1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGSalah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifatabstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalammatematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupuninternasional belum menggembirakan. Third International Mathematics andScience Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswatingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematikasiswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara (TIMSS,1999).Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitumengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika.Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswatentang konsep sangat lemah. Jenning dan Dunne (1999:23) mengatakan bahwa, kebanyakan siswamengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasikehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswaadalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna.Guru dalampembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki olehsiswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali danmengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupannyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting 1 2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comdilakukan agar pembelajaran bermakna (Soedjadi, 2000; Price,1996; Zamroni,2000).Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000:104), bila anak belajarmatematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepatlupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankanpada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anaksehari-hari. Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telahdimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat pentingdilakukan. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi padamatematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) danmenerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaranberbasis masalah (problem based learning) Pembelajaran berbasis masalah (PBL) bermaksud untuk memberikanruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep danpenyelesaian masalah yang terkait dengan materi yang diajarkan guru di sekolah.Karena pada dasarnya ilmu Matematika bertujuan agar siswa memahami konsepMatematika dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memilikiketerampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentangproses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep Matematika untukmenjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untukmemecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Depdikbud:1994). Sudarman (2005: 68) menjelaskan bahwa salah satu masalah yangdihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.2 3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkankemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuananak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat danmenimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yangdiingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya,ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoretis tetapi mereka miskinaplikasi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahanajar yang harus dihafal. Pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan danmembangun karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, prosespendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memilikikemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentukmanusia kreatif dan inovatif. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu cara untuk dapatmenciptakan sumber daya manusia berkualitas, guru dalam mengajar dapatmenggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini, pendekatan yangdianggap sesuai dengan perkembangan Ilmu Matematika adalah pendekatanpembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL), karena dalambelajar berdasarkan masalah, pembelajaran didesain dalam bentuk pembelajaranyang diawali dengan struktur masalah real yang berkaitan dengan konsep-konsepmatematika yang akan dibelajarkan. Pembelajaran dimulai setelah siswadikonfrontasi dengan struktur masalah real, dengan cara ini siswa mengetahuimengapa mereka belajar. Semua informasi akan mereka kumpulkan melaluipenelaahan materi ajar, kerja praktik lab ataupun melalui diskusi dengan temansebayanya, untuk dapat digunakan memecahkan masalah yang dihadapinya.3 4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) bertujuan untukmeningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa, karena melalui pembelajaranberbasis masalah (problem basedlearning) siswa belajar bagaimanamenggunakan sebuah proses iteratif untuk menilai apa yang mereka ketahui,mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yangmereka telah kumpulkan. William & Shelagh (dalam Yasa, 2002: 4). Dengan menggunakan pendekatan PBL dalam pembelajaran Matematika,siswa tidak hanya sekadar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal iniguru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat terlibatsecara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalahyang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah dengan demikian lebihmengacu kepada aliran pendidikan konstruktivisme, dimana belajar merupakanproses aktif dari pebelajar untuk membangun pengetahuannya. Proses aktif yangdimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga keaktifan secara fisik.Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangunberdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari denganpengetahuan (skemata) yang telah dimiliki pebelajar dan ini berlangsung secaramental. Matthews (dalam Suparno, 1997:56). Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran Matematikamasih dianggap sebagai pelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Hasilpenelitian yang dilakukan para ahli, diantaranya Wiseman (1981:27), Nakhleh(1992:32), Kirkwood dan Symington (1996:40), menunjukkan banyak siswa yang4 5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comdapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitandalam memahamikonsep-konsep danprinsip-prinsip Matematika(http://www.chemeng. mcmaster.ca/pbl/mat.com-2007.html)Ketidaktahuanpeserta didik mengenai kegunaan Matematika dalam praktek sehari-hari menjadipenyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik pada pelajaran Matematika, disamping pengajar Matematika yang mengajar secara monoton, metodepembelajaran yang kurang variasi dan hanya berpegang teguh pada diktat-diktatatau buku-buku paket saja (Andreas, 1995:72).Di lain sisi, para siswa yang diajar dengan model yang demikian itu,banyak yang kelihatan tidak bergairah, tidak memperhatikan pelajaran denganserius, ada pula yang kelihatan mengantuk disaat jam pelajaran dimulai.Akibatnya, prestasi belajar Matematika di semua jenjang pendidikan(SMP-SMA) tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Olehkarena itu, perlu ada suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memberikankemudahan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud di atas, perlu dilakukanpenelitian yang lebih mendalam terhadap metode-metode pembelajaran yang adasekarang ini, khususnya metode pembelajaran berbasis masalah dalam kaitannyadengan hasil/prestasi belajar Matematika.B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapamasalah dapat diidentifikasi antara lain: 1. Hasil belajar Matematika siswa bervariasi, 5 6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Pembelajaran tidak memfasilitasi minat dan kemampuan memecahkan masalah, 3. Guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 4. Kurang mengembangkan proses Matematika serta kinerja. C. Pembatasan masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan mengingatfaktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat kompleks, sertaagar penelitian lebih terarah, maka masalahnya dibatasi berdasarkan aspek-aspekyang akan diteliti dan tempat penelitian atau sekolah yang akan diteliti. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini terbatas pada Penerapan ModelPembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika danPengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X di MTs NW Loyok TahunPembelajaran 2008/2009. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasanmasalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika antara yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL_Problem Based Learning) dan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) lebih baik dibandingkan yang diajar dengan model pengajaran konvensional? 6 7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comE. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika antara yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL_Problem Based Learning) dan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. 2. Untuk menguji keunggulan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dibandingkan dengan modelpengajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.F. Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan menjadidua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat:1. Memberikan pijakan dalam memecahkan masalah belajar yang dialami siswa.2. menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya, terutama penelitian atau kajian yang membahas masalah model pembelajaran khususnya model pembelajaran berbasis masalah.Sedangkan secara praktisnya, dapat:a) memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah,b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki metode pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. 7 8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comBAB II LANDASAN TEORI A. ANALITIS TEORETIS 1. Hakikat Belajar Mengajar Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yangdilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secarasadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991: 2). Definisi inimenyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untukmencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengandemikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajaria menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, iamenyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat,sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwaperubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapaiperubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkahlaku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa belajar padahakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar yaitupemerolehan pengetahuan baru. Piaget (dalam Suparno, 1997:65) berpandangan bahwa pemerolehanpengetahuan harus melalui tindakan dan interaksi aktif dari seseorang/pebelajarterhadap lingkungan. Menurut Piaget pikiran manusia mempunyai struktur yang8 9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comdisebut skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif.Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasilingkungannya sehingga terbentuk skemata yang baru, yaitu melalui prosesasimilasi dan akomodasi.Selanjutnya, Piaget (dalam Bell, 1981: Stiff dkk.,1993:176) berpendapat bahwa skemata yang terbentuk melalui proses asimilasidan akomodasi itulah yang disebut pengetahuan. Asimilasi merupakan proseskognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan informasi (persepsi, konsep,dan sebagainya) atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif (skemata) yangsudah dimiliki seseorang. Akomodasi adalah proses restrukturisasi skemata yangsudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapatsecara langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. Hal itu, dikarenakaninformasi baru tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok denganskemata yang telah ada. Jika informasi baru, betul-betul tidak cocok denganskemata yang lama, maka akan dibentuk skemata baru yang cocok denganinformasi itu. Sebaliknya, apabila informasi baru itu hanya kurang sesuai denganskemta yang telah ada, maka skemata yang lama itu akan direstrukturisasisehingga cocok dengan informasi baru itu. Dengan kalimat lain, pandangan Piaget di atas dapat dijelaskan bahwaapabila suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan kepada seseorang danpengetahuan itu cocok dengan skema/skemata (struktur kognitif) yang telahdimilikinya maka pengetahuan itu akan diadaptasi melalui proses asimilasi danterbentuklah pengetahuan baru. Sedangkan apabila pengetahuan baru yangdikenalkan itu tidak cocok dengan struktur kognitif yang sudah ada maka akanterjadi disequilibrium, kemudian struktur kognitif tersebut direstrukturisasi9 10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comkembali agar dapat disesuaikan dengan pengetahuan baru atau terjadi equilibrium,sehingga pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikanmenjadi pengetahuan skemata baru.Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek pentingdari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan. Kedua proses itumerupakan aktivitas secara mental yang hakikatnya adalah proses interaksi antarapikiran dan realita. Seseorang menstruktur hal-hal yang ada dalam pikirannya,namun bergantung pada realita yang dihadapinya. Jadi adanya informasi danpengalaman barusebagai realita mengakibatkan terjadinya rekonstruksipengetahuan yang lama yang disebut proses asimilasi-akomodasi sehinggaterbentuk pengetahuan baru sebagai skemata dalam pikiran seseorang.Pengikut aliran konstruktivisme personal yang lain adalah Bruner.Meskipun Bruner mengklaim bahwa ia bukan pengikut Piaget tetapi teori-teoribelajarnya sangat relevan dengan tahap-tahap perkembangan berpikir sepertiyang dikemukakan Piaget. Salah satu teori belajar Bruner yang mendukungpaham konstruktivisme adalah teori konstruksi. Teori ini menyatakan bahwa caraterbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalamMatematika adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yangdipelajari itu. Hal ini perlu dibiasakan sejak anak-anak masih kecil (Bell, 1981:143).Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa dalam belajar sebenarnya siswamengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi dan pengalamanbaru yang diperolehnya. Dengan demikian, guru sebagai pengajar tidaksemestinya menganggap siswa sebagai kumpulan kertas yang kosong. Untuk 10 11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commendukung terlaksananya pembelajaran yang diharapkan melalui pandangan ini,diperlukan pemikiran yang harus disadari oleh guru, antara lain: 1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. (Suparno, 1997: 66) 2. Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme Sebagaimanatelahdikemukakanbahwa menurutteoribelajarkonstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiranguru ke pikiran siswa.Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mentalmembangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yangdimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecilyang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tigapenekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertamaadalahperan aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksiansecara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasibaru yang diterima.11 12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan duaprinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme.Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif olehstruktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantupengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatananak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksianilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990:4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bilabelajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu,untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yanglalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematikatersebut. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalamteori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspekdalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu (1) siswamengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yangmereka miliki, (2) matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3)strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untukberdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengantemannya. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler(1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancanganpembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk 12 13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatankepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebihkreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencobagagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yangtelah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasanmereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaranyang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan padakesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.Bukankepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukanoleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksisendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Kaitannya dengan pembelajaran matematika di sekolah, Salah satu pertanyaanpenting yang harus dijawab sebelum mengajarkan matematika di sekolah adalahmengapa matematika perlu diajarkan di sekolah? Untuk menjawab pertanyaan inisejumlah pakar dalam pembelajaran matematika memberikan pendapat,pandangan, atau komentar sebagi berikut. Jackson (1992 : 756) mengatakan bahwa secara umum matematika adalah“penting bagi kehidupan masyarakat.” Oleh karena itu, matematika dimasukkandalam kurikulum sekolah. Sejalan dengan pandangan ini, Dreeben (dalamRomberg, 1992: 756) mengungkapkan bahwa matematika diajarkan di sekolahdalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang (long-term functional needs)bagi siswa dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa seseorang harus mempunyai13 14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comkesempatan yang banyak untuk belajar matematika, kapan dan di mana saja sesuaidengan kebutuhan akan matematikanya sendiri. Sebaliknya, kaum absolutis berpendapat bahwa algoritma matematika telahdisusun sedemikian rupa dan dilengkapi dengan alat hitung yang canggih (sepertikalkulator dan komputer). Oleh karena itu, anak maupun masyarakat tidak perlubelajar banyak tentang matematika (Burke dalam Romberg, 1992: 757; Finndalam Romberg, 1992: 757). Sujono (1988: 15) mengajukan beberapa alasan mengapa matematika perludiajarkan di sekolah. Pertama, matematika menyiapkan siswa menjadi pemikirdan penemu. Kedua, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yanghemat, cermat, dan efisien. Selain itu, matematika membantu siswa untukmengembangkan karakternya. Sementara itu, Thorndike (dalam Jackson, 1992: 758) mengatakan bahwamatematika sangat penting diajarkan di sekolah karena matematika merupakanbagian penting dari batang tubuh pembelajaran itu sendiri. Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Freudental (dalam Romberg, 1992:758) mengatakan bahwa tujuan diajarkannya matematika di sekolah adalah untukmelengkapi apa yang telah dimiliki oleh para ahli matematika. Pemahaman yanglebih umum dikemukakan oleh Jacobs (dalam Jackson, 1992 : 758) denganmengatakan bahwa matematika diajarkan di sekolah karena dia merupakankegiatan atau aktivitas manusia. Pandangan yang lebih khusus dikemukakan oleh Stanic (dalam Romberg,1992: 759). Dia menegaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolahadalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Selain itu, peningkatan 14 15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comsikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui pembelajaran matematikayang sistematis dan sesuai dengan pola-pola pembelajarannya. Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematikadi sekolah, di satu sisi merupakan hal yang penting untuk menigkatkan kecerdasanpeserta didik. Namun, di sisi lain terdapat pakar yang menilai bahwapembelajaran matematika di sekolah hanyalah merupakan kebutuhan yng bersifatpelengkap dari apa yang telah dikembangkan oleh para ilmuan dalam matematika. 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Sudarman (2005: 69) mendefinisikan Problem Based Learning ataupembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yangmenggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untukbelajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, sertauntuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah ataumateri pelajaran.. Lebih lanjut, Sudarman menjelaskan bahwa landasan teori PBL adalahkolaboratisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa mahasiswa atau siswaakan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semuapengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasilkegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga mengisyaratkanbahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator-siswa keproses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. James Rhem(www.ntlf.com/html/pi/9812/pbl_1.htm - 18k-11/05/2007) mengatakan bahwa : In some ways what PBL is seems self-evident: it's learning that resultsfrom working with problems. Official descriptions generally describe it 15 16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com as "an instructional strategy in which students confront contextualized,ill-structured problems and strive to find meaningful solutions." Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa PBL memiliki gagasan terhadappencapaian hasil belajar yang maksimal jika kegiatan pendidikan dipusatkan padatugas-tugas atau permasalahan autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatukonteks. Cara tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki pengalamansebagaimana nantinya mereka menghadapikehidupan profesionalnya.Pengalaman tersebut sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam modelpembelajaran Kolb (dalam Sudarman, 2005: 69) yang menekankan bahwapembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman kongkret. Pertanyaan,pengalaman, formulasi, serta penyusunan konsep tentang permasalahan yangmereka ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran. Aspek pentingdalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan danpermasalahan tersebut akan menentukan arah pembelajaran dalam kelompok. Sebenarnya pembelajaran berbasis masalah awalnya dirancang untukprogram graduate bidang kesehatan oleh Barrows (dalam Yasa, 2002: 7) yangkemudian diadaptasi untuk program kependidikan oleh Stapein Gallager (1993).PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yangmenyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dalam mana pebelajar secara aktifmengkonstruksi pengetahuannya. Dalam belajar siswa itu sendirilah yang harusmengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajaryang diseting oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran. Teori yang dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting dari maknabelajar, yaitu (1) belajar adalah proses konstruktif bukan menerima (receptive16 17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comprocess) dan (2) belajar dipengaruh oleh faktor interaksi sosial dan sifatkontekstual dari materi pelajaran. Gijselaers (dalam Yasa, 2002: 7). Strategi belajar berdasarkan masalah memiliki sejumlah karakteristik yangmembedakan dengan strategi belajar lainnya, yaitu: (1) pembelajaran bersifatstudent centered, (2) pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, (3)guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus danstimulus pembelajaran, masalah merupakan sarana mengembangkan secara klinisketerampilan problem solving, dan (5) informasi-informasi baru diperoleh melaluibelajar mandiri (self directed learning), Barrows (dalam Yasa, 2005 : 7). Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, pesertadidik di dorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikanpermasalahan. Salah satu keuntungan PBL adalah peserta didik didorong untukmengeksplorasi pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengembangkanketerampilan pembelajaran yang independen untuk mengisi kekosongan yang ada.Hal tersebut merupakan pembelajaran seumur hidup karena keterampilan tersebutdapat ditransfer ke sejumlah topik pembelajaran yang lain, baik di dalam maupundi luar sekolah. Sedangkan dalam pendekatan problem solving konvensional yangkebanyakan dilaksanakan pada pembelajaran dewasa ini, siswa disuguhipermasalahan setelah mereka diperesentasikan informasi-informasi mengenaimateri yang diajarkan, maka pada siswa akan terjadi masalah. Dengan modelproblem solving konvensional guru dapat menyampaikan informasi-informasitentang subjek materi pembelajaran. Dengan kondisi demikian siswa barangkalitidak mengetahui mengapa mereka belajar tentang apa yang dipelajari. Belajar17 18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comyang dilakukan siswa semata-mata karena guru memberikan tugas kepada siswauntuk mempelajari materi ajar tersebut. Sedangkan prosedurpembelajaran berdasarkanmasalah (PBL)dimaksudkan untuk membuat pembelajaran dan masalah menjadi lebih realistik.Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah pembelajaran dimulai setelahterlebih dahulu siswa dikonfrontasikan dengan struktur masalah real, dengan caraini siswa mengetahui mengapa mereka belajar, semua informasi merekakumpulkan dari unit materi pelajaran yang mereka pelajari dengan tujuan untukdapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalamimplementasi pembelajaran denganmodelpembelajaranberdasarkan masalah dirancang dengan struktur pembelajaran; (1) mulai denganmasalah semua siswa secara individual maupun kelompok dihadapkan padamasalah. Siswa secara individual maupun kelompok dihadapkan pada masalah.Siswa secara individual maupun kelompok maasing-masing merasa memilikimasalah yang sama untuk dicari pemecahannya, (2) masalah berhubungan dengandunia siswa, masalah yang dikonfrontasikan pada awal pembelajaran kepadasiswa haruslah sedekat mungkin dengan dunia siswa sehari-hari, sehinggamasalah tersebut tidak asing bagi siswa, karena hal ini akan dapat memotivasisiswa untuk mencoba mencari pemecahannya, (3) organisasi materi pembelajaransesuai dengan masalah, guru hendaknya sebagai fasilitator dapat menyiapkanmateri pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk bisa menuju padapemecahan masalah, (4) memberikan siswa tanggung jawab utama untukmembentuk dan mengarahkan pembelajarannya sendiri, (5) menggunakankelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran, dan (6) menuntut siswa untuk18 19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commenampilkan apa yang telah mereka pelajari melalui hasil atau penampilan.Savoie, dkk. (dalam Yasa, 2002: 9). Retman (dalam Sudjana, 2005:139) mengemukakan bahwa kegiatanbelajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapimasalah peserta didik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatifdan bekerja secara intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalamkehidupannya. Pendapat ini sesuai pula dengan penegasan Freire bahwa dalamkegiatan belajar yang efektif maka upaya pengemukaan masalah (problempossing) menjadi inti kegiatan belajar kelompok. Masalah yang digunakan dalam pembelajaran memiliki arti tersendiri.Masalah yang dimaksud di sini ialah suatu “jarak antara sesuatu keadaan pada saatini dengan keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang (Sayers, dalamSudjana, 2005:140). Sesuatu itu dapat berwujud pendidikan, kesehatan,pendapatan, pekerjaan, dlsb. Kedua keadaan itu dapat digambarkan dengan bagansebagai berikut:Gambar 1 Skema Pemecahan MasalahAC B Sudjana (2005:140) Beberapa ciri penting dari pembelajaran berdasarkan masalah (problembased learning) adalah sebagai berikut. Brooks, dkk. (dalam Yasa, 2002: 10):19 20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1) Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah, sehingga pebelajar diharapkan mampu mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasikan permasalahan.2) Adanya keberlanjutan permasalahan, dalam hal ini ada dua tuntutan yang harus dipenuhi yaitu: Pertama, masalah harus memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dengan kandungan materi yang dibahas. Kedua, permasalahan harus bersifat real sehingga dapat melibatkan pelajar tentang kesamaan dengan suatu permasalahan.3) Adanya presentasi permasalahan, pebelajar dilibatkan dalam memperesentasikan permasalahan sehingga pebelajar merasa memiliki permasalahan tersebut.4) Pengajar berperan sebagai tutor dan fasilitator. Dalam posisi ini maka peran fasilitator adalah mengembangkan kreativitas berpikir para pebelajar dalam bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu pebelajar untuk menjadi mandiri.Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukan oleh pakar di atas, dapatdikatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu prosespembelajaran yang mengutamakan tujuan, di dalam PBL tujuan adalah sangatpenting karena menyangkut formulasi permasalahan, tujuan pembelajaran siswa,dan penilaian. Salah satu cara untuk mengembangkan tujuan adalah menyatakansegala sesuatu yang harus dimiliki oleh para siswa setelah selesai mengikutipelajaran dalamhal pengetahuan (berkaitan dengan kandungan materipembelajaran), keterampilan (berkaitan dengan kemampuan siswa mulai darimengajukan pertanyaan, penyusunan esai, searching basis data, dan presentasimakalah), dan sikap (berkaitan dengan pemikiran kritis, keaktifan mendengar,sikap terhadap pembelajaran dan respeknya terhadap argumentasi siswa lain). 4. Model Pembelajaran konvensional Dalam proses belajar mengajar pada jenjang pendidikan dasar danmenengah, metode yang sering dan banyak dilakukan oleh guru adalah metodeceramah, namun kadang disertai pertanyaan. Gulo (2002: 136) mengemukakan20 21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.combahwa ceramah merupakan satu-satunya metode yang konvensional dan masihtetap digunakan dalam strategi belajar mengajar. Sementara itu, Sumantri danPermana (1988: 136) menyatakan bahwa metode ceramah adalah metode yangpaling populer dan banyak dilakukan guru, selain mudah penyajiannya juga tidakbanyak memerlukan media. Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi, dimanaguru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkanatau menerimanya. Hudoyo (1979: 126) menyatakan bahwa ciri metode ceramahadalah guru berbicara terus-menerus di depan kelas, sedang para siswa sebagaipendengar. Metode ini merupakan bentuk belajar-mengajar satu arah, pembicaramemberikan ide atau informasi dan pendengar menerimanya. Agar metode ceramah efektif dan efisien, Wijaya (1992: 63-64)menyarankan guru untuk (1) melakukan kegiatan pendahuluan sebelum bahanbaru diberikan, dengan cara: menjelaskan tujuan, mengemukakan pokok-pokokmateri yang akan dibahas, memancing pengalaman siswa yang cocok denganmateri yang akan dipelajarinya, (2) menyajikan pelajaran secara sistematis,kegiatan belajar diciptakan secara variatif, membangkitkan motivasi belajar secaraterus-menerus selama pelajaran berlangsung, mempergunakan media pengajaranyang variatif yang sesuai dengan tujuan pengajaran, (3) menutup pelajaran padaakhir pelajaran dan yang perlu diperhatikan adalah mengambil kesimpulan darisemua pelajaran yang telah diberikan, memberikan kesempatan kepada siswauntuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan, melaksanakan penilaiansecara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.21 22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru tidak memberikanbimbingan secara individu bagi siswa yang mengalami kesulitan mengerjakantugas. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan pembelajaranMatematika melalui konvensional adalah metode ceramah yang disertai denganpertanyaan atau metode mengajar yang sering digunakan oleh guru Matematikapada umumnya. 5. Pengertian Hasil belajar Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yangdicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajarberarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalamselang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitifyang “respons” hasil pengukurannya tergolong pendapat (judgment), yaitu responyang dapat dinyatakan benar atau salah (Suryabrata, 2000: 19). Soedijarto (1993: 49) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkatpenguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajarsesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Briggs (1979: 149) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah seluruhkecakap-an dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasilbelajar. Sedang menurut Sudjana (2004: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Sudjana(1991: 22) mengemukakan bahwa, dalam sistem pendidikan nasio-nal rumusantujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,22 23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commenggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garisbesar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, danranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri darienam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dankeempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektifberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawabanatau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaandengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri darienam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuanperseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dangerakan ekspresif dan interpretatif. Di samping itu hasil belajar dapat dioperasionalisasikan dalam bentukindikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, danpredikat keberhasilan (Azwar, 1996: 44). Dari definisi tersebut di atas, tidak ada kontradiksi makna, bahkanpengertian satu dengan yang lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapatdikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukurdan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap keterampilan, dan nilai-nilaiyang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Dalam penelitian ini, hasil belajar diartikan sebagai hasil tes prestasi terbataspada ranah kognitif saja. Menurut Benjamin S. Bloom, ranah kognitif terdiri dari:pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta nilai-nilai dapat diukur tinggi23 24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comrendahnya dengan jalan memberi tugas-tugas kepada siswa yang relevan dengansasaran yang diinginkan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam suatu matapelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut hasil belajar. B. Penelitian yang relevan Beberapa penelitian tentang Model pembelajaran pembelajaran berbasismasalah (PBL) yang diterapkan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Aan Hasanah (2005). Dengan Judul:“Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Dan Kemampuan PenalaranMatematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui PembelajaranBerbasis Masalah Yang Menekankan Pada Representasi Matematik”.Penelitian ini merupakan studi eksperimen di SMP Negeri 6 Cimahi dengansubyek populasinya adalah seluruh siswa SMP dan mengambil 2 sampel kelas IISMP Negeri6 Cimahisecaraacakdari 11 kelas yang ada.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan pemahaman matematikpada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah denganmenekankan representasi matematik lebih baik darMatematikada kelompok siswayang memperoleh pembelajaran biasa; (2) kemampuan penalaran matematikkelompok siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah denganmenekankan representasi matematik lebih baik darMatematikada kelompok yangmemperoleh pembelajaran biasa; (3) Terdapat korelasi yang signifikan antarakemampuan pemahaman dan penalaran matematik; (4) sikap siswa padakelompok eksperimen terhadappembelajaran berbasis masalah dengan 24 25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commenekankan representasi matematik adalah positif; (5) pada kelompok siswa yangmemperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan representasimatematik siswa lebih aktif belajar darMatematikada kelompok siswa yangmemperoleh pembelajaran biasa. Susilawati (2005), dalam penelitiannya tentang “Penerapan Problem-Based Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan DanMemecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan TingkatPertama Negeri Di Bandung”. Menunjukkan hasil bahwa: Kemampuan siswamengajukan dan memecahkan masalah matematika sebelum pembelajaran denganpendekatan problem-based learning, telah ada namun masih tergolong rendah, halini terlihat dari kecilnya persentase pengajuan dan pemecahan masalahmatematika terselsaikan mengandung informasi baru. Melalui penerapanpembelajaran problem-based learning kemampuan siswa mengajukan danmemecahkan masalah matematika mencapai kriteria hasil belajar yang baik,secara kualitas terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yangpembelajarannya dengan pendekatan problem-basedlearning dan yangmenggunakan pembelajaran dengan pendekatan biasa. Hal ini nampak daribesarnya jumlah respon siswa mengajukan dan memecahkan masalah matematikayang berkualifikasi tinggi. Secara umum siswa memiliki sikap positif terhadappembelajaran dengan pendekatan problem-based learning, demikian pula sikapterhadap pengajuan dan pemecahan masalah matematika menunjukkan sikappositif. Sikap positif ini menjadi faktor pendukung siswa dalam upayameningkatkan proses dan keberhasilan dalam belajar matematika.25 26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Permana (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “MengembangkanKemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematik Siswa SMA MelaluiPembelajaran Berbasis Masalah”. Menemukan bahwa kemampuan penalarandan koneksi matematik siswa melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baikdibandingkan dengan melalui pembelajaran biasa. Selain itu, siswa bersikappositif terhadap pembelajaran berbasis masalah, guru memberikan pandanganyang positif, dan siswa aktif selama proses pembelajaran berbasis masalah.Dengan kata lain pembelajaran berbasis masalah berhasil menciptakan suasanabelajar yang lebih kondusif dibandingkan dengan pembelajaran biasa dalam halpengembangan kemampuan penalaran dan koneksi matematik, membangun sikapyang positif, meningkatkan keterlibatan siswa, dan belajar. C. Kerangka Berpikir Praktek-praktek pengajaran matematika di sekolah dewasa ini secaralangsung maupun tidak seakan-akan telah menjadi pembelajaran yang hanyaberupa kumpulan teori dan cerita-cerita masa lalu yang harus dihafal oleh siswa,dan sudah barang tentu apa yang mereka pelajari berorientasi kepada kemampuanmenjawab soal-soal ujian. Artinya, guru-guru Matematika masih berkutat padaapa yang dikatakan sebagai pencetak manusia-manusia yang bebal terhadap faktadan kenyataan yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. Banyak siswa yang nilai Matematikanya mencapai predikat istimewa,namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab permasalahanriil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa tidak mampumenganalisis ataupun melakukan sintesa terhadap persoalan-persoalan kehidupan26 27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comyang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu Matematika hanyalahsekadar ilmu hafalan yang kosong/gersang tanpa makna. Melihat kenyataan ini, para ahli pendidikan berupaya mencari danmerumuskan kembali tentang tujuan, model, dan strategi pendidikan yangdilaksanakan di sekolah-sekolah modern. Salah satu model yang dimaksud adalahmodel pembelajaran berbasis masalah yang menekankan kemampuan pesertadidik untuk mengkonstruksi dan melakukan rekonstruksi terhadap pengetahuanserta pengalaman yang mereka miliki dalam belajarnya. Model ini mengarahkansiswa untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalamkehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berbasis masalah memberikan ruang gerak kepadasiswa untuk menyelami setiap persoalan yang mereka hadapi, baik secaraperorangan maupun kelompok serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaianmasalah yang mereka hadapi. Proses PBL ini diawali dari pencermatan terhadapmasalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuatdugan-dugaan sementara terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulanberdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat eratkaitannya dengan kerja ilmiah yang dilakukan oleh para ahli yang sedangmelakukan kajian-kajian ilmiah di sebuah laboratorium maupun lapanganpenelitian. Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaranlangsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untukmendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan27 28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.compengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pesertadidik. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi fokus tersendiri dalampenelitian ini. Yakni, melihat apakah hasil PBL yang diyakini mampumeningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini lebih baik daripadapembelajaran yang dilaksanakandengan pola-pola lama (pembelajarankonvensional). D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah diuraikansebelumnya serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitianini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik darMatematikada dengan model pengajaran langsung. 2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis lebih tinggi darMatematikada siswa yang diajar dengan model pengajaran langsung. 28 29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitiankuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimensemu). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku obyekpenelitian sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah),peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi obyekpenelitian terhadap perlakuan secara pasti atau dapat dikatakan bahwa penelititidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dankondisi yang sudah ada. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs NW Loyok Kabupaten Lombok Timur.Penelitian dilakukan selama 4 (empat bulan), terhitung dari bulan Januari sampaidengan bulan April 2009 C. Populasi dan Sampel Menurut Sudjana (1996:6) Populasi adalah totalitas semua nilai yangmungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatifmengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap danjelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Adapun sebagian yang diambil daripopulasi disebut sampel.29 30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penelitian ini dilaksanakan di MTsNW Loyok Kabupaten Lombok Timur. Populasi penelitian ini adalah semua siswakelas VIII yang ada di MTs NW Loyok Kabupaten Lombok Timur, tahunpembelajaran 2008/2009 Karena jumlah kelas VIII di MTs NW Loyok hanya terdiri dari 2 (dua)kelas, maka penelitian ini termasuk penelitian populasi. Jumlah dan data sampel diberikan pada tabel berikut: Tabel 3.1: Data Jumlah Sampel Penelitian JumlahNoKelasTotal LP1Kelas VIII1 (kelompok kontrol)20 13 332Kelas VIII2 (kelompok eksperimen) 16 17 33Jumlah total 66 D. Definisi Operasional Definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagaiberikut.1. Model Pembelajaran berbasis masalah (PBL) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu proses pembelajaranyang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarikkesimpulan.2. Model Pembelajaran konvensional Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yangberpusat kepada guru. Tahap yang dilakukan dalam pembelajaran konvensionaladalah: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, (2)30 31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.commendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing pelatihan,mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (4) memberikankesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapannya.3. Hasil Belajar Hasil Belajar atau prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapatdiukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dannilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. E. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasieksperimen), dengan rancangan eksperimen tes awal tes dan akhir kelompokkontrol tanpa acak. Rancangan ini dilakukan pada subyek kelompok tidakdilakukan acak (Sudjana dan Ibrahim, 2001: 44). Rancangan ini dipilih karenaeksperimen dilakukan di kelas tertentu dengan kelas yang telah ada. Dalammenentukan subyek untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidakmemungkinkan mengubah kelas yang telah ada. Dengan demikian randomisasitidak bisa dilakukan. Dalam menetapkan kelompok eksperimen dan kelompokkontrol dilakukan secara acak terhadap kelas yang ada. Rancangan eksperimen ditunjukkan seperti Gambar 3.1Kelompok Pretes Perlakuan Postes EksperimenT1 X T2Kontrol T1_T2(Riyanto:2001: 44)31 32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comRancangan Tes awal Tes akhir Kelompok kontrol tanpa acakDimana T1 = Tes awal, T2 = Tes akhir, dan X = Perlakuan.Pretes digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok yang dijadikan sampelpenelitian sebelum perlakuan setara atau tidak. Dalam hal ini dilakukan ujikesetaraan kelompok dengan uji beda (uji-t) dengan rumus: − − t=x1 − x 21 1 S+n n1 2 2 22(n1 − 1). s1 + (n2 − 1). s 2 S =n +n 12−2 Keterangan:X = rata-rata skor hasil tes pada kelompok eksperimen 1 X = rata-rata skor hasil tes pada kelompok kontrol 2 S = simpangan baku gabungan skor hasil tes kedua kelompok S1= simpangan baku skor hasil tes kelompok eksperimen S2 = simpangan baku skor hasil tes kelompok kontrol n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat bebas n1 +n2 -2 dan taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara signifikan).32 33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDari hasil uji kesetaraan kelompok yang dilakukan terhadap kelompok sampelpenelitian diperoleh data sebagai berikut :Tabel 3.2 : Data Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Sampel PenelitianHASIL BELAJAR SISWAKELOMPOK KELOMPOKEKSPERIMENResponden KONTROL (VIII1)(VIII2)13181 259 30 354 88 439 44 564 52 696 65 748 40 835 40 942 421058 491159 381287 671397 711479 621569 701677 331787 951893 651988 912093 892132 692251 752389 562451 87 33 34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com25 46 94 26 59 39 27 84 76 28 63 43 29 87 75 30 58 31 31 43 98 32 70 73 33 38 91−X64.42424242 64.21212121 SD 2430.5643939 453.1723485− − X 1− X 2 t − test = SD12 SD12 + N 1 − 1 N 2 − 164.42 − 64.21 t − test == 0,040430.56 453.17 +33 − 133 − 1Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat bebas n1 + n2 -2 (33 + 33-2= 64) dk = 64 dan taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidakberbeda secara signifikan). Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh t hitung < ttabel atau 0,040 < 1,670 pada derajat kebebasan 64 taraf siginifikansi 5%. Jadi,kelompok sampel dikatakan setara atau tidak berbeda.Nilai t tabel diperoleh dengan cara melakukan interpolasi:Cara mencari t table dengan Interpolasi:34 35. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com (C1 − C 0 )C = C0 +.( B − B0 ) Riduwan dan Akdon (2006:132)( B1 − B0 )Keterangan :B= nilai dk yang dicariBo = nilai dk pada awal nilai yang sudah adaB1 = nilai dk pada akhir nilai yang sudah adaC= nilai F-tabel yang dicariCo = nilai F-tabel pada awal nilai yang sudah adaC1 = nilai F-tabel pada akhir nilai yang sudah ada Dari tabel t diperoleh :B = 64 (n1 + n2 - 2)Bo = 60B1 = 120Co = 1.671C1 = 1.658C = ….?(C − C 0 )C = C0 + 1.( B − B0 )( B1 − B0 ) (1.658 − 1.671)C = 1.671 + .(64 − 60) (120 − 60) C = 1.670133 ≈ 1.670Model pembelajaran yang digunakan sebagai perlakuan dalam hal inidibedakan atas model pembelajaran berbasis masalah (PBL) untuk kelompokeksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.Kegiatan guru dan siswa untuk kedua model pembelajaran yang digunakanterlihat dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan ModelPembelajaran berbasis masalah (PBL) No Tahap Kegiatan GuruKegiatan Siswa 1 Menghadapkan1. Mengeksplorasikan masalah-1. Siswamendengarkan masalahmasalah yang terjadi dalam apa yang disampaikankehidupan nyata. gurulalu 2. Menyajikan situasi yang saling membandingkan danbertentangan.mengkaitkan antara 3. Mengemukakan pertanyaan /kejadian yang satu 35 36. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com masalah yang dapat memotivasidengan yang lainnya lalusiswa untuk mengemukakan membuat catatan-catatanpendapatnyamengenai apa yang bisa mereka rekam.2. Menjawabpertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka miliki 2Mencari dan1. Meminta siswa berusaha untuk1. Bertanya kepada gurumengkaji data mengumpulkan data informasiuntuk menggalisebanyak-sebanyaknya tentang informasi serta membacamasalah yang mereka hadapi bahan-bahan yang 2. Menyiapkan informasi yangmereka perlukan.dibutuhkan siswa2. Melakukan diskusi untuk 3. Memeriksa tampilnya masalahmerumuskan hipotesis 4. Menjawab pertanyaan siswa 3. Menyampaikan hipotesis 5. Menetapkanhipotesisdarijawaban siswa untuk dikaji lebihlanjut 3Mencari data dan 1. Membantu siswa mengisolasi1. SiswamengisolasiEksperi-mentasi variabel yang sesuai variabel yang sesuai 2. Mengarahkan siswauntuk2. Merumuskan hipotesismerumuskan hipotesis sebab sebab akibatakibat3. Menyiapkan alat dan 3. Memintasiswa untuk bahansecaramenyiapkan alat/bahan untukberkelompokeksperimen sesuai dengan alat 4. Secaraberkelompok/bahan yang tertera pada melakukan eksperimenpanduan praktikum 5. Bertanyaseputar 4. Meminta siswa untuk merancangmasalah dan prosesdan melakukan eksperimen eksperimen yang 5. Membimbing proses eksperimen dilakukan.dengan caramenjawab 6. Menganalisis data untukpertanyaan-pertanyaan siswa danmembuat kesimpulanmengarahkan siswauntukmenguji hipotesis melaluipertanyaan-pertanyaan penuntun. 4. Mengorganisir, 1. Melalui diskusi kelas guru1. Memberikan tanggapanMerumuskan danmemintasiswa untuk terhadapkesimpulanMenjelaskan mengemukakan kesimpulan yang siswa yang lain.didapatsetelahmelakukan 2. Menjawabpertanyaaneksperimen guru sesuai dengan hasil 2. Meminta siswa membandingkaneksperimenhasil yang mereka peroleh dan 3. Menanyakanhal-halmemberikan tanggapan terhadapyang dianggap belumkesimpulan siswa yang lain.jelas 3. Mengarahkan diskusi dengancaramengklarifikasikankesimpulan yangsalah,merumuskan kesimpulan ,menjelaskan, serta memberikanpertanyaan-pertanyaanuntuk 36 37. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com membimbing siswa padapemecahan masalah yang terarah 5.Menganalisis 1. Memintasiswa untuk 1. Secara Individu siswa Proses menganalisis pola-pola menulis makalah (karya pemecahanpenemuan mereka melalui proses ilmiah) masalahpenulisanmakalah atau 2. Evaluasisejenisnya2. Evaluasi 6.Pelaporan dan1. Guru meminta siswa untuk1. Menyampaikan laporan tindak lanjutmemaparkan hasil yang mereka hasil kajian (makalah) diperoleh terhadap masalah yangdepan kelasdiajukan baik secara perorangan2. Mereview kembali hasilmaupun kelompokyangdiperolehuntuk2. Memberikan arahan dan tindakmelakukan tindak lanjutlanjut terhadap hasil kajian siswa melalui diskusi kelompok. Tabel 3.3 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan PerlakuanModel pembelajaran konvensionalNoTahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1PenyampaianMempersiapkan siswa untuk Mendengarkanapa yang Tujuan belajar dan memotivasi siswa. dijelaskan oleh guru. Pembelajaran Hal ini dilakukan denganpendahuluan dan menyampaikantujuan pembelajaran. 2. Menyampaikan Menjelaskan isi materi pelajaranMendengarkandan materidengan dan mendemonstrasikan caraMemperhatikanDemonstrasi metode ceramah melakukan percobaan seperti yang dilakukangurudan dan demonstrasitertera pada LKSmempelajari LKS3. Membimbing MembimbingsiswauntukMasing-masing kelompok latihandan melakukan latihan-latihan melakukan apayang pemberiansebagaimana yang tertera dalamdiinstruksikan oleh guru dan yang umpan balikLKS dicontohkan dalam LKS.4. PenilaianMelakukan ujian tertulis dengan Menjawab soal/tes yang diberikansoal-soal yang sudah dipelajari oleh guru.oleh siswa melalui contoh-contohyang telah diberikan Untuk menghindari bias dalam penelitian ini, guru yang akan mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan latihan (breafing) yakni bagaimana mereka mengajar dengan PBL dan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Sudah barang tentu, pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan. 37 38. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comF. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode tes danobservasi pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. 1. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah tes yang disusun sendiri oleh peneliti. Dan untuk data hasil observasi digunakan pedoman observasi, tentunya pedoman observasi ini disesuaikan dengan prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan sebelum penelitian berlangsung. 2. Validitas Butir Untuk validitas instrumen hasil belajar (validitas butir) digunakan korelasi point biserial (rpbis) dengan rumus sebagai berikut:M p − Mt prpbis =Arikunto (1996: 98)SDtq Keterangan: Mp = rata-rata testee yang menjawab benar Mt = rata-rata skor total untuk semua testee SDt= simpangan baku total semua testee p = proporsi testee yang menjawab benar butir soal q =1–p Kriteria butir soal dalam kategori valid jika rpbis-hitung > rpbis-tabel pada taraf signifikansi5%. Perhitungannya menggunakan bantuan program Mikrosoft Excel. 38 39. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDari hasil uji coba yang dilakukan di SMPN 1 Sikur dengan jumlah testee 94didapatkan hasil sebagai berikut:Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar MATEMATIKA No. Butir JMLp q pqMp MtSDrpbs rtabelKetr. 1520.553 0.4470.24716.000 15.383 2.693 0.255 0.204 Valid 2510.543 0.4570.24816.1180.297 0.204 Valid 3580.617 0.3830.23615.8450.218 0.204 Valid 4460.489 0.5110.25016.2170.303 0.204 Valid 5510.543 0.4570.24816.2350.345 0.204 Valid 6490.521 0.4790.25015.7760.152 0.204 Drop 7460.489 0.5110.25016.0430.240 0.204 Valid 8450.479 0.5210.25015.8440.164 0.204 Drop 9530.564 0.4360.24616.4530.452 0.204 Valid10490.521 0.4790.25015.9590.223 0.204 Valid11420.447 0.5530.24716.3330.317 0.204 Valid12470.500 0.5000.25016.1700.292 0.204 Valid13530.564 0.4360.24616.0190.269 0.204 Valid14520.553 0.4470.24716.0380.271 0.204 Valid15500.532 0.4680.24915.8800.197 0.204 Drop16500.532 0.4680.24916.3800.395 0.204 Valid17480.511 0.4890.25016.1250.282 0.204 Valid18420.447 0.5530.24716.0710.230 0.204 Valid19460.489 0.5110.25015.9570.209 0.204 Valid20430.457 0.5430.24816.0700.234 0.204 Valid21430.457 0.5430.24816.2790.306 0.204 Valid22480.511 0.4890.25016.1250.282 0.204 Valid23390.415 0.5850.24316.5380.361 0.204 Valid24410.436 0.5640.24616.3170.305 0.204 Valid25500.532 0.4680.24916.1400.300 0.204 Valid26600.638 0.3620.23115.9330.272 0.204 Valid27590.628 0.3720.23415.8310.216 0.204 Valid28360.383 0.6170.23616.3890.294 0.204 Valid29540.574 0.4260.24416.0000.266 0.204 Valid30430.457 0.5430.24815.9770.202 0.204 DropDari 30 soal yang tertera pada tabel di atas, diperoleh soal yang valid sebanyak 26butir soal yaitu: 1,2,3,4,5,7,9,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28, dan 29 sisanya adalah soal yang dikategorikan tidak valid (drop) yaitusebanyak 4 soal yaitu butir nomor : 6, 8, 15, 30. 39 40. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comSoal yang dikategorikan valid ini kemudian diuji tingkat reliabilitasnya. Untuksoal yang tidak valid dibuang.3. Reliabilitas Butir Untuk mengetahui reliabilitas tes hasil belajar dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 (KR-20), dengan rumus : k SDt − ∑ ( pq ) 2KR − 20 = k − 1 SDt2 Arikunto (1996: 104) Keterangan: k = banyaknya butir soal p = proporsi peserta tes yang menjawab benar q=1–pTabel 3.5 : Ringkasan Hasil Uji Relibilitas Instrumen Tes Hasil Belajar MATEMATIKA Sigma r11 (KR-No Butirk Vtp q pq pq 20) 1 26 6.478 0.553 0.4470.247 1.230 0.843 26.478 0.543 0.4570.248 36.478 0.617 0.3830.236 46.478 0.489 0.5110.250 56.478 0.543 0.4570.248 76.478 0.489 0.5110.250 96.478 0.564 0.4360.246106.478 0.521 0.4790.250116.478 0.447 0.5530.247126.478 0.500 0.5000.250136.478 0.564 0.4360.246146.478 0.553 0.4470.247166.478 0.532 0.4680.249176.478 0.511 0.4890.250186.478 0.447 0.5530.247196.478 0.489 0.5110.250206.478 0.457 0.5430.248216.478 0.457 0.5430.248226.478 0.511 0.4890.250 40 41. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 23 6.478 0.4150.5850.24324 6.478 0.4360.5640.24625 6.478 0.5320.4680.24926 6.478 0.6380.3620.23127 6.478 0.6280.3720.23428 6.478 0.3830.6170.23629 6.478 0.5740.4260.244 Dari hasil perhitungan di atas didapat k SDt − ∑ ( pq ) 2KR − 20 = k − 1 SDt2 26 6,478 − 1,230 KR − 20 = 26 − 1 6,478 r11 = 0,843 dengan menggunakan kriteria derajat reliabilitas alat ukur yang digunakan yaitu: kriteria yang dibuat oleh J. Guilford (1973), sebagai berikut: r11 ≤ 0,20 derajat reliabilitas Sangat Rendah 0,20 ≤ r11 ≤ 0,40derajat reliabilitas Rendah 0,40 ≤ r11 ≤ 0,60derajat reliabilitas Sedang 0,60 ≤ r11 ≤ 0,80derajat reliabilitas Tinggi 0,80 ≤ r11 ≤ 1,00derajat reliabilitas Sangat Tinggi Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa reliabilitas alat ukur yang digunakantersebut dikategorikan “Sangat Tinggi”. G. Teknik Analisis Data Untuk mendeskripsikan kualitas hasil belajar siswa, maka digunakan analisisunivariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata ideal (Mi ) dansimpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan lima jenjang kualifikasi, makakriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.7 di bawah ini:41 42. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comTabel 3.6 Pedoman Konversi Kecendrungan Data hasil belajar siswa pada Pelajaran MATEMATIKAKriteria Kualifikasi> (Mi + 1,5 SDi)Sangat Tinggi (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi)Tinggi(M – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi)Sedang(Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi)Rendah< (Mi – 1,5 SDi)Sangat Rendah Keterangan : Mi = rata-rata ideal= 12 ( skor maksimum ideal + sor minimum ideal )SDi = simpangan baku ideal= 16 ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal ).1.Uji Persyaratan AnalisisUntuk dapat melakukan uji statistik terhadap data hasil penelitian,sebelumnya harus diuji dulu persyaratan-persyaratan analisisnya denganmenggunakan beberapa syarat uji analisis seperti: uji normalitas, uji homogenitas,dan uji linieritas1.1 Uji NormalitasUji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah sebaranfrekuensi skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitasmenggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria pengujian : jika p > 0,05datanya berdistribusi NORMAL, sebaliknya jika p < 0,05 datanya tidak mengikuti 42 43. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comsebaran kurve normal. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuanprogram SPSS 10 for Windows.1.2 Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukandenganuji kesamaan matriksmenggunakan SPSS-10 for waindows melalui uji Box’s M untuk uji homogenitassecara bersama-sama dan dengan uji Levene’s untuk uji homogenitas secaraterpisah (Hair, at.all, 1998, dalam wazni, 2007:70). Kriteria pengujian: datamemiliki matriks varians-kovarian yang sama (homogen) jika signifikansi yangdihasilkan uji Box’s M dan uji Levene’s lebih dari 0,05 dan data tidak berasal daripopulasi yang homogen jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’s M danuji Levene’s kurang dari 0,05.1.3 Uji Linieritas Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antaravariabel terikat (dependent) dengan variabel independent (bebas). Linieritas diujidengan uji-F, dengan menguji lajur Deviation from linierity, sedangkan untukmelihat keberartian arah regresinya melalui lajur linierity. Kriteria pengujianadalah: (a) uji linieritas pada lajur Deviation from linierity, jika angka signifikanyang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bentuk regresinya linier,(b) uji keberartian arah regresi pada laju linierity, jika angka signifikansi yangdihasilkan lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan arah regresi berarti. Analisisnyadilakukan dengan bantuan komputer melalui program SPPS 10 for windows. 43 44. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Uji HipotesisUntuk keperluan uji hipotesis digunakan uji regresi untuk menguji hipotesispertama dan Uji t untuk menguji konstanta dan variabel dependen (hasil belajarsiswa) untuk menguji hipotesis kedua. Rumus yang digunakan adalah sebagaiberikut: ∧ Persamaan regresi liniear sederhana adalah: Y = a + bXDi mana :a=∑ Y .∑ X − ∑ X .∑ XY 2N .∑ X − (∑ X ) 22 N .∑ XY − ∑ X .∑ Y b=N .∑ X 2 − (∑ X ) 2 Tabel 3.8: Ringkasan Anava Untuk Menguji Keberartian dan LinieritasRegresi Sumber JK (SS) Dk MK (MS) F hitungF Variasi(df) tableTotal JK (T ) = ∑ Y 2 -JK(T):n Koefisien(a) (∑ Y )2 1-NRegresi (∑ X )(∑ Y )1JK(Reg) MK(Reg)(b|a)b ∑ XY − : n MK(Sisa) Sisa(residu)n–2JK(S) : dk(S)JK (S ) = JK (T ) − JK (a) − JK (b | a)TunaJK(S) – JK(G) k–2JK(TC) :MK(TC)Cocokdk(TC): MK(G) Galat (∑ Y )2 (Error)∑ ∑ Y − n 2 n–k JK(G) : dk(G) 44 45. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comAturan keputusan (kesimpulan)Jika F hitung (regresi) lebih besar dari harga F tabel pada taraf signifikansi 5% (α= 0,05), maka harga F hitung (regresi) signifikan, yang berarti bahwa koefisienregresi adalah berarti (bermakna).Jika harga F hitung (tuna cocok) lebih kecil dari harga F tabel, maka harga Fhitung (tuna cocok) non signifikan, yang berarti bahwa hipotesis nol diterima danhipotesis alternatif ditolak, sehingga regresi Y atas X adalah non linier (tidakbermakna). Namun untuk lebih memudahkan dalam perhitungan digunakanbantuan program SPSS 10 for Windows.Setelah dilakukan uji regresi, dilakukan uji t untuk menjawab persoalan kedua,rumus yang digunakan adalah: − − X 1− X 2 t − test = SD12 SD12 + N 1 − 1 N 2 − 1 Dimana : − X1= Mean pada distribusi sampel 1 − X 2 = Mean pada distribusi sampel 2 SD12 = Nilai varian pada distribusi sampel 1 2 SD2 = Nilai Varian pada distribusi sampel 2 N1 = Jumlah individu pada sampel 1 N2 = Jumlah Individu pada sampel 2Tulus Winarsunu (2004:88) Dasar pengambilan keputusan: Jika nilai thitung > nilai ttabel, maka Ho ditolak artinya hipotesis penelitian diterima. Jika nilai thitung < nilai ttabel, maka Ho ditolak artinya hipotesis penelitian tidak diterima. Tingkat signifikansi = 0.05 Dk (derajat kebebasan) = jumlah data n-2Riduwan dan Akdon (2006:232-233) 45 46. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANDalam bab IV ini disajikan hasil penelitian yang mencakup deskripsi tentangkarakteristik masing-masing variabel penelitian, uraian tentang hasil pengujianpersyaratan analisis dan uji hipotesis. Hasil penelitian yang dimaksudkan adalahmenyangkut deskripsi hasil belajar siswa yang menggunakan metode ProblemBased Learning dan Metode konvensional di kelas VIII MTs NW Loyok.A. DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran mengenai karaketristik distribusi skor darimasing-masing variabel, berikut disajikan skor tertinggi, skor terendah, hargarerata, simpangan baku, varians, median, modus, histogram, dan kategorisasimasing-masing variabel yang diteliti. Untuk memudahkan mendeskripsikanmasing-masing variabel di bawah ini disajikan rangkuman statistik deskriptifseperti pada tabel berikut:Tabel 4.1 : Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode PBL (X1) dan Metode Konvensional (X2) STATISTIKMETODE PBL (X1) METODE KONVENSIONAL (X2) Mean67.3658.73 Median6856 Standar Deviasi 15.9918.30 Varians255.99334.892 Rentangan 7484 Skor Minimum9994 Skor Maksimum 251046 47. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comA.1 Data Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Data hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbasismasalah (PBL) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap respondenmenunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden adalah 99 dari skortertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100 sedangkan skor terendah yang dicapairesponden adalah 25 dari skor terendah yang mungkin dicapai yaitu 0. Distribusifrekuensi skor hasil belajar siswa yang menggunakan metode PBL ditampilkanpada tabel berikut:Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi SkorHasilBelajar Siswa Yang Menggunakan Metode PBL Kelas IntervalNilaiFrekuensi Frekuensi Frekuensi Tengah RelatifKumulatif 25 -36 30.5 10.03 3.03 37 -48 42.5 30.09 9.09 49 -60 54.5 40.1212.12 61 -72 66.5150.4545.45 73 -84 78.5 60.1818.18 85 -96 90.5 40.1212.12Jumlah331.00100.00Dari tabel di atas dapat diamati bahwa pengelompokan frekuensi terbanyak untukvariabel penggunaan metode PBL (X1) terletak di sekitar rata-rata denganfrekunesi sebesar 15. Untuk lebih memudahkan dalam membaca tabel di atas,berikut disajikan grafik histogram distribusi frekuensi variabel metode PBLberikut ini: 47 48. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com14 12108 64FrequencyStd. Dev = 16.002Mean = 67.40 N = 33.00 30.5 42.5 54.5 66.5 78.5 90.5Gambar 4.1: Histogram Hasil Belajar Siswa Yang diajar dengan Menggunakan MetodePBLDari hasil perhitungan tendensi sentral diperoleh harga rata-rata sebesar 67.40,simpangan baku sebesar 16.00, median sebesar 68.00. (perhitungan dapat dilihatpada lampiran) Untuk menentukan kecenderungan hasil belajar siswa yang diajar denganmenggunakan metode PBL, terlebih dahulu dihitung mean ideal (Mi) dan standardeviasi ideal (SDi). Mi = ½ x (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) = ½(100 + 0) = 50. SDi = 1/6 x (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) = 1/6 x(100 – 0) = 16.67. berdasarkan hasil perhitungan tersebut selanjutnya disusun 48 49. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comklasifikasi skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode PBL.Seperti berikut: KriteriaKualifikasi> 75 Sangat Tinggi 58.33 – 75 Tinggi41.67 – 58.33 Sedang 25 – 41.67 Rendah< 25 Sangat RendahSecara umum rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajar denganmenggunakan metode PBL di kelas VIII MTs NW Loyok diperoleh sebesar 67.40dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 16,00. Hasil ini menunjukkanbahwa kecenderungan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakanmetode PBL di kelas VIII MTs NW Loyok dapat dikatakan Tinggi yakni beradapada rentangan 58,33 sampai dengan 75 dari skor ideal. A.2 Data Hasil Belajar Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Konvensional Skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metodekonvensional yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap respondenmenunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden adalah 94 dari skortertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100 sedangkan skor terendah yang dicapairesponden adalah 10 dari skor terendah yang mungkin dicapai yaitu 0. distribusi 49 50. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comfrekuensi skor hasil belajar siswa yang menggunakan metode Konvensionalditampilkan pada tabel berikut:Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Skor Hasil BelajarSiswa Yang Menggunakan Metode KONVENSIONAL Kelas Interval Nilai Frekuensi FrekuensiFrekuensiTengah Relatif Kumulatif10 -23 16.51 0.03 3.0324 -37 30.52 0.06 6.0638 -51 44.55 0.1515.1552 -65 58.5 15 0.4545.4566 -79 72.56 0.1818.1880 -93 86.54 0.1212.12 Jumlah 33 1.00100.00 Dari tabel di atas dapat diamati bahwa pengelompokan frekuensi terbanyak untukvariabel penggunaan metode Konvensional (X2 ) terletak di sekitar rata-ratadengan frekunesi sebesar 15. untuk lebih memudahkan dalam membaca tabel diatas, berikut disajikan grafik histogram distribusi frekuensi variabel metodeKonvensional berikut ini:50 51. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 15 1296 Frequency3 Std. Dev = 18.30Mean = 58.70 N = 33.0016.5 30.5 44.5 58.5 72.5 86.5 Gambar 4.2: Histogram Hasil Belajar Siswa Yang diajar dengan Menggunakan Metode Konvensional Dari hasil perhitungan tendensi sentral diperoleh harga rata-rata sebesar 58,70simpangan baku sebesar 18.30, median sebesar 56. (perhitungan dapat dilihat padalampiran) Untuk menentukan kecenderungan hasil belajar siswa yang diajar denganmenggunakan metode Konvensional, terlebih dahulu dihitung mean ideal (Mi)dan standar deviasi ideal (SDi). Mi = ½ x (skor maksimal ideal + skor minimalideal) = ½ (100 + 0) = 50. SDi = 1/6 x (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)= 1/6 x (100 – 0) = 16.67. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut selanjutnyadisusun klasifikasi skor hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakanmetode konvensional. Seperti berikut: 51 52. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comKriteriaKualifikasi > 75 Sangat Tinggi 58.33 – 75Tinggi 41.67 – 58.33 Sedang25 – 41.67 Rendah < 25Sangat RendahSecara umum rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajar denganmenggunakan metode Konvensional di kelas VIII MTs NW Loyok diperolehsebesar 58,70 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 18.30. Hasil inimenunjukkan bahwa kecenderungan hasil belajar siswa yang diajar denganmenggunakan metode konvensional di kelas VIII MTs NW Loyok dapatdikatakan Tinggi yakni berada pada rentangan 58,33 sampai dengan 75 dari skorideal. B. PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISISB.1 Pengujian Normalitas Sebaran DataPengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan ujiKolmogorov-Smirnov (Liliefors Significance Correction) yang dikenakanterhadap skor hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional (VIII1)dan skor hasil belajar siswa yang diajar dengan metode PBL (VIII2). Dari hasilperhitungan dengan menggunakan program SPSS 10 for Windows diperoleh hasilseperti tampak pada tabel berikut:52 53. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comTabel 4.4 : Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (Liliefors signifikance Correction) taraf Signifikansi α = 0,05Tests of Normalitya Kolmogorov-Smirnov Shapiro-W ilkStatisticdf Sig.Statistic dfSig. PBL .126 33.199 .966 33.463 KONVENSIONAL.135 33.135 .969 33.524 a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa untuk semua variabel, p > 0,05 atau0,199 > 0,05 dan 0,135 > 0,05. Ini berarti bahwa skor hasil belajar siswa yangdiajar dengan menggunakan metode konvensional dan metode PBL keduanyaberdistribusi Normal. B.2 Uji Homogenitas Sebaran Data Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok data hasil belajar siswa yangdiajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan data hasilbelajar siswa yang diajar dengan metode konvensional baik secara bersama-samaataupun dengan secara sendiri-sendiri. Uji homogenitas secara bersama-samamenggunakan uji Box’s M menghasilkan angka signifikansi = 0,756 dan secarasendiri-sendiri dengan uji Levene Test menghasilkan angka signifikansi = 0,694.Tampak bahwa angka signifikansi yang dihasilkan baik secara bersama-samamaupun secara sendiri-sendiri lebih besar dari 0,05. dengan demikian berartibahwa sebaran data penelitian berasal dari sampel yang homogen. B.3 Uji Linieritas Garis Regresi Uji linieritas garis regresi dimaksudkan untuk mengetahui keberartiankoefisien arah regresi dari model linier antara variabel hasil belajar siswa yang53 54. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com diajar dengan metode konvensional dan siswa yang diajar dengan metode PBL. Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan bantuan program SPSS 10 for Windows (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 : Ringkasan Hasil Uji Linieritas Garis Regresi ANOVA Table Sum of SquaresdfMean SquareFSig. KONVENSIONAL * PBLBetween (Combined)8148.379 25325.935 .888 .621GroupsLinearity 933.112 1933.1122.543 .155Deviation from Linearity7215.266 24300.636 .819 .670Within Groups 2568.1677366.881Total 10716.54532Hasil analisis uji linieritas garis regresi pada tabel di atas, menunjukkan bahwa untuk hubungan variabel X1 dan X2, harga F Deviation from linierity Fhitung dengan p > 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional dan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode PBL mempunyai hubungan yang linier.C. UJI HIPOTESIS Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning_PBL) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas kelas VIII MTs NW Loyok. 2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pengajaran langsung. 54 55. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji regresi liniear sederhana dan uji-t (uji beda) dengan rumus :∧ Y = a + bXDari hasil penelitian diperoleh data sebagaimana dipaparkan dalam tabel berikutini:Tabel 4.6 : Data hasil penelitian (sebelum dan sesudah) perlakuan pada variabel kontrol dan variabel eksperimen.PBLKONVENSIONALNO SebelumSetelahSebelum Setelah Perlakuan Perlakuan PerlakuanPerlakuan1445558 592567130 313888580 814447062 625526962 646466453 537789952 538406839 419427174 72 10384954 54 11546592 94 12566537 39 13717830 31 14506015 10 15637158 63 16708340 42 17596741 43 18243989 91 19506255 56 20829150 53 21789265 66 22566754 55 23607360 63 24182577 78 25283774 77 26466454 50 27687578 79 28435956 54 29384790 91 30708458 55 31647260 58 32738454 54 33406267 66−X 54.21212121 67.36363636 58.12121212 58.72727273 55 56. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com SD2284.6098485255.9886364315.6723485 334.8920455Dari tabel tersebut di atas diperoleh dua gambaran mengenai variabel yang diteliti,untuk itu dipaparkan secara terpisah.1) Hasil Uji Analisis Regresi Variabel Eksperiman (PBL) Setelah dilakukan analisis dengan bantuan program SPSS10 for Windows diperoleh koefisien regresi seperti tampak pada tabel berikut:a CoefficientsStandardizedUnstandardized CoefficienCoefficients ts ModelB Std. Error Betat Sig. 1(Constant) 20.081 3.7935.294 .000Sebelum.872 .067 .92013.038 .000Perlakuan (PBL)a. Dependent Variable: Setelah Perlakuan (PBL) Angka yang tertera pada tabel di atas, apabila dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi, akan membentuk persamaan matematis: ∧ Y = 20.081 + 0.872 X Persamaan garis ini membentuk garis liniear antara sebelum (x) dan sesudah (y) perlakuan sebagaimana tampak dalam diagram pencar berikut: 56 57. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1.00.75Expected Cum Prob .50.25 0.000.00 .25 .50 .75 1.00Observed Cum ProbGambar 4.3: Garis Regresi antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan dengan metode PBLHasil ini belum dapat dikatakan, apakah garis liniear ini signifikan ataukahtidak, dalam artian apakah variabel model pembelajaran berbasis masalah(PBL) berpengaruh secara signifikan ataukah tidak terhadap hasil belajarsiswa kelas VIII MTs NW Loyok. Hal ini harus dibuktikan dengan melihatnilai F hitung dan nilai determinan yang dihasilkan seperti tampak berikut ini: b ANOVA Sum of Model Squares dfMean Square F Sig. 1Regression 6928.17616928.176 169.988 .000aResidual 1263.460 3140.757Total8191.636 32a. Predictors: (Constant), Sebelum Perlakuan (PBL)b. Dependent Variable: Setelah Perlakuan (PBL)57 58. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai F hitung pada tabel ANOVA diperoleh 169.988 dengan signifikansi 0,000. hasil ini akan sama dengan hasil perbandingan antara harga F hitung dengan F tabel (dk = 1;31) yaitu 169,988 > 4.16 hal ini dapat dikatakan bahwa koefisien regresi berarti. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah variabel eksperimen berpengaruh secara signifikan dan berapa besar kontribusi variabel tersebut terhadap varaibel kriteriumnya dapat dilihat pada tabel berikut:bModel Summary AdjustedStd. Error ofModelRR SquareR Squarethe Estimate1.920a.846 .841 6.3841 a. Predictors: (Constant), Sebelum Perlakuan (PBL) b. Dependent Variable: Setelah Perlakuan (PBL)Dari hasil tersebut diperoleh nilai determinan sebesar 0,846. yang berarti bahwa variabel eksperimen dapat memprediksi hasil belajar sebesar 84.6% atau model pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII MTs NW Loyok sebesar 84.6%.2) Hasil Uji Analisis Regresi Variabel Kontrol (Konvensional) Untuk variabel kontrol diperoleh nilai koefisien regresi sebagai berikut:a CoefficientsStandardizedUnstandardized CoefficienCoefficients ts ModelB Std. Error Betat Sig. 1(Constant) -.7551.267-.596 .555Sblm Perlakuan (Konv) 1.023.021 .99449.048 .000 a. Dependent Variable: Stlh Perlakuan (Konv) Dengan persamaan garis regresi sederhana :58 59. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com ∧Y = −0.755 + 1.023 X Apabila data sebagaimana di atas (lihat tabel 3.7) dimasukkan ke dalampersamaan garis ini, membentuk diagram pencar sebagai berikut: 1.00 Expected Cum Prob.75.50.25 0.000.00 .25 .50 .75 1.00Observed Cum ProbGambar 4.4: garis regresi antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan dengan metode konvensionalHasil uji regresi selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:b ANOVASum ofModel SquaresdfMean SquareF Sig.1 Regression 10580.207 1 10580.207 2405.682 .000aResidual 136.33831 4.398Total10716.54532a. Predictors: (Constant), Sblm Perlakuan (Konv)b. Dependent Variable: Stlh Perlakuan (Konv) Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai F hitung yang dihasilkansebesar 2405.682 dengan signifikansi 0,000. Atau F hitung > F tabel yaitu2405.682 > 4.16 ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antarasebelum perlakuan dengan setelah perlakuan diberikan pada variabel kontrol 59 60. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com(metode konvensional). Dan untuk mengetahui seberapa besar variabel kontrolmempengaruhi hasil belajar dapat dilihat pada nilai determinan berikut:bModel SummaryAdjustedStd. Error ofModel RR SquareR Squarethe Estimate1.994a .987 .987 2.0971a. Predictors: (Constant), Sblm Perlakuan (Konv)b. Dependent Variable: Stlh Perlakuan (Konv)Dari tabel di atas diperoleh nilai R (determinan) sebesar = 0,987. yangberarti bahwa kontribusi variabel kontrol terhadap variabel hasil belajar sebesar98.7%, yang berarti juga bahwa hasil belajar siswa dapat diprediksikan olehvariabel model pembelajaran konvensional sebesar 98,7%. Kedua hasil yang ditunjukkan oleh variabel eksperimen dan variabelkontrol tersebut di atas, cukup jauh berbeda. Di mana kontribusi variabeleksperimen (PBL) lebih kecil daripada variabel kontrol (Konvensional) yaitu84.6% dan 98,7%. Namun hasil ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar untukmenjelaskan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajarankonvensional lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaranberbasis masalah. Untuk mengetahui hal ini, dilakukan uji-t (uji beda) denganrumus:− −X 1− X 2 t − test = SD12 SD2 2 + N 1 − 1 N 2 − 167.36 − 58.73 t − test =255.99 334.892 + 33 − 1 33 − 1 8.64 t − test == 2.0118.4660 61. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDasar pengambilan keputusan:Jika nilai thitung > nilai ttabel, maka Ho ditolak artinya hipotesis penelitian diterima. Jika nilai thitung < nilai ttabel, maka Ho ditolak artinya hipotesis penelitian tidak diterima. Tingkat signifikansi = 0.05. db (derajat kebebasan) = n1 + n2 – 2 = 64Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh t hitung = 2.01. dan t tabel = 1,30. atauthitung > ttabel sehingga hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)diterima.Dari hasil penelitian dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa :1. Model pembelajaran berbasis masalah (PBL_Problem Based Learning)berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTsNW Loyok.2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan modelpembelajaran berbasis masalah (PBL) lebih tinggi dibandingkan yangdiajar dengan model pengajaran konvensional.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : Terdapat perbedaan hasilbelajar siswa yang diajar dengan metode konvensional dengan metode PBL. Danhipotesis penelitian yang mengatakan bahwa : (1) Hasil belajar siswa padapelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalahlebih baik daripada dengan model pengajaran langsung. (2) Hasil belajar siswapada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis lebihtinggi daripada siswa yang diajar dengan model pengajaran langsung diterimakarena skor nilai rata-rata (mean) siswa yang diajar dengan menggunakan metodePBL lebih baik dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor nilai rata-rata hasil61 62. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.combelajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional di MTs NWLoyok. D. PEMBAHASAN Hasil belajar Siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasismasalah (Problem Based Learning_PBL) menunjukkan hasil yang cukupmemuaskan bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar denganmodel konvensional. Hal ini disebabkan karena keterlibatan penuh siswa dalamproses belajar mengajar di kelas, di mana guru hanya sebagai fasilitator yangmengarahkan dan memberikan bimbingan kepada siswanya bagaimana merekaharus berpikir dan berbuat yang benar sesuai kontek kehidupan nyata yangdialami oleh siswa. Hal ini dibuktikan oleh nilai rata-rata yang diperoleh pada akhir perlakuanyaitu 58,73 untuk variabel kontrol (model pembelajaran konvensional) dan 67,36untuk variabel eksperimen (model PBL). Selain itu dari hasil observasi danwawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang siswa pada kelas kontrol dankelas eksperimen menunjukkan bahwa siswa terlihat lebih aktif dan lebihbergairah dalam proses belajar mengajar pada kelas eksperimen, tidak terlihat adasiswa yang mengantuk atau melamun ketika materi pelajaran sudah dimulai. Halini jauh berbeda dengan apa yang diperlihatkan pada kelas kontrol, dimanasebagian besar siswa terlihat lesu dan mengantuk ketika guru memberikan materipelajaran. Kebanyakan mereka terlihat bingung ketika peneliti berusahamewawancarai mereka dengan pertanyaan yang sama pada kelas eksperimen.Kemampuan mengkaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari begiturendah. Karena memang mereka tidak disediakan untuk itu, mereka hanya62 63. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comberusaha menghafal nama-nama, alur berpikir yang sudah ada dibuku, danmengulangnya kembali ketika berada di rumah. Kegiatan ini bagi mereka cukup membosankan, seolah-olah ilmuMatematika itu tidak lebih dari ilmu hayalan tanpa dimengerti untuk apa materiitu diajarkan oleh guru mereka. Memang pembelajaran konvensional berpengaruh secara signifikan terhadaphasil belajar siswa, bahkan kemampuan prediksinya lebih tinggi daripada modelpembelajaran berbasis masalah. Hal ini cukup beralasan karena tindakan apapun,dan model apa saja yang digunakan oleh guru akan memiliki pengaruh terhadaphasil belajar siswa. Tetapi bila dilihat secara keseluruhan, ternyata mean (rata-rata) hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional darisebelum perlakuan dengan setelah perlakuan jauh lebih rendah bila dibandingkandengan mean (rata-rata) yang diperoleh pada kelas eksperimen (modelpembelajaran berbasis masalah_PBL).BAB V PENUTUPA. SIMPULAN Dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Model pembelajaran berbasis masalah (PBL_Problem Based Learning) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas kelas VIII MTs NW Loyok63 64. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pengajaran konvensional. B. SARAN Agar hasil belajar Matematika siswa menjadi lebih baik, perlu dilakukantelaah kritis terhadap kebutuhan belajar siswa, dimana siswa dijadikan siswasebagai subyek belajar dalam proses belajar mengajar bukannya sebagai obyekyang siap menerima apapun yang disampaikan guru di dalam kelas. Untuk itudisarankan agar: 1. Guru Matematika lebih banyak membuka dan membaca informasi terbaru mengenai program pembelajaran lebih khususnya menyangkut metode pembelajaran Matematika melalui internet, buku dan koran. Sehingga apa yang disampaikan di dalam kelas nantinya match (sesuai) dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian juga proses pembelajaran akan semakin lancar. 2. Siswa sebaiknya dibiasakan untuk berpikir mandiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri melalui media pembelajaran yang sudah disediakan oleh guru maupun orang tua di rumah. Dalam hal ini, guru sebaiknya menjadi fasilitator, kawan, dan atau saudara bagi peserta didik yang selalu siap memberikan arahan ketika siswa menemukan masalah dalam proses berpikirnya64 65. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 65 66. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDAFTAR PUSTAKAAdang, J.S. 1995. Mengembangkan Kreativitas Dalam Berpikir MelaluiPengajaran Matematika. Jurnal Pengajaran MMATEMATIKA.Bandung: IKIP.Andreas, Dhany. 1995, 8 September. Pelajaran MMATEMATIKA PerluDisosialisasikan.Jaya Karta.(http://www.depdiknas.go.id/jurnal/40/Implementasi%20Pendekatan%20Sains-Teknologi-Masyarakat.htm-24/11/2007)Aqib Zainal, 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Insan Cendikia,Surabaya.Amien Moh. 1987. Mengajarkan MATEMATIKA Dengan MenggunakanModel Discovery dan Inquiry. Jakarta: PPLPTK.Anastasi, Anne dan Susana Urbania. 1997. Tes Psikologi Jilid I. Terjemahan Robertus Hariono. S. Imam. 1997. Pshycological Testing. Jakarta: PT. Prehallindo.Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta------------------------, 2005 Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cetakan kelima, PT. Bumi Aksara, Jakarta.------------------------, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Bina Aksara, Jakarta.Arikunto, Suharsimi & Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi ProgramPendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,PT. Bumi Aksara, Jakarta.Azwar, Saipuddin. 2001. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,Briggs, Leslie J. 1979. Instructional Design: Principles and Aplication.Engelwood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall,Inc.Cruickshank, Donald R. 2004. Pengajaran Reflektif, Penterjemah: Tisno Hadisubroto, Cetakan Kelima, SIC, Surabaya. 66 67. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comDepdiknas, 2002. Kecakapan Hidup Life Skill Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas, SIC, Surabaya.Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Azwan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.Hamalik, Oemar, 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem, Cetakan ketiga, PT. Bumi Aksara, Jakarta.Hanafiah, Kemal Ali, 2004.Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi, Cetakankesembilan, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta.Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika danPelaksanaanya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.------------------. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP MalangKardi S.Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA UniveristyPress.Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan StandarKompetensi Guru, Cetakan kedua, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.Mandalika & Usman Mulyadi, 2004. Dasar-Dasar Kurikulum, Cetakan keempat,SIC, Surabaya.Montmogery, D.C. 1984. Design and Analysis of Experiment. Second edition. New York: John Wiley & SonsNakhleh, M.B. 1992. Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Journal ofChemical Education, 69(3):191-196. (http://www.depdiknas.go.id/jurnal /40/Implementasi%20Pendekatan%20Sains-Teknologi-Masyarakat.htm-11/03/2005)Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan & Marzuki. 2002. Statistik Terapan UntukPenelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.Nurkancana, Wayan & PPN. Sunartana, 1990. Evaluasi Hasil Belajar, UsahaNasional, Surabaya.Putu Yasa, 2002. “Belajar Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)Dengan Pendekatan Kelompok Kooperatif Sebagai UpayaPeningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa Kelas III SLTP 67 68. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comNegeri 2 Singaraja”. Tesis: Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP Negeri Singaraja Desember 2002.Raka Joni, 1997. Teori Mengajar dan Psikologi Belajar. Buletin Guru No. 7.Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta,Bandung.Riduwan & Akdon, 2006. Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika Untuk Penelitian (Administratif Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial- Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan),Alfabeta, Bandung.Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan, Cetakan Kedua, SIC, Surabaya.Roestiyah N.K., 2001. Strategi Belajar Mengajar, Cetakan keenam, PT. Rineka Cipta, Jakarta.Schunk, Dale H., 1991. Learning Theories: An Educational Perspective,Macmillan Publishing Company, New York.Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, CetakanKeempat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.Soeharto, Karti, dkk. 2004. Komunikasi Pembelajaran Peran & Ketrampilan Guru-guru Dalam Kegiatan Pembelajaran, Cetakan kelima, SIC, Surabaya.-------------------------, 2003. Teknologi Pembelajaran Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media, Cetakan ketiga, SIC, Surabaya.Sudarman, 2005. “Problem Based Learning Suatu Model Pembelajaran UntukMengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan MemecahkanMasalah”. Artikel Ilmiah FKIP Universitas Mulawarman Samarinda.Sudijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu.Jakarta: Balai PustakaSudjana, 1986. Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.Sudjana, H.D., 2005. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung.Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.68 69. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.comSumantri, Mulyani dan Johar Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kabudayaan, Direktorat JendralPendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kasinus.Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan, Cetakan Keduabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.------------------, 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi Offset, Yogyakarta.Wijaya, Cece., Tabrani Rusya. 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam ProsesBelajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.Winarsunu, Tulus, 2004. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan,Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: GramediaWoolfolk, Anita E. 1993. Educational Pshycology. Bonston. Allyn and Bacon.Zaenal Arifin. 1989. Evaluasi Instruksional. Jakarta: Gramedia69 70. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………………………………..i Lembar Persetujuan Pembimbing…………………………………………………ii Lembar Identitas dan Pengesahan …..……………………………………………iii Halaman Motto……………………………………………………………………iv Lembar Persembahan……………………………………………………………...v Kata Pengantar……………………………………………………………………vi Daftar Isi…………………………………………………………………………vii Daftar Tabel……………………………………………………………………..viii BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................... 1A. LATAR BELAKANG................................................................................. 1B. Identifikasi masalah..................................................................................... 5C. Pembatasan masalah .................................................................................... 6D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 7F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7 BAB II: LANDASAN TEORI ............................................................................. 8A. ANALITIS TEORETIS............................................................................... 8 1. Hakikat Belajar Mengajar........................................................................ 8 2. Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut Teori BelajarKonstruktivisme...................................................................................... 11 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ................................................. 15 4. Model Pembelajaran konvensional......................................................... 20 5. Pengertian Hasil belajar ........................................................................ 22B. Penelitian yang relevan.............................................................................. 24C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 26D. Hipotesis Penelitian................................................................................... 28 BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................... 29A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 29B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 29C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 29 vii70 71. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com D. Definisi Operasional.................................................................................. 30E. Desain Penelitian ....................................................................................... 31F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ................................................. 38G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41 G.1.Uji Persyaratan Analisis....................................................................... 42 G.2.Uji Hipotesis........................................................................................ 44 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 46A. DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN............................................... 46 A.1 Data Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode PembelajaranBerbasis Masalah ................................................................................... 47 A.2 Data Hasil Belajar Siswa yang Diajar Menggunakan MetodeKonvensional ......................................................................................... 49B. PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS ............................................. 52 B.1 Pengujian Normalitas Sebaran Data ..................................................... 52 B.2 Uji Homogenitas Sebaran Data ............................................................ 53 B.3 Uji Linieritas Garis Regresi.................................................................. 53C. UJI HIPOTESIS........................................................................................ 54D. PEMBAHASAN ....................................................................................... 62 BAB V: PENUTUP ........................................................................................... 63A. SIMPULAN.............................................................................................. 63B. SARAN..................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66viii71
Comments
Report "Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika"