasi sempurna dan melekangkan cangkang dan kernel agar tidak menyatu dan memudahkan emecahan nut. Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam yang berada di dalam sterilizer di buang. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada pencapaian puncak I dan II bertujuan untuk memberikan mechanical shock dan thermal shock terhadap TBS, sehingga buah yang semula kaku menempel pada tandan akan lunak dan akan lebih mudah lepas dari tandan saat di tebah dalam thresher. Sedangkan penahanan tekanan pada puncak II bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar kadar asam lemak bebas (ALB) didalam TBS dapat dikurangi. 16 Grafik 1. Grafik perebusan sistem triple peak 3. Tahapan Penebah (Threshing Station) Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam Steriliser dengan menggunakan capstand menuju kestasiun penebah dengan menggunakan alat pengangkat hosting crane. Pada tahapan ini buah dipipil untuk menghasilkan brondolan dan tandan kosong. Lori-lori diangkat dengan menggunakan hosting crane, yang berdaya angkut 5 ton. Kemudian hasil perebusan dituangkan satu persatu ke dalam hopper. Buah di dalam hopper jatuh melalui automatic bunch feeder ke dalam drum berputar yang berbentuk silinder drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut yang memanjang di sepanjang drum. Dengan bantuan sudut-sudut ini, buah terangkat dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya. Prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan gaya sentrifugal yang terjadi akibat putaran drum. Gaya sentrifugal (lawan dari gaya sentripetal) merupakan efek semu yang ditimbulkan ketika sebuah benda melakukan gerak melingkar (sentrifugal berarti menjahui pusat putaran. Tandan yang masuk akan melekat pada dinding drum yang sedang berputar, kemudian jatuh dengan adanya gaya gravitasi. Kapasitas drum ini adalah 10 ton TBS. bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan brondolan terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh kebagian bawah drum yaitu ke botton cross conveyor, sedangkan tandan kosong akan terlempar keluar dan jatuh ke empty hunc conveyor dan dibawa ke incinerator untuk dibakar. Brondolan yang berada pada bottom cross conveyor diangkut ke fruit elevator lalu ke top cross conveyor dan kemudian diteruskan ke fruit distribution conveyor untuk dibagikan ke dalam tiap-tiap digester untuk proses pelumatan. 17 pengepresan minyak kasar desanding device vibrating screen minyak crude oil tank continuous settling tank pemurnian Diagram 2. Diagram alir proses stasiun pengempaan. non-oil solid pelumatan (digester) ampas kempa pemecahan fat pit 4. Tahapan Pengempaan (Pressing Station) Tahapan pengempaan adalah tahapan pengambilan minyak dari pericarp (daging buah) dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumatan dilakukan dalam digester , sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir (Screw press). Proses pelumatan disebut juga dengan proses pengadukan. Tujuan proses ini adalah agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak. Pengadukan dilakukan dalam digester yang berbentuk silinder, masing-masing digester berkapasitas 7.5 ton. Di dalam digester dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga sebagian besar daging buah terpisah dari bijinya. Pada pengadukan ini dilakukan pemanasan untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 90-950C. Hasil pengempresan adalah minyak kasar yang keluar dari silinder, dan melalui oil guitter akan menuju desanding device untuk proses pengendapan. Hasil lain adalah ampas kempa yang terdiri dari biji, serat dan ampas yang akan dipecahkan dengan menggunakan cake broker conveyor. Minyak hasil pengempaan pada Screw press merupakan minyak mentah yang masih banayak mengandung kotoran-kotoran. Desanding device adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder yang berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Minyak yang masih mengandung serat dan sedikit 18 kotoran berada pada bagian atas, kemudian dipompakan ke ayakan getar, sedangkan kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana yang akan dialirkan ke fat pit. Vibrating screen adalah alat yang terdiri dari dua lapisan screen dengan ukuran masing-masing 30 mesh untuk top screen dan 40 mesh untuk bottom screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses penyaringan menggunakan vibrating screen yang bertujuan untuk memisahkan non-oil solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, dan kotoran-kotoran lain yang terbawa dari desanding device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui bottom cross conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank. Minyak yang dikeluarkan dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara sebelum di pompakan ke stasiun pemurnian. Pada crude oil tank minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa pemanas dengan suhu yang dipertahankan 90-95oC. Kemudian minyak dipompakan ke continuous settling tank (CST). 5. Tahapan Pemurnian Minyak (Clarification Station) crude oil tank continuous settling tank skimmer pure oil tank oil purifier kotoran dan air densitas kecil sludge sludge oil tank kotoran dan air densitas besar proses blow down Fat pit vacum dryer pemompaan storage tank (CPO) Diagram 3. Diagram alir proses stasiun pemurnian (clarification station). 19 Minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari stasiun pengempaan masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan mutu sehingga sulit dalam pemasaran. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar maka perlu dilakukan proses pemurnian terhadap minyak tersebut. Dari crude oil tank minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan lumpur dalam crude oil tank berdasarkan berat jenisnya. Proses pengendapan ini dapat berlangsung dengan sempurna jika temperatur minyak dapat dipertahankan pada 9095oC, karena pada temperatur tersebut mniyak yang memiliki densitas lebih besar akan mengendap pada dasar tanki. Minyak pada bagian atas CST dikumpul dengan bantuan skimmer menuju pure oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak terletak pada bagian bawah yang dialirkan ke sludge oil tank. Minyak dari CST menuju ke pure oil tank untuk ditampung sementara waktu sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam pure oil tank juga terjadi pemanasan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Pemanasan dilakukan pada suhu 90-95oC. di dalam oil purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal. Dengan kecepatan perputarannya adalah 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang lebih besar akan berada pada bagian luar (dinding bowl), sedangkan minyak mempunyai densitas yang lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk dialirkan ke vacum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di bowl down ke seluruh pambuangan untuk dibawa ke fat pit. Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum dryer. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan noozle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal tersebut akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun dan dipompakan ke storage tank. Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian bawah CST di alirkan ke sludge oil tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan pada suhu 8090oC dengan menggunakan uapyang dialirkan melalui coil pemanas sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu. Kemudian dialirkan ke fat pit melalui saluran pembuangan, sedangkan lumpur yang masih mengandung minyak dialirkan self cleaning straine yang merupakan saringan berbentuk silinder dan berlubang lebih halus. Dengan adanya perputaran poros, timbul gaya sentrifugal dan minyak akan berada dibagian tengah dan dihisap oleh pompa menuju balancing tank. Dari balancing tank ini minyak yang masih mengandung lumpur halus dibagi ke sludge operator dan decanter. Pada sludge operator ini terjadi 2 fase pemisahan minyak kasar dan sludge yang mengandung air. Pada tahap ini minyak dipisahkan dari NOS berdasarkan perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putar 7500 rpm, serta dilakukan juga pemanasan dengan air pemanas yang berasal dari hot water tank. Minyak yang mempunyai densitas lebih keciil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (paring disk) yang kemudian dialirkan ke CST. Sedangkan sludge yang 20 mengandung air memiliki densitas lebih besar sehingga akan terdorong ke bagian dinding bowl dan melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit. Pada decanter terjadi pemisahan 3 fase yaitu minyak, air, dan padatan. Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang diam (canting) dan bagian berputar. Bagian berputar merupakan tabung (bowl) dengan putaran 3500 rpm dan di dalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan bergerak ke dinding bowl dan didorong oleh screw ke bawah. Padatan yang berbentuk lumpur dibuang sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan padatan dan akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat adanya gaya sentrifugal. Cairan dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan kembali ke CST, sedangkan air kotornya dialirkan kesaluran pembuangan menuju fat pit. Fat pit merupakan kolam untuk menampung air limbah yang masih terdapat minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Selanjutnya minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah dan ditampung pada pinggiran kolam fat pit, dan dipompaka ke CST untuk proses pemurnian kembali. Minyak yang sudah melewati vacuum dryer dipompakan ke storage tank. Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini disebut juga crude palm oil (CPO). Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah). Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti Crude Palm Oil, Crude Palm Stearin, RBD Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel, Palm Kernel Expeller (PKE), Palm Cooking Oil, Refined Palm Oil (RPO), Refined Bleached Deodorised Olein 21 (ROL), Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS), Palm Kernel Pellet, dan Palm Kernel Shell Charcoal. Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975 2. 3. Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975 Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975 4. Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975 (Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006).  Komposisi Kimia Minyak Sawit Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp dan 20% buah yang dilapisi kulit tipis, kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40%. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenara kurang lebih 500-700 ppm. Kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. Rata-rata komposisi asam lemak kelapa sawit dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 2. komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Asam lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%) Asam kaprilat 3–4 Asam kaproat 3–7 Asam laurat 46 – 52 Asam miristat 1.1 – 2.5 14 – 17 Asam palmintat 30 – 46 6.5 – 9 Asam stearat 3.6 – 4.7 1 – 2.5 Asam oleat 39 – 45 13 – 19 Asam linoleat 7 – 11 0.5 – 2 (Ketaren, 1986)  Sifat Fisika Minyak Kelapa Sawit Sifat-sifat fisika dari minyak kelapa sawit pada umumnya dipengaruhi oleh temperatur. Beberapa sifat fisika yang telah diketahui adalah sebagai berikut : 1. Tidak dapat larut dalam air, hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus polar. 2. Densitas minyak sawit adalah 0.9087 gram/cm3(350C). 3. Tegangan permukaan 35 dyne/cm (60-700C). 4. Tegangan antar muka dengan air 30 dyne/cm (60-700C). 5. Kelarutan minyak kelapa sawit di dalam air 0.14% dari jumlah minyak keseluruhan (diukur pada 320C). 6. Keseluruhan udara dalam minyak kelapa sawit sekitar 8 volume udara / 100 volume minyak pada 300C dan 13 volume udara / 100 volume minyak pada 1500C. 7. Indeks bias minyak kelapa sawit adalah 1.4521 pada 600C. 8. Titik cair minyak kelapa sawit adalah 400C. 9. Konduktifitas minyak kelapa sawit adalah 0.0004 cal/ s cm 0C pada 210C dan 0.00039 cal/s cm0C pada 1000C. 22  Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit Adapun sifat-sifat kimia kelapa sawit adalah sebagai berikut : 1. Asam lemak jenuh dan minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat dengan karbon genap. 2. Bila terjadi kontak dengan sejumlah oksigen, maka akan terjadi reaksi oksidasi yang menyebabkan minyak menjadi tengik. 3. Dilihat dari strukturnya, minyak berasal dari trigliserida – ester atau trigliserida yang terbentuk dari kondensasi dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Pada reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. 4. Pada reaksi hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. 5. Penambahan sejumlah basa akan terjadi reaksi penyabunan (saponifikasi). 6. Komposisi asam lemak yang utama pada minyak adalah asam palmitat (40-46%) dan pada minyka inti sawit asam laurat (46-56%). Untuk memperoleh minyak kelapa sawit sesuai dengan standar serta mutu yang yang baik, maka perlu diperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi. Mutu produksi sangat mempengaruhi, terutama asam lemak bebas (ALB) dalam minyak kelapa sawit. ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi, ALB dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak kelapa sawit sangat merugikan. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun, sehingga perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak yang dipercepat dengan faktorfaktor seperti apanas, air, keasaman, katalis(enzim) (Fauzi, dkk. 2006). Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandas dipotong sebelum direbus yaitu banyak buah yang rusak, lamanya pengangkutan, tingkat kematangan, dan pengumpulan buah yang tertunda. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa dipabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimia yang dibantu oleh air, berlangsung pada kondisi tertentu. Air panas dan uap air tertentu merupakan bahan pembantu pada proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak mengalami penurunan. Karena itu, setelah proses pengolahan minyak sawit, dilakukan pengeringan pada bejana hampa pada suhu 900C (Lubis.1982). Tabel 3. Sifat fisika-kima dari kelapa sawit. Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit Berat jenis pada suhu kamar 0.900 0.900-0.913 0 Indeks bias D 40 C Bilangan Iod 1.4565-1.4585 1.459-1.415 Bilangan penyabunan 48-86 14-20 196-206 244-254 (Ketaren, 1986). 23 C.2. Pabrik Inti Sawit (PIS) Tahapan Pengolahan Biji Sawit (Nut Plant Station) screw press serat cake breaker conveyor pemisahan depericarper fraksi ringan pemisahan (fibre cyclon) shell bin boiler fraksi berat polishing drum pengikisan nut silo pemecahan ripple mill pemecahan II biji 24 pemecahan II cracked mixture separating columm fraksi ringan separating columm penghisapan fibre conveyor shell bin fraksi berat screened particle drum ripple mill pemcahan pemisahan (clay bath) boiler shell bin boiler kernel silo pengeringan Diagram 4. Diagram alir proses pengolahan ampas kempa. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari cangkangnya dan untuk mempersiapkan biji yang akan diiolah di pabrik pengolahan inti sawit. Pengolahan biji sawit pada dasarnya adalah proses pemisahan serabut dari biji, pemeraman biji, pemisahan inti dari cangkangnya dan proses pengeringan. Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih menggumpal masuk ke cake breaker conveyor (CBC). CBC merupakan suatu talang yang terdiri dari pedal-pedal yang berputar pada poros yang dilengkapi dengan steam jacked untuk mengalirkan steam sebagai media pengering dengan temperatur 90-950C. CBC berfungsi untuk mengeringkan dan memecahkan gumpalan-gumpalan ampas kempa agar memudahkan pemisahan biji dan serat. Kemudian dibawa ke depericarper. Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari separating columm dan polishing drum. Ampas dan biji dari CBC masuk ke separating columm. Disini fraksi ringan yang berupa serat (fibre), inti pecah halus, cangkang halus, dan debu terpisah di fibre cyclone dan 25 melalui air lock masuk dan ditampung dalam shell bin yang akan digunakan sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan pecah akan ke polishing drum. Di dalam polishing drum akan terjadi perputaran yang mengakibatkan terjadinya gesekan sehingga serabut terkikis dan terlepas dari biji bersamaan fraksi kecil lainnya jatuh melalui lubang cincin nut elevator dan diperam di nut silo. Di dalam nut silo tingkatan suhu (udara panas) Yang digunakan dibagi menjadi tiga yaitu berturut-turut dari atas kebawah adalah 700C, 600C, dan 500C. Biji yang telah diperam akan dipecahkan menggunakan mesin ripple mill yang diatur oleh nut shaking grate. Nut shaking grate terletak pada dasar nut silo. Biji yang masuk dari rotor pada ripple mill akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan inti pecah. Kecepatan putarannya adalah 900 rpm. Setelah dipecahkan, inti yang masuk bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke cracked mixture separating columm melalui cracked mixture conveyor dan elevator. Campuran tersebut terkadang mengandung kotoran berupa pasir yang akan tertinggal saat pembawaan. Pada cracked mixture separating columm akan terjadi pemisahan dimana fraksifraksi ringan akan diserap oleh separating columm fan. Fraksi –fraksi ringan tersebut akan dibawa ke shell bin oleh fibre conveyor. Fraksi berat disortir terlebih dahulu dari batu-batuan oleh vibrating grade kemudian akan turun dan masuk ke screened particle drum. Biji utuh hasil pemisahan pada vibrating grade dan screened particle drum di kembalikan ke ripple mill untuk dipecahkan kembali. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada dust separating columm air lock. Inti hasil pemisahan dibawa ke kernel silo melalui konveyor. Cangkang hasil serapan dust conveyor air lock dibawa ke shell bin dan akan bercampur dengan serabut dari fibre cyclone sebagai bahan bakar boiler. Pada proses ini juga terdapat proses pemisahan inti, inti pecah, dan cangkang secara basah dengan menggunakan claybath. Pemisahan ini memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid yang mempunyai berat jenis diantara kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi yang ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan pada suhu tertentu. Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7 %. Inti yang berasal dari kernel distribution conveyor didistribusikan ke unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari boiler yang merupakan hasil kontak dengan steam. Suhu yang digunakan pada kernel silo sama dengan nut silo. Biji kelapa sawit yang diolah menghasilkan minyak inti sawit atau disebut juga palm kernel oil(PKO) dan hasil samping dari pengolahan inti kelapa sawit berupa palm kernel meal (PKM). Minyak kelapa sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif cerah dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah. Tabel 4. Komposisi rata-rata inti sawit . No Komponen Jumlah 1 Minyak 47-52 2 Air 6-8 26 3 4 5 6 Protein Extratctable non nitrogen Selulosa Abu 7.5-9.0 23-24 5 2 Terdapat variasi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non protein. Extractable non nitrogen mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tetapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Pemisahan minyak inti sawit pada proses pengolahan merupakan pemisahan campuran zat padat dan zat cair yang dilakukan dengan cara pengepresan dan pengendapan. Kecepatan pengendapan memegang peran penting. Kecepatan pengendapan ini tergantung pada perbedaan kerapatan dari zat cair dan zat padat, volume dari zat-zat padat, dan viskositas dari zat cair. Semakin kecil dan ringan bagian-bagian dari zat padat serta semakin kental zat cair, maka akan semakin lambat pula pengendapan berlangsung. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pengolahan inti dari buah kelapa sawit untuk mendapatkan minyak inti sawit atau lebih dikenal dengan palm kernel oil terdiri dari bebrapa tahapan. Inti yang berasal dari silo turun dan masuk ke vibrating case kemudian dilakukan penyortiran inti sebelum masuk ke rolling mill. Pada rolling mill yang terjadi hanya proses fisik, yaitu inti sawit diremukkan secara mekanis oleh roll-roll yang bergerigi. Inti yang telah melalui rolling mill dibawa dengan menggunakan broken kernel conveyor dan broken kernel elevator dibawa kedalam flacking mill untuk menipiskan kembali inti sawit yang telah melalui rolling mill. Dengan proses tersebut diharapkan permukaan sawit mampu menyerap udara panas lebih cepat dan dapat memaksimalkan perolehan minyak inti sawit. Untuk memperoleh minyak yang terkandung di dalam inti sawit, maka inti yang keluar dari flacking mill tersebut dibawa dengan menggunakan flakes conveyor dan flakes elevator ke dalam conditioner. Penggorengan menggunakan conditioner dilakukan dengan uap kering yang bertemperatur 800C dan tekanan 11 bar. Dalam screw press, inti ditekan dengan tekanan mencapai 40 bar dan temperatur 800C. Dari proses ini dihasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil) dan ampas inti sawit (palm kernel mill). Minyak inti akan turun menuju filter press lalu ke vibrating screen untuk memisahkan inti kotor (crude kernel oil) dengan sisa ampas. Minyak inti sawit yang telah dipisahkan dari ampas dan kotorannya dipompakan ke storage tank dengan suhu simpan 45-600C. 27 silo Vibrating case Penyortiran inti Rolling mill Flacking mill Penggorengan (Conditioner) Pengepresan (screw press) Minyak inti sawit kasar Vibrating screen PKO (palm kernel oil) Ampas inti sawit Storage Ampas Diagram 5. Diagram alir proses pengolahan inti sawit. 28 IV. PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Sistem Pengelolaan Lingkungan Industri PTPN-I Tanjung Seumantoh menyadari bidang usahanya secara langsung berhubungan dengan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lingkungan tersebut. Oleh karena itu PTPN-I Tanjung Seumantoh memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup disekitar tempat usahanya. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan merupakan hal yang dirasa semakin penting. Berbagai peraturan yang dikeluarkan pemerintah berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, semakin menegaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Masyarakat juga akan semakin peduli akan hak-haknya untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik. Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai kinerja lingkungan perusahaan yang lebih baik. Mekanisme itu dilakukan dengan upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan. Melalui penerapan sistem manajemen lingkungan, tuntutan akan peningkatan kinerja dari masyarakat dan pemenuhan persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah dapat diantisipasi oleh perusahaan. Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh membentuk suatu unit kerja yang bekerjasama dengan kemitraan lingkungan hidup (KLH). Kebijakan lingkungan yang digunakan pada PTPN-I Tanjung Seumantoh berdasarkan pada kerjasama antara pihak lembaga independen Lingkungan Hidup. PTPNI Tanjung Seumantoh juga memiliki komitmen untuk mencegah pencemaran, melaksanakan peraturaturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh mengikuti prinsip pembangunan industry kelapa sawit berkelanjutan yaitu melindungi dan memperbaiki lingkungan alam (environmentally sound), layak secara ekonomi (economically viable), dan diterima secara social (Isocially acceptable). Semua hal tersebut akan menuju pada penerapan AMDAL, cleaner production,ISO 9000-200, ISO 4000, ecolabelling, OHSAS, HACCP, dan HCVF. Pendekatan teknologi pengolahan lingkungan khususnya terhadap limbah yang digunakan oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh adalah reduce, recycle, reuse, dan recovery. PTPN-I Tanjung Seumantoh juga membentuk suatu unit kerja yang bekerja sama dengan kemitraan lingkungan hidup (KLH). Dasar-dasar hukum yang digunakan adalah UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, KepMen No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003 tentang pedoman syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah dari industry minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. PTPN-I Tanjung Seumantoh juga memiliki komitmen untuk mencegah pencemaran, melaksanakan peraturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. 29 B. Proses Pengelolaan Lingkungan Industri Pada proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan industri, sangat erat kaitannya dengan pengolaan limbah industri untuk mengendalikan pencemaran yang berakibat negatif bagi lingkungan. Untuk memaksimalkan pengelolaan lingkungan industri terhadap limbah, maka perlu diketahui tentang limbah industri yang dihasilkan.  Limbah Industri Kelapa Sawit Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah yang dihasilkan adalah limbah padat, cair dan gas. Limbah padat terdiri dari fibre, cangkang, tandan kosong, dan idecanter solid. Limbah cair terdiri dari limbah hasil separator, limbah haisl dari decanter, dan limbah air rebusan. Limbah yang dihasilkan juga memiliki nilai untuk dimanfaatkan dan berpotensi juga terhadap pencemaran.. Limbah padat misalnya seperti tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan organic yang dapat menghasilkan pupuk. Serat dan cangkang yang dihasilkan dari proses pengepresan juga dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar. Pada limbah cair, air limbah yang dihasilkan akan diolah kembali pada proses water treatment, proses tersebut dilakukan selain untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat limbah cair juga untuk mengolah air agar dapat digunakan. Limbah cair industri kelapa sawit yang juga merupakan sisa dari proses produksi yang mengandung konsentrasi padatan tinggi dan sangat potensial menciptakan pencemaran. Limbah cair mengalir ditengah-tengah perkebunan dan berakhir pada sungai atau perairan umum yang banyak dimanfaatkan penduduk. Pohon industri pemanfaatan limbah kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 5. Menurut Ditjen PPHP (2006), dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, social dan lingkungan seperti berikut : 1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun atau musim. 2. Pemanfaatan dilapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan. 3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan. 4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energy(nilai kalor bakar) bahan limbah. 5. Berbagai alternative pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk yang dihasilkan. 6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian lingkungan hidup.  Karakteristik Limbah Kelapa Sawit Karakteristik limbah dapat diketahui menurut sifat-sifat dan karakteristik kima, fisika, dan biologis. Ada limbah ynag mengandung parameter tertentu walau tidak termausk golongan berbahaya dan beracun tapi sangat sensitifterhadap lingkungan. Pengambilan sampel, prosedur pengambilan, penetapan titik sampling dan metode samplingnya mempunyai peranan penting dalam menentukan nilai-nilai parameter dimana nilai tersebut harus dapat mewakili seluruh nilai pada satu periode tertentu. Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui, 30 yaitu sifat fisik (padatan, kekruhan, bau, temperatur, warna), sifat kimia (BOD, COD, N, dan minyak dan lemak), dan sifat biologis. Semua karakteristik limbah tersebut terdapat pada limbah industri yang dihasilkan (Ditjen PPHP, 2006). Pada limbah cair misalnya, hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbah perlu diketahui karakteristik limbah. Karakteristik limbah dapat diketahui dari balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit sehingga diketahui efisiansi pabrik kelapa sawit dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan dapat dikurangi dengan pemakaian decanter yang menyebabkan efisiensi pabrik kelapa sawit meningkat.  Penanganan dan Pengolahan Limbah Industri  Limbah cair Perincian operasi dan reaksi berbagai proses biologis adalah limbah industry harus mengandung bahan yang dapat dibusukkan dengan kegiatan bakteri. Jika limbah pabrik dialirkan ke dalam kolam yang cuukup besar dan ditambah dengan bakteri maka akan terjadi proses biologis. Penyediaan kolam yang dangkal, agak dalam dan yang lebih dalam lagi dikenal dengan kolam oksidasi aerobic, fakultatif dan anaerobic. Telah terbukti bahwa sistem kolam mini berhasil di daerah tropis dan semi tropis, dimana tanah mudah di dapat, iklimnya baik dan suhu relatif tinggi. Separator Decanter sterilizer Air Air Air Fat Pit Diagram 6. Aliran limbah air menuju Fat pit. Setelah semua limbah cair terkumpul di fat pit maka akan diolah kembali untuk diambil minyak yang masih terkandung di dalam limbah cair tersebut. Limbah cair yang ada terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai agar emenuhi standar baku mutu limbah yang ada. Limbah cair mengandung bahan organic yang dapat mengalami degradasi karena adanya bakteri pengurai. Limbah yang mengandung senyawa organik diolah dengan kondisi aerobic dan anaerobic. Limbah cair padat yang masih mengandung minyak dikumpulkan dalam kolam fat pit untuk diambil minyaknya. Prinsip pemisahan disini berdasarkan perbedaan densitas yang akan meghasilkan pemisahan antara minyak dan air. Minyak akan naik ke atas lalu dipompakan ke dalam bak disposal (penampungan) kemudian dilakukan proses pemurnian kembali dan pada akhirnya terkumpul di crude oil tank). Limbah yang tersisa berada pada bagian bawah fat pit, limbah tersebut memiliki temperatur 60-700C. Air limbah segar yang keluar dari pabrik didinginkan pada cooling tower. 31 Pendinginan air limbah dengan cooling tower dibantu dengan bak pendingin. Alat ini mampu menurunkan suhu air limbah dari 700C sampai 400C. Fat pit Pemisahan Minyak Air (limbah) Bak disposal Pendinginan (cooling tower) Proses pemurnian Penetralan (neutralizing pond) Crude Oil Tank Proses anaerobic (anaerobic pond) (Facultative pond) Kolam penampungan sementara Proses aerobic (aerobic pond) Sungai Diagram 7. Aliran proses pengolahan limbah cair PTPN-I Tanjung Seumatoh. 32  Limbah padat Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan kosong, cangkang, fibre, dan solid decanter. Tandan kosong didapat dari threshing station, dimana terdapat proses pelepasan brondolan dari TBS. Terkadang tandan kosong masih memiliki brondolan yang tidak dapat rontok pada saat perontokan. Pengolahan limbah tandan kosong dapat dengan dimanfaatkan secara langsung maupun dilakukan proses pembakaran dengan incinerator. Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organic tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organic tanah maka struktur tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara. Tandan kosong juga dapat digunakan sebagai pupuk kompos dan pupuk organik. Pengkomposan merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah padat yang sudah lama dikenal. Salah satu faktor penting dalam proses pengkomposan adalah unsur C dan N. Tandan kosong yang akan dijadikan pupuk kompos terlebih dahulu dilakukan proses perajangan agar dekomposisi dapat dipercepat. Kemudian disirami oleh limbah cair PKS. Penguraian bahan organik tergantung pada kelembaban lingkungan. Perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH. Hasil dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, serat dan inti kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk boiler. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Solid decanter yang dihasilkan dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu sehingga mengalami pembusukan kemudian dibuang ke dalam lahan perkebunan untuk menyuburkan tanaman kelapa sawit. Limbah padat yang berasal dari solid decanter menimbulkan bau, sehingga apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian untuk dijadikan pupuk. Limbah ini dapat menyuburkan tanah, sehingga dapat membantu dalam hal pengurangan anggaran pembelian pupuk.  Limbah gas Limbah gas pabrik kelapa sawit berupa asap. Asap dihasilkan dari pembakaran tandan kosong melalui incinerator dan asap yg ditimbulkan dari boiler yang menggunakan cangkang dan fibre sebagai bahan bakar. Pengolahan limbah dilakukan dengan mengeluarkan asap ke udara. Pencemaran yg ditimbulkan cukup banyak khususnya untuk udara. PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk mengurangi limbah gas ini denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan kosong serta mengatur komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre. Komposisi penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar bantuan lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap yang ditimbulkannya berwarna hitam pekat. 33 C. Sistem Monitoring dan Pengendalian Lingkungan Pengendalian lingkungan industri PTPN-I Tanjung Seumantoh mengacu pada UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, KepMen No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003 tentang pedoman syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah dari industry minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Monitoring dan pengendaliannya bekerja sama dengan instansi-instansi seperti Departemen Perindustrian, Komite Akreditas Nasional, dan Balai Riset Dan Standarisasi Industry, serta Balai Lingkungan Hidup. Monitoring dilakukan terhadap dampak limbah yang dihasilkan pabrik. pada PTPN-I Tanjung Seumantoh pengontrolan dilakukan terhadap limbah cair yang paling banyak dihasilkan untuk diketahui uji kadar limbah. Hasil dapat dilihat pada tabel 6 dan 7. Pengecekan dilakukan tiap bulan oleh Balai Riset Dan Standarisasi Industri Banda Aceh. Pelaporan akan dilakukan setelah pengujian selesai dan dokumentasi diperoleh dalam bentuk form hasil uji. 34 V. A. Bahan Baku Produksi PEMBAHASAN Bahan baku pada industri ini adalah kelapa sawit. Kelapa sawit yang dipilih yaitu kelapa sawit yang berjenis tenera. Tenera adalah kelapa sawit yang sering disebut bibit unggul karena persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% serta jenis ini merupakan persilangan antara induk dura dan psifera. Kelapa sawit yang masuk ke pabrik berasal dari tiga sumber yaitu kelapa sawit yang berasal dari kebun PTPN-I Tanjung Seumantoh, kelapa sawit pembelian dari pihak lain, dan kelapa sawit yang dititip olah. Kualitas yang dimiliki kelapa sawit-kelapa sawit tersebut berbeda-beda, tentu saja kualitas kelapa sawit dari kebun PTPN-I lebih baik dari pada dua sumber yang lain. Penggunaan bahan baku dari pihak lain merupakan kebijakan yang diambil oleh PTPN-I untuk memaksimalkan produksi, karena kebun perusahaan tidak dapat mencukupi jumlah bahan baku yang akan diolah. Hal ini disebabkan kurangnya pemeliharan dan pengawasan di kebun milik PTPN-I tersebut. Permasalahan bukan pada luasnya kebun yang dimiliki sehingga hasil panen juga mempengaruhi, tetapi pengawasan disekitar kebun kelapa sawit yang kurang, contohnya kebun yang luas menyebabkan petugas pengawas kebun kewalahan menjaga pohon kelapa sawit yang ada. Apalagi di saat panen, seringkali didapat adanya masyarakat yang mencuri kelapa sawit yang siap panen, sehingga hasil panen yang didapat tidak sesuai target atau jumlah panen semestinya. Oleh karena itu, untuk mencukupi bahan baku setiap harinya PTPN-I menerima kelapa sawit dari pihak-pihak lain sampai kapasitas produksi terpenuhi. Pohon kelapa sawit yang telah siap panen akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang merupakan bahan baku industry crude palm oil (CPO). Harga dari tandan buah segar berkisar antara Rp 11.000- Rp 12.000, dengan jumlah TBS yang dihasiilkan setiap bulannya kurang lebih 60.421 ton. Kualitas dari TBS diukur berdasarkan tingkat kematangannya. tingkat kematangan ini dapat mempengaruhi rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Kematangan dari TBS dibedakan menjadi beberapa fraksi yaitu fraksi 00 sampai fraksi 6. TBS yang termasuk fraksi F00, mutlak masih mentah yang ditandai dengan tidak adanya (0%) brondolan dari buah dari permukaan kulit TBS terluar. TBS dengan fraksi F0 tergolong masih mentah walaupun masih ada 1-12,5% brondolan buah dari permukaan kulit TBS terluar. TBS fraksi ini sudah tergolong matang yakni terdapat 12,5-75% brondolan buah dari permukaan kulit TBS terluar. Buah pada TBS fraksi 6 sudah tergolong busuk dan tidak seharusnya ikut dipanen. Fraksi ini ditandai dengan adanya brondolan buah >75% dari permukaan kuliat TBS terluar. Pada saat pemanenan kelapa sawit, petugas diwajibkan untuk memotong batang atau ganggang TBS sehingga membentuk potongan seperti huruf V. adanya gangang panjang akan menambah tonase TBS yang diolah dan cenderung menghisap minyak saat perebusan sehingga mempengaruhi perhitungan rendemen. Dalam menjaga kualitas bahan baku yang akan digunakan, PTPN-I melakukan proses sortasi TBS sebelum dilakukan proses pengolahan. Pada proses sortasi, TBS yang dipilih adalah fraksi I, II, dan fraksi III. Buah dalam bentuk brondolan turut dihitung dalam proses sortasi. Jumlah brondolan merupakan parameter kualitas TBS secara overall pada truk pengangkut TBS. Kategori sampah dalam proses sortasi mencakum janjang 35 kosong (jangkos), tanah, dan sampah-sampah lain yang terikut pada saat pemanenan. TBS berupa jangkos tidak layak untuk dipanen. Pada fraksi ini hampir tidak ada buah pada TBS atau brondolan mendekati 100%. Adanya jangkos, tanah dan sampah-sampah lain pada truk hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa memberikan hasil sehingga mempengaruhi rendemen. Kondisi janjang yang terlalu panjang juga akan mengurangi rendemen minyak yang didapat karena dalam proses perebusan TBS akan cenderung menyerap minyak. Proses pemanasan saat perebusan akan menyebabkan kadar air dalam janjang berkurang akibat terjadinga kondensasi sedangkan minyak yang terdapat dalam buah sebagian kecil ikut terekstrak dan ikut bersama air kondensasi sehingga janjang yang dalam keadaan air rendah dapat menyerap minyak. Keberadaan buah keras dan buah mentah dalam proses produksi menyebabkan sulitnya proses perontokan brondolan dari janjang pada Threser. Sehingga terkadang masih terdapat brondolan dalam janjang yang tidak lepas dan ikut terbuang bersama janjang kosong ataupun mengalami perebusan dua kali. Persentase dari buah keras yang diperbolehkan dalam standar sortasi sebesar 3% dan buah mentah sebesar 0%. Jadi proses sortasi sangat mendukung dalam menghasilkan kualitas produk dan rendemen yang baik. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh ditemukan bahwa permasalahan yang menyebabkan adanya TBS yang kurang bagus masuk ke dalam proses pengolahan sehingga rendemen yang didapat kurang memuaskan yaitu karena adanya provokasi pihak lain dalam proses sortasi. Pihak pemilik kelapa sawit yang kelapa sawitnya dibeli oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh selalu berusaha agar TBS yang mereka miliki diterima semuanya oleh pihak perusahaan. Karena jika buah yang dimiliki tidak lolos sortasi, maka bayaran penjualan mereka juga akan berkurang. Provokasi tersebut menyebabkan petugas lapangan sortasi sering tidak dapat mengatur jalannya sortasi dengan baik sehingga ada saja TBS yang tidak layak diolah lolos dari proses sortasi. Permasalahan ini akan menjadi sangat serius jika tidak ada penanganannya. Sebaiknya pada proses sortasi, tidak ada pihak lain yang ikut dalam proses selain pihak perusahaan dan petugas bongkar muat truk pengangkut kelapa sawit. B. Proses Produksi B.1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Proses produksi kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau CPO (crude palm oil) melalui beberapa tahapan, proses produksi ini dimulai dari penimbangan kelapa sawit pada jembatan penimbangan, penerimaan buah di stasiun penerimaan buah, Stasiun perebusan, Stasiun penebahan, Stasiun pengepressan, Stasiun pemurnian hingga ke penyimpanan minyak. Sedangkan untuk menghasilkan kernel dan cangkang, dari Stasiun Press Masuk ke Stasiun Nut and Kernel. Secara Garis Besar, proses produksi CPO atau minyak kelapa sawit pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang dapat diliat dari diagram material balance proses produksi berikut ini : 36 Diagram 8 . Material Balane proses produksi Dalam tahapan – tahapan proses produksi terdapat satasiun-stasiun pengolah yang masing-masingnya memiliki alat-alat proses atau pengolah bahan baku sebagai berikut : 1. Stasiun penerimaan buah a. Jembatan penimbangan Pada stasiun penerimaan buah, terdapat alat yang disebut jembatan penimbangan. Jembatan penimbangan adalah tempat penimbangan atau alat ukur berat kapasitas besar yang biasanya digunakan untuk mengukur berat bahan ataupun produk yang dikirim ke kebun ataupun untuk menimbang solar yang masuk ke pabrik. Jembatan penimbangan menggunakan plat dari besi berukuran 8 x 2,5 meter dengan kapasitas maksimal 60 ton. Pengukuran berat dengan jembatan penimbangan memakai sistem elektronik yang dilengkapi dengan load cell dan sensor, sehingga menghasilkan output angka pada monitor pengendali. Penimbangan dilakukan sebanyak dua kali, penimbangan pertama dilakukan terhadap kendaraan bermuatan (bruto), sedangkan penimbangan kedua dilakukan terhadap kendaraan yang telah kosong (tarra), selisih penimbangan kendaraan bermuatan dengan kendaraan kosong merupakan berat bersih (netto) muatan. Kendaraan yang telah melakukan penimbangan memiliki karcis timbang. Karcis timbang digunakan sebagai bukti dari berat barang yang keluar atau masuk pabrik. 37 Gambar 5. Jembatan penimbangan Gambar 6. Kendaraan memasuki jembatan penimbangan b. Loading Rump Setelah TBS melalui jembatan penimbangan, TBS akan disortir dan ditampung pada loading rump. Loading Rump merupakan tempat penampungan sementara TBS sebelum dilakukan proses perebusan. Pada PTPN-I memiliki Fruit loading rump yang terdiri dari 12 hopper penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 120. Bagian ujung dari hopper dipasang jerjak-jerjak pembuangan pasir dengan lebar satu meter sepanjang dasar Loading rump dan dilengkapi dengan konveyor untuk mengeluarkan pasir dan sampah. Loading rump dilengkapi dengan pintu loading yang bekerja secara hidrolik, dimana setiap pintu dipasang pengatur untuk memindahkan ke dalam lori-lori perbusan. Gambar 7. Truk sedang memasukkan TBS ke dalam Loading rump. 38 Gambar 8. Keadaan stasiun penerimaan buah c. Lori Lori adalah wadah yang berfungsi sebagai tempat penampungan TBS dari loading rump dan sebagai wadah pada saat perebusan TBS. Bagian lori terdiri dari badan lori, ring rantai, kaitan, serta roda. Ring rantai digunakan sebagai tempat untuk mengaitkan rantai pada Tippler, sedangkan kaitan digunakan sebagai alat sambungan antar lori dan juga berfungsi sebagai tempat mengaitkan tali dari alat penarik lori. Roda lori digunakan untuk memudahkan perpindahan lori dari satu tempat ke tempat lain melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi membantu sirkulasi steam yang merata dan memudahkan pengeluaran air kondensat. Lori di PTPN-I Tanjung Seumantoh memiliki kapasitas 2.4 ton TBS/unit. Gambar 9. Lori yang siap menampung TBS dari loading rump Gambar 10. Lori yang siap masuk ke dalam alat perebus 39 d. Capstand Capstand merupakan alat yang digunakan untuk menarik lori. Capstand di gerakkan oleh elektromotor berdaya 16 kW, dengan kecepatan rotasi motor sebesar 1450 rpm. Penggunaan capstand diawali dengan mengaitkan tali capstand ke kaitan lori, elektromotor kemudian akan memutar katrol tali sehingga tali melilit dan sekaligus menarik lori. 2. Stasiun Perebusan Sterilizer berbentuk tangki silinder horizontal berkapasitas 10 lori ( 24 ton TBS/sterilizer). Bagian-bagian sterilizer terdiri dari safety valve (katup pengaman), manometer tekanan, pipa exhaust, pipa inlet, pipa kondensat, dua buah pintu, rel dan pondasi. Steam masuk ke dalam sterilizer melalui pipa steam inlet dan keluar mealui pipa steam exhaust. Safety valve mengatur tekanan steam di dalam sterilizer. Air kondensat rebusan TBS dikeluarkan melalui pipa kondensat menuju ke bak blowdown. Gambar 11. Sterilizer yang siap dimasukkan lori berisi TBS Gambar 12. Proses perebusan pada sterilizer Penggunaan Sterilizer untuk proses perebusan tidak dapat dilakukan secara bersamaan pada waktu start yang sama, hal ini dikarenakan steam yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan steam selama proses tersebut, sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut proses perebusan dalam Sterilizer yang berikutnya dimulai setelah beberapa menit sterilizer yang pertama berjalan. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, proses perebusan dilakukan bertujuan untuk :  Menghentikan aktifitas enzim Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang terus bekerja dalam buah sebelum enzim tersebut dimatikan. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator 40 pembentuk ALB, maka untuk menghentikan aktifitas enzim tersebut melakukan perebusan minimal 50-550c.  Mempermudah pelepasa buah dari tandannya Zat-zat polisakarida yang terdapat dalam buah kelapa sawit apabila diberi uap panas maka akan terhidrolisis dan pecah menjadi monosakarida yang larut. Hidrolisasi tersebut berlangsung pada saat buah matang dan proses ini berlangsung cepat dalam proses perebusan.  Memudahakan pemisahan minyak dai daging buah Daging buah yang telah direbus akan menjadi lunak dan akan mempermudah pada proses pengepresan. Dengan demikian minyak yang ada dalam daging buah mudah dipisahkan.  Menurunkan kadar air dalam buah Perebusan buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan penguapan yang baik pada saat perebusan maupun sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada daging buah yang mempermudah proses pengepresan.  Memudahkan penguraian serabut pada biji Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serabut dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit pada ripple mill.  Memudahkan pemisahan antara inti dan cangkang Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% yang menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan lekang dari cangkang.  Neraca Massa Perebusan Perhitungan neraca massa terhadap alat dalam suatu proses industry sangat penting peranannya, baik untuk perancangan ataupun ketahanan suatu alat. Prinsipprinsip kekekalan massa pada suatu proses disebut neraca massa. Perhitungan neraca massa, dihitung dari semua massa yang masuk, tertimbun (akumulasi) dan yang keluar dari suatu sistem operasi. Secara umum neraca massa menyatakan bahwa jumlah zat yang masuk pada suatu operasi sama dengan jumlah zat yang keluar ditambah zat yang terakumulasi. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut : Massa masuk = massa keluar + massa terakumulasi Dalam keadaan steady, massa terakumulasi =0, sehingga persamaan menjadi : Massa masuk = massa keluar 41 Untuk menghitung neraca massa, diperlukan variabel masing-masing kompnen, sehingga mempermudah perhitungan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar batasan sistem neraca massa dan panas berikut : STERILIZER Gambar 13 . batasan sistem neraca massa dan neraca panas pada bejana rebusan (sterilizer). Nerca massa total : F+S=P+V+C+I atau F+S=P+V+B (Geankoplis,1983) Keterangan : F = Tandan buah segar masuk. S = Steam masuk P = Tandan buah rebus V = Steam keluar C = kondensat I = Idroging B = buangan air (blowdown)  Neraca Panas Perebusan Hukum kekekalan energy panas menyatakan bahwa panas tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, akan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sesuai dengan bunyi hokum kekekalan energy, maka panas yang masuk dalam proses sama dengan jumlah panas yang keluar, ditambah panas yang terakumulasi. Dalam persamaan ditulis : Panas masuk = panas keluar + panas terakumulasi Dalam keadaan steady , panas terakumulasi=0 sehingga persamaan menjadi : Panas masuk = panas keluar Prinsip perhitungan untuk menghitung panas yang dibawa masuk dan keluar sterilizer adalah dengan menggunakan persamaan : Q = m x Cp x ∆T Sedangkan untuk menghitung panas steam digunakan persamaan berikut : Q=mxλ Atau Q = m x ∆H (Geankoplis,1983) 42 Keterangan : Q = Jumlah panas (KKal) M = Massa (kg) Cp = Kapasitas panas (KKal/kg0C) ∆T = Beda temperatur (0C) ∆H = Perbedaan enthalpy (Kj/Kg) Λ = Panas steam (KKal/Kg) 3. Stasiun Penebahan (threser station) Pada tahapan ini terdapat beberapa alat yaitu hopper ( penampung buah hasil rebusan), automatic bunch feeder (pengatur masuknya buah ke drum berputar), drum bunch thresher (tempat perontokan buah dari tandan). Hasil rebusan akan diangkut dengan hosting crane ke dalam threser untuk perontokan brondolan. Pada PTPN-I Tanjung seumantoh, pada saat proses perontokan buah terkadang ditemukan brondolan yang tidak lepas dari tandannya, hal ini disebabkan TBS terlau mentah sehingga tidak masak pada proses peebusan, terutama jika susunan brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai kebagian dalam tandan. 4. Stasiun pengempaan (pressing station) Pada proses di stasiun ini, ketel pelumat harus selalu penuh agar tekanan yang ditimbulkan dapat mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna. Minyak yang terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan karena dapat mengakibatkan berkurangnya gaya gesekan. Massa hasil proses pengadukan dan digeser akan masuk ke dalam ulir yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan minyak kasar (crude oil). Sgrew press yang digunakan berkapasitas 12-15 ton dengan tekanan press 30-40 kg/cm2. Pada proses pengempaan dilakukan penyemprotan dengan air panas agar minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental ( mengalami penurunan viskositas) sehingga pori-pori silinder tidak tersumbat. Pada proses ini tambahan panas yang diberikan sebesar 10%15% terhadap kapasitas pengepresan. Jika tekanan kempa terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian kehilangan minyak pada ampas press dan biji yang tinggi. Pada tahapan ini terdapat beberapa alat yang digunakan pada setiap prosesnya. Alat-alat tersebut antara lain : a. Digester Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh terdapat alat pelumat yang disebut dengan Digester. Digester berfungsi untuk mengaduk dan melumatkan buah brondolan (selama 15-20 menit) sehingga daging buah berupa serabut berminyak terpisah dari biji. Hal ini penting untuk memudahkan pengeluaran minyak pada saat pressing. Digester berbentuk silinder vertikal dengan dilengkapi dengan dua jenis pisau didalamnya yakni pisau pengaduk yang mempunyai fungsi utama untuk melumatkan buah, serta pisau pelempar yang berfungsi menyalurkan buah yang telah dilumatkan ke mesin pengempa. Pisaupisau ini tersusun secara vertikal, enam buah pisau dibagian atas merupakan pisau pengaduk, sedangkan tiga buah pisau dibagian bawah merupakan pisau pelampar. Digester juga dilengkapi dengan angle bars di sekeliling dindingnya, yang berfungsi membantu pelumatan buah saat pisau pengaduk berputar. Motor penggerak putaran pisau 43 memiliki daya sebesar 30 Hp dengan putaran 1475 rpm. Untuk mempercepat proses pelumatan buah, digester diberikan panas oleh pipa injeksi steam hingga temperatur mencapai 90-100 ᵒC. Screw Press (mesin pengempa ulir) Screw press merupakan alat untuk memeras minyak kotor (Crude oli) dari daging buah. Bagian-bagian dari screw press berupa dua buah screw (ulir), sarang screw berupa cage press, dinding dalam berupa oiling plate, dan gear box yang digerakkan oleh alat bernama Hagglund. Sebuah pompa mengalirkan oli kedalam Hagglund, sehingga Hagglund dapat berputar menggerakkan dua buah gear pad gear box yang mewakili dua buah screw (ulir). Kedua screw berputar berlawanan ke arah dalam sehingga daging buah yang masuk diantaranya akan terjepit diantara ulir-ulir dan mengeluarkan minyak. Proses pengempaan dengan screw press dibantu oleh dua buah cone yang digerakkan maju mundur secara hidrolik. b. 5. Stasiun pemurnian (clarification station) Pemurnian minyak bertujuan untuk mengurangi kadar air beserta kotoran di dalam crude oil sehingga menjadi CPO yang siap jual. Pada stasiun ini terdapat beberapa alat yang digunakan selama proses berlangsung. Alat-alat tersebut antara lain : a. Continuous settling tank Continous Settling Tank (CST) merupakan tangki yang digunakan untuk mengendapkan sludge dari crude oil. CST berbentuk silinder vertikal yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Crude oil di dalam CST dipisahkan diaduk dengan strirer agitator untuk membantu memisahkan crude oil menjadi tiga fraksi yakni fraksi minyak (oil), fraksi emulsi (air +sludge), dan faksi sludge. Faksi minyak akan dikutip oleh skimmer dan dialirkan menuju oil tank, sedangkan fraksi sludge dari CST akan dialirkan melalui kolom under flow menuju sludge tank. Pure oil tank Pure oil tank merupakan tangki penampung minyak berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit oil tank dengan kapasitas masing-masing sebesar 24 ton. Oil tank dilengkapi dengan pipa injeksi steam dan termometer untuk mnjaga temperatur minyak pada oil tank pada 90 ᵒC. minyak pada oil tank dengan kadar air maksimal 0,6% dan kadar kotoran maksimal 0,4% selanjutnya dialirkan dengan pompa menuju oil purifier. Oil purifier Oil purifier digunakan untuk menurunkan kadar sludge dari minyak yang dialirkan dari oil tank. Bagian utama dari oil purifier berpa bowl dengan lubang di tengahnya. Pemisahan sludge dari minyak terjadi akibat adanya gaya sentrifugal. Vacuum dryer Vacumm dryer digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak yang telah dibersihkan dari sludge di oil purifier. Kadar air minyak diturunkan hingga 0,1% dengan prinsip pengeringan vacuum bertekanan 0,9 bar. Minyak yang telah diproses d. c. b. 44 menggunakan vacuum dryer selanjutnya dialirkan menuju oil transfer tank sebelum dialirkan lagi menuju ke tangki timbun (Storage Tank). Sludge oil tank Sludge tank merupakan tangki penampungan sludge berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit sludge tank dengan kapasitas masing-masing 24 ton. Sludge tank dilengkapi dengan pipa injeksi steam dengan termometer untuk menjaga temperatur sludge pada level 90 ᵒC. didalam sludge tank, sludge terpisah menjadi dua fraksi, yakni fraksi berat dan fraksi emulsi (sludge +air +minyak). Storage tank Setelah proses pemurnian, minyak yang didapatkan adalah crude palm oil. CPO tersebut di simpan didalam storage tank . Storage tank memiliki suhu simpan 45-600C. setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh terjadi permasalahan pada laju proses produksinya. Laju produksi terkadang tidak stabil. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses perebusan, alat perebusan mengalami kebocoran yang disebabkan dari umur alat tersebut dan kurangnya pemeliharaan terhadap alat sehingga laju produksi terhambat. Dari permasalahn tersebut, perlu adanya pemeliharaan alat dan pengontrolan kinerja alat secara berkala oleh pihak perusahaan. f. e. B.2. Pabrik Inti Sawit (PIS) Pada pabrik inti sawit, PTPN-I Tanjung Seumantoh sementara tidak berproduksi dikarenakan sedang melakukan perbaikan alat produksi. Sehingga kegiatan pabrik sementara waktu adalah menghasilkan inti sawit yang akan dijual kepada pembeli. Mekanisme pembeliannya yaitu pembeli mengirim kendaraan pengangkut untuk mengangkut inti yang akan dibeli. Kendaraan yang masuk akan ditimbang terlebih dahulu, kemudian kendaraan yang mengangkut inti ditimbang kembali sehingga diketahui berapa banyak inti yang dibeli. Pada pabrik inti sawit juga memiliki hasil samping yaitu palm kernel oil (PKM). C. Pengelolaan Lingkungan Industri Usaha pengelolaan lingkungan industry PTPN-I Tanjung Seumantoh difokuskan kepada penanganan limbah industry yang dihasilkan. Mulai dari penanganan limbah cair , padat, dan gas. 1. Limbah Cair Volume limbah PKS Tanjung Seumantoh antara 750-1000m3/hari dengan pengolahan antara 18-20 jam/hari. Karakteristik fisis dan kimia limbah PKS pada umumnya dan limbah PKS-TS dari pengutipan (fat pit). 45 Table 5. Karakteristik fisis dan kimia limbah PKS No 1 2 3 4 5 6 7 pH TSS Oil BOD COD Total N Total P Parameter St. Rebusan 4.0-4.5 6000-35000 1100-6000 5000-20000 10000-45000 60-590 42-320 Asal Limbah St. Klarifikasi 4.3 45000 10000 28500 55000 950 Fat pit 4.3 24750 8000 22850 45250 280 220 Berdasarkan hasil penelitian terhadap pabrik kelapa sawit Tanjung seumantoh oleh Balai Riset dan Stamdarisasi Industri Banda Aceh dan bekerja sama dengan Departemen Perindustrian serta Komite Akreditas Nasional diketahui bahwa kualitas limbah cair dari tiga contoh pengambilan sampel adalah sebagai berikut : Tabel 6. Sampel : Limbah Cair Sawit, “Tanjung Seumantoh Outlet”. No Parameter Uji Acuan Metode Uji Satuan Hasil Uji 1. pH SNI-06-6989.11-2004 mg/L 8.47 2. BOD-5 SNI-06-6989.58-2004 mg/L 76.70 3. COD SNI-06-6989.15-2004 mg/L 285.75 4. TSS SNI-06-6989.3-2004 mg/L 240.00 5. Total-N ASTMD.3590-02 mg/L 33.84 6. Minyak dan lemak MANUAL OCMA 350 mg/L 0.40 Tabel 7. Sampel : Badan air PTPN-I, “Tanjung Seumantoh Hulu”. No Parameter Uji Acuan Metode Uji Satuan 1. pH SNI-06-6989.11-2004 mg/L 2. BOD-5 SNI-06-6989.58-2004 mg/L 3. COD SNI-06-6989.15-2004 mg/L 4. TSS SNI-06-6989.3-2004 mg/L 5. Total-N ASTMD.3590-02 mg/L 6. Minyak dan lemak MANUAL OCMA 350 mg/L Hasil Uji 7.58 0.58 10.82 216.00 19.34 < 0.1* Tabel 8. Sampel : Badan Air PTPN-I, “Tanjung Seumantoh Hilir”. No Parameter Uji Acuan Metode Uji Satuan Hasil Uji 1. pH SNI-06-6989.11-2004 mg/L 7.87 2. BOD-5 SNI-06-6989.58-2004 mg/L 0.74 3. COD SNI-06-6989.15-2004 mg/L 11.93 4. TSS SNI-06-6989.3-2004 mg/L 248.00 5. Total-N ASTMD.3590-02 mg/L 24.97 6. Minyak dan lemak MANUAL OCMA 350 mg/L < 0.1* Data diatas dapat dibandingkan dengan standarisasi limbah cair oleh badan riset dan standarisasi nasional yaitu : 46 Tabel 9. Nilai standarisasi limbah cair industry kelapa sawit No. Parameter Uji Nilai Standarisasi Hasil 1 pH 6-9 2 BOD 100 3 COD 350 4 TSS 250 5 NH3-N 50 6 Oil greese 25 3 7 Debit 0.6 m / ton TBS (Ditjen PPHP, 2006) Berdasarkan standarisasi, dapat dilihat bahwa limbah cair yang dibuang oleh PTPN-I Tanjung Seumantoh masih dalam kadar yang tidak berbahaya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji pada outlet dan dicocokkan terhadap nilai standarisasi limbah cair yang tidak merugikan lingkungan. Di PTPN-I Tanjung seumantoh penanganan limbah cair dilakukan melalui kolam – kolam dengan proses anerobic dan proses aerobic. Pada kolam penampungan pertama, Limbah cair yang masih mengandung asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba, karena itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan kimia. Penambahan ini bertujuan untuk mencairkan air limbah yang berguna untuk pengolahan lebih lanjut. Pada kolam ini juga terdapat kolam pengembangbiakkan bakteri pada awal pengoperasiannya yang memerlukan kondisi-kondisi seperti Ph netral, nutrisi yang cukup, kedalaman kolam 6-7 meter, ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah dari dua hari pengolahan. Limbah yang telah dinetralkan diproses secara biologis. Menurut Pamin (1996), pengolahan limbah secara biologis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu aerob dan anaerob. Kedua metode ini mempunyai proses yang berbeda karena proses aerob membutuhkan oksigen dalam prosesnya, sedangkan proses anaerob harus meminimumkan oksigen sedikit mungkin, agar proses perombakan limbah dapat berlangsung dengan sempurna. Limbah yang telah dinetralkan tadi dialirkan ke dalam kolam anaerobic terlebih dahulu. Proses anaerob akan lebih ekonomis untuk konsentrasi padatan tinggi bila padatannya lebihdari 1% dari beratnya. Proses fermentasi anaerobic tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna melainkan hanya mampu mengolah limbah sampai pada batas tertentu yang cocok untuk proses aerob. Tujuan pengolahan air buangan secara biologis adalah untuk mengurangi jumlah kandungan bahan padatan yang diendapkan oleh mikroorganisme tanpa menggunakan oksigen. Proses penguraian limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan bakteri yang berasal dari kolam penetralan berlangsung baik. Bakteri yang digunakan adalah bakteri betagen. Pembiakan bakteri dilakukan di dalam kolam anaerobic dengan menggunakan kapur tohor sebanyak 36 ton, urea dan TSP sebagai nutrisi masing-masing sebanyak 2300 dan 282 kg, bakteri betagen 100 kg dan LPKS sebanyak 4500 m3. Pembiakan bakteri dilakukan antara 1-2 minggu untuk mencapai fase stationer yaitu jumlah bakteri yang tumbuh sama dengan banyaknya bakteri yang mati. Setelah masa 2 minggu, bakteri siap untuk dilarikan ke dalam kolam anaerobic primer dan skunder. Pada proses anaerobic, air limbah dapat diambil sebagai pupuk tanaman kelapa sawit dengan sistem in line. Air limbah pada bagian ini memiliki BOD 3500-500 ppm. Keberhasilan system anaerobic pond dikarenakan perlakuan lanjutan yaitu dengan 47 netralisasi dan resirkulasi. Factor-faktor lain yang menjadi pertimbangan keberhasilan adalah perbandingan BOD dengan Mixed liquor volatile suspense solid, dan perlakuan aerasi. Setelah proses anaerobic, proses peralihan ke kondisi aerobic terjadi pada kolam facultative pond. Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobic ke aerobic. Dalam kola mini proses penguraian anaerobic masih berjalan. Kolam ini bertujuan untuk memperlama proses terjadinya pengendapan dari limbah cair yang ada, sehingga bentuk kolam yang dibuat saling berlawanan antara aliran masuk dan aliran keluar. Cairan yang keluar dari facultative pond masuk ke kolam penampungan sementara agar lumpur mengalami pengendapan kembali sebelum dimasukkan ke kolam aerobik pond. Proses pengolahan aerobic merupakan proses perubahan bahan organik dengan oksigen bebas yang menghasilkan air, CO2, unsur-unsur hara, dan energi. Sebenarnya fungsi udara adalah untuk menyediakan oksigen bagi kehidupan bakteri. Limbah yang masuk ke dalam kolam mengandung oksigen terlarut yang merupakan bahan untuk proses terjadinya oksidasi dan membantu pertumbuhan bakteri yang membutuhkan oksigen. Kedalaman kolam ini diusahakan 2.5 meter sehingga besarnya peluang sinar matahari sampai kedasar yang akan membantu reaksi oksidasi. Limbah dikolam ini dipertahankan smpai 14 ahri sehingga dapat mempertahankan BOD limbah dari 600-800 ppm menjadi 100-150 ppm. Limbah yang telah mengalami proses penetralan selanjutnya dibuang ke sungai Tamiang. Gambar 14. Kolam pengolahan limbah cair Keterangan : 1. Kolam I : anaerobic pond 180 x 96 x 4.5 m = 77.760 m 3 2. Kolam II : anaerobic pond 200 x14 x 5 m x 6 kolam = 84.000 m3 3. Kolam III : anaerobic pond 48 x13 x 4 m : 2080 m 3 4. Kolam IV : aerator pond 22.2 x 20.9 x 3.5 m = 1624 m3 5. Kolam V : final pond 28 x 28 x 2 m = 1558 m3 6. Kolam VI : kolam pengembangbiakan bakteri 16 x 7 x 2.5m = 1558 m 3 7. Pompa sirkulasi 8. Pompa limbah pabrik 9. Limbah cair rata-rata/hari = 400 m3 48 10. Retention time : 167032 m/ 400 m3 = 418 hari Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah cair yang dihasilkan pabrik diaplikasikan sebagai pupuk yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lainnya, menerapkan konsep produksi bersih dan zero waste, mengurangi biaya pembelian pupuk organic, mengurangi biaya pengoperasian, pengawasan dan pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah, dan meningkatkan produksi tandan buah segar. Aplikasi ini dapat dilakukan dengan tangki atau dengan metode pipanisasi. Aplikasi dengan tangki dapat dilaksanakan pada areal kebun yang datar dan berombak. Biaya investasi dengan cara aplikasi tanki relative murah, namun biaya operasional dengan tangki relative mahal. Aplikasi dengan pipanisasi dapat dilaksanakan pada areal kebun yang datar, berombak dan berbukit. Biaya investasi dengan cara aplikasi pipanisasi relative mahal, namun biaya operasional relative murah. Pipa yang digunakan adalah jenis HDPE, PVC atau baja dengan ukuran 6”. 2. Limbah Padat a. Tandan kosong Tandan kosong (tankos) merupakan limbah sisa TBS yang buahnya telah dilepaskan melalui proses threshing. Di PTPN-I Tanjung Seumantoh , tankos yang di dapat dari proses penebahan pada threser dibakar di incinerator untuk menghasilkan abu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan membuat sabun. Tandan kosong tidak semuanya dijadikan abu tetapi juga dimanfaatkan sebagai pupuk organic untuk perkebunan kelapa sawit yang dimiliki PTPN-I Tanjung Seumantoh. b. Serat / fibre Serat ini merupakan hasil dari proses depericarping. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh , fibre akan disalurkan melalui konveyor menuju ke Boiler sebagai bahan bakar. Namun pada perjalanannya, sebagian fibre akan disisihkan untuk di inisiasi dipembakaran pada Boiler dan menjadi bahan bakar utama boiler. c. Cangkang Cangkang yang dihasilkan dari proses pemisahan shell dan nut, PTPN-I Tanjung Seumantoh menggunakan cangkang untuk tambahan bahan bakar boiler jika fiber yang dihasilkan dari proses press kurang untuk dibakar di ruang tungku boiler, selain itu cangkang ini juga di jual ke perusahaan lain untuk fungsi yang sama atau pembuatan arang aktif. d. Solid Decanter Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi dengan mesin Decanter yang menghasilkan light phase (oil decanter), heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% – 70%, diolah lagi di continuous settling tank. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan solid ditampung di hopper kemudian di aplikasikan langsung kelapangan/kebun diantara baris pokok kelapa sawit. Solid yang dihasilkan merupakan pupuk yang sangat menyuburkan bagi kelapa sawit dan tanaman-tanaman lainya. 49 3. Limbah Gas PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk mengurangi limbah gas ini denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan kosong serta mengatur komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre. Komposisi penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar bantuan lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap yang ditimbulkannya berwarna hitam pekat. 50 VI. A. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Bahan baku dalam proses produksi crude palm oil adalah tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit terdiri daripada spesies arecaceae atau family palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Pada pabrik ini buah kelapa sawit yang digunakan mengalami proses sortasi terhadap fraksi atau jenis buahnya, dilakukan beberapa perlakuan atau proses untuk menghasilkan crude palm oil yang diharapkan. Sistem manajemen lingkungan lebih difokuskan terhadap penanganan dan pengolahan limbah, baik limbah cair maupun limbah padat hasil dari proses di dalam pabrik. perhatian juga terdapat pada masyarakat sekitar yang terkena dampak dari limbah pabrik, dengan cara memberikan penyuluhan tanggap limbah dan bantuan sosial seperti masker untuk pencegahan terhadap limbah gas yang mencemari udara. B. Saran Melihat dari kegiatan produksi yang sangat membutuhkan peralatan yang baik untuk mengahsilkan output yang baik pula, maka pemeliharaan dan pengawasan terhadap alat produksi sangat dibutuhkan. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap alat sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala. Meningkatkan kembali kesadaran karyawan terhadap pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga hendaknya dilakukan agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak terhambat akibat adanya karyawan yang sakita ataupun adanya kecelakaan yang terjadi pada saat proses produksi. Perusahaan juga sebaiknya menerapkan Good House Keeping ( Konsep Produksi Bersih/Cleaner Production) sehingga mampu meminimalisasi limbah yang dihasilkan. 51 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Perkebunan.2006. Statistik Kelapa Sawit 2005. Departemen Pertanian. Ditjen PPHP, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengelohan Hasil Pertanian Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya,Jakarta. Geankopli s, C. J., 1983, “Transport Pr ocess and Unit Operati ons”, 3rd ed Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Khopkar,S.M. 1980. Konsep Dasar Kimia Analitik. Lubis, A.U. 1982. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisi Jacq)di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat,Marihat Ulu-Pematang Siantar: 204-208. Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P.L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah PKS pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application. Soehardiyono, L., 1998. Tanaman Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Jakarta. 52


Comments

Copyright © 2025 UPDOCS Inc.