LAPORAN PRAKTIK PENGELOLAAN EKOWISATA PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK RESORT PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH CIKANIKI DAN SALAK 1 BILLIYANTO ANUGRAH MAX VELYLECANO SEMBIRING NA’IMMAH NUR’AINI PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 iii LAPORAN PRAKTIK PENGELOLAAN EKOWISATA PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK RESORT PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH CIKANIKI DAN SALAK 1 BILLIYANTO ANUGRAH MAX VELYLE CANO SEMBIRING NA’IMMAH NUR’AINI Laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang Ekowisata pada Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 RINGKASAN BILLYANTO ANUGRAH, MAX VELYLECANO SEMBIRING, NA’IMMAH NUR’AINI. Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki dan Salak 1, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. WULANDARI DWI UTARI. Praktek Pengelolaan Ekowisata (PPE) merupakan suatu usaha pengenalan, pembelajaran dan aplikasi langsung kegiatan pengelolaan bidang ekowisata. Pengelolaan merupakan seluruh aspek kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan kuantitas dan kualitas destinasi wisata. Pengelolaan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penyelenggaraan kegiatan wisata. Ekowisata berhubungan erat dengan kegiatan wisata yang berbasis pendidikan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) diarahkan kepada pengelolaan wisata alam yang memberikan manfaat konservasi alam dan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Taman Nasional Gunung Halimun Salak membagi kawasan menjadi beberapa kategori dalam pemanfaatannya sebagai kawasan wisata. Model pengelolaan tersebut adalah exclusive tourism, eco-tourism, dan mass tourism/recreational tourism. Hasil dari kegiatan praktek pengelolaan menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan pengelola pada Resort Stasiun Penelitian Cikaniki dan Resort Salak 1 memiliki kesamaan yaitu di bawah koordinasi Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS). Sejarah pengelolaan dari kedua resort tidak dapat dipisahkan dengan sejarah ditetapkannya Gunung Halimun-Salak sebagai taman nasional. Maksud dan tujuan pengelolaan terhadap resort-resort di TNGHS merupakan realisasi dari tujuan umum dilakukannya pengelolaan di TNGHS. Status dan kepemilikan pengelolaan dari Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 adalah di bawah pengelolaan BTNGHS. Sistem pengelolaan yang dilakukan di TNGHS adalah berbasis resort (Resort Based Management) dengan struktur organisasi yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi masing-masing. Sistem pengelolaan berbasis resort dari pihak BTNGHS dengan membawahi SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) dan RPTN (Resort Pengelolaan Taman Nasional). Kegiatan pengelolaan kawasan yang dilakukan oleh pengelola dibekali dengan infrastruktur yang mendukung. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki adalah resort yang secara khusus digunakan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Program wisata di Resort Salak 1 merupakan program yang lebih mengacu pada kegiatan berbasis pendidikan. Pengelolaan parkir yang ada di kawasan TNGHS mengikuti peraturan pemerintah berkaitan dengan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Pengelolaan ticketing yang diberlakukan di TNGHS dikategorikan dalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Zona pemanfaatan yang secara khusus digunakan untuk kegiatan wisata dilengkapi dengan pengadaan fasilitas yang disesuaikan dengan kaidah konservasi. Resort memperhatikan pengelolaan kebersihan dan MCK. Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 melakukan distribusi dan sirkulasi untuk mencegah terjadinya penumpukan pengunjung pada obyek wisata yang ada di masing-masing resort. Struktur organisasi pada masing-masing resort dibentuk secara mandiri dan tetap terkoordinasi dengan pihak balai. Pengelolaan keamanan dan keselamatan dilakukan dengan pembangunan sistem peringatan dini akan bencana. Pengunjung dari aspek jenis kelamin didominasi oleh laki-laki yaitu 63%. Karakteristik pengunjung berdasarkan usia didominasi oleh pengunjung yang berumur berkisar 10-20 tahun dengan persentase 30%. Status pendidikan dan pekerjaan menunjukan bahwa pengunjung yang mendominasi adalah tingkat SMP. Pendapatan didominasi oleh pengunjung yang berpenghasilan Rp.500.000 dengan persentase 40 %. Jumlah kunjungan didominasi oleh pengunjung yang datang bersama teman dengan persentase 53%. Motivasi pengunjung didominasi oleh pengunjung yang datang untuk berekreasi dengan persentase 70%. Kawasan RPTNW Cikaniki dan Salak 1 dinilai telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung yang datang. Fasilitas di RPTNW Salak 1 dalam keadaan kurang baik dan butuh perbaikan dan pembaharuan. Pengunjung menyatakan cukup puas dengan obyek, tetapi menyatakan kurang puas terhadap akses menuju obyek wisata. Judul Laporan : Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki dan Resort Salak 1 Nama Mahasiswa/NIM : Billyanto Anugrah/ J3B212124 Max Velylecano Sembiring/ J3B112001 Na’immah Nur’Aini/ J3B112044 Program Keahlian : Ekowisata Menyetujui, Dosen Pembimbing, Wulandari Dwi Utari, SHut, MSi Mengetahui, Program Keahlian Ekowisata Program Diploma IPB Koordinator, Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT Tanggal Pengesahan: KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata (PPE) dengan baik dan tepat waktu. Praktik Pengelolaan Ekowisata dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak tepatnya di Resort Cikaniki dan Resort Salak 1. Kegiatan praktikum dilaksanakan pada tanggal 12-26 Agustus 2014. Laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata berjudul “Pengelolaan Ekowisata Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Dan Salak 1”. Kegiatan PPE dilaksanakan oleh Mahasiswa Ekowisata tingkat 2. Kegiatan praktikum bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan ekowisata dan memahami serta bekerja secara langsung di bagian pengelolaan ekowisata di lokasi praktik. Dari proses Praktik Pengelolaan Ekowsata diharapkan agar peserta praktik memiliki output dan skill di bidang pengelolaan ekowisata. Hasil PPE diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), para stakeholers dibidang ekowisata, serta masyarakat umum untuk lebih mengenal pengelolaan dibidang ekowsata. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan maka dari ini kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan laporan ini. Demikian laporan PPE ini kami susun atas perhatian para pembaca kami ucapkan terimakasih. Bogor, September 2014 Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya, sehingga Laporan Praktik Pegelolaan Ekowisata ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan kami berupa moril, materil, dan doa dari awal kegiatan dilaksanakan sampai laporan ini selesai. 2. Ibu Wulandari Dwi Utari, S.Hut, M.Si selaku pembimbing penulisan Laporan Praktik Pengelolaan. 3. Bapak Bedi Mulyana S.Hut, M.Par, MoT selaku penanggungjawab kegiatan Praktek Pengelolaan Ekowisata. 4. Ibu Occy Bonanza, SP., MT selaku ketua kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata koordinator Praktek Pengelolaan Ekowisata yang telah menyiapkan dan mengarahkan kami sejak pembekalan hingga pengumpulan laporan. 5. Kepada kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang telah memberikan kesempatan kami untuk belajar dibidang pengelolaan ekowisata. 6. Bapak Nur Faizin, S.Hut dan Dede Agung Nugraha yang telah membimbing dan memfasilitasi kami dalam melaksanakan kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata. 7. Bapak Yusdi Mulya Purnama selaku Kepala RPTNW Salak 1 dan Bapak Iwan Indra Priatna selaku RPTNW Cikaniki yang telah memberikan kami fasilitas serta kesempatan untuk melaksakan kegiatan praktek. 8. Bapak Sefa, Kang Aji, Bapak Jambrud, Kang Duduy, Bapak Odi, Bapak Apud sebagai pembimbing lapang yang dengan sabar membimbing, membantu, dan memberikan informasi kepada kami pada saat kegiatan praktek pengelolaan. 9. Kepada rekan-rekan kelompok 1 dan kelompok 11 yang telah berjuang bersama selama berada dilokasi praktik. Kami berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam proses praktek. Kami juga berterimakasih kepada pembaca yang telah bersedia membaca dan memberikan perhatian kepada laporan kami. Semoga amal baik semua pihak dibalas oleh Allah SWT. DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Praktikum 2 C. Manfaat Praktikum 3 II. KONDISI UMUM KAWASAN 4 A. Kondisi Fisik 5 1. Letak, Luas Kawasan dan Batas Alam 5 2. Topografi 5 3. Aksesibilitas 6 4. Iklim 6 5. Tanah dan Hidrologi 6 B. Kondisi Biotik 7 1. Flora 7 2. Fauna 8 3. Masyarakat 8 C. Sumberdaya Wisata 9 1. Amenitas 9 2. Atraksi Wisata 9 D. Potensi Wisata 12 1. Daya Tarik 12 2. Jalur Wisata dan Interpretasi 12 III. METODE PRAKTIK 14 A. Lokasi dan Waktu Praktek 15 B. Alat dan Bahan 15 C. Pendekatan Metode Praktek 16 D. Jenis dan Metode Pengambilan Data 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 A. Peraturan dan Kebijakan Pengelola 20 B. Manajemen Pengelolaan 25 1. Sejarah Pengelolaan 25 2. Maksud dan Tujuan Pengelolaan 27 3. Status dan Kepemilikan Pengelolaan 29 4. Sistem Pengelolaan 30 5. Organisasi Pengelolaan 35 6. Infrastruktur Pengelola 39 7. Program Wisata 39 C. Kegiatan Pengelolaan Kawasan dan Obyek Wisata 41 1. Pengelolaan Parkir 41 2. Pengelolaan Ticketing 42 3. Pengelolaan Fasilitas Wisata 44 4. Pengelolaan Kebersihan dan MCK 63 5. Pengelolaan Distribusi dan Sirkulasi Pengunjung 64 6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia 65 7. Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan 65 D. Pengunjung 67 1. Karakteristik Umum 67 2. Kualitas Pelayanan 68 3. Evaluasi Kondisi Sarana dan Prasarana 69 4. Evaluasi Kepuasan 69 KESIMPULAN DAN SARAN 71 A. Kesimpulan 71 B. Saran 72 DAFTAR PUSTAKA 73 LAMPIRAN 75 DAFTAR TABEL Halaman 1. Distribusi Lokasi dan Waktu Praktik Pengelolaan Ekowisata 15 2. Alat dan Bahan/Obyek dalam Kegiatan PPE 15 3. Inventarisasi Fasilitas di Resort Cikaniki 45 4. Inventarisasi Fasilitas di Kawasan Resort Salak 1 55 5. Karakteristik Umum Wisatawan 67 6. Evaluasi Kepuasan terhadap Obyek/Daya Tarik 70 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta Taman Nasional Gunung Halimun Salak 5 2. Stasiun Penelitian Cikaniki (a); Papan Peresmian Canopy Trail (b) 26 3. Ruang Visitor Center 27 4. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak 36 5. Struktur Organisasi RPTNW Salak 1 37 6. Struktur Organisasi RPTNW Cikaniki 38 7. Ruang Tidur Wisma Tamu 48 8. Media Interpretasi 49 9. Fasilitas Wisma Tamu; (a) Ruang Pertemuan; (b) Dapur 49 10. Media Interpretasi Stasiun Penelitian 50 11. Koleksi Tanaman; (a) Obat; (b) Hias 51 12. Jalan Setapak 51 13. Fasilitas Wisata; (a) Canopy Trail; (b) Tangga 52 14. Media Informasi; (a) Papan Peresmian; (b) Papan Petunjuk 52 15. Fasilitas Pengelola; (a) Perpustakaan Mini; (b) Dapur 53 16. Fasilitas Penelitian; (a), (b) Spesimen Awetan 54 17. Fasilitas Pendukung; (a) Ruang Tamu; (b) Tempat Sampah 55 18. Kondisi Jalan Menuju Resort Salak 1 56 19. Area Parkir Motor 57 20. Visitor Center 57 21. Jembatan gantung di Resort Salak 1 TNGHS 58 22. Papan Interpterasi; (a) Papan Larangan; (b) Papan yang Rusak 58 23. Kondisi Toilet 59 24. Kondisi Tempat Sampah di Kawasan 60 25. Jalan Setapak Menuju (a) Kandang Display; (b) Curug Cibadak 60 26. Kondisi Mushola 61 27. Panggung Pengamatan Burung 61 28. Kandang Transit 62 29. Kandang Display 62 30. Kandang Pre Release 63 31. Grafik Motivasi Pengunjung 68 ii iii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Pengelolaan Ekowisata (PPE) merupakan suatu usaha pengenalan, pembelajaran dan aplikasi langsung kegiatan pengelolaan bidang ekowisata. Praktek Pengelolaan Ekowisata merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh Mahasiswa Ekowisata Tingkat 2. Kegiatan PPE ini memiliki tujuan aplikatif bagi para mahasiswa untuk dapat mengetahui kondisi pengelolaan secara langsung yang terdapat di suatu kawasan wisata. Pengelolaan merupakan seluruh aspek kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan kuantitas dan kualitas destinasi wisata. Pengelolaan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penyelenggaraan kegiatan wisata. Pengelolaan yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan dengan berbagai indikator. Kegiatan wisata yang kini sudah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia, memberikan peluang pada berbagai pemangku kepentingan untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik. Pelayanan tersebut dapat terwujud dengan baik apabila para pemangku kepentingan tersebut memiliki pengelolaan yang baik. Berdasarkan data World Tourism Organization (WTO) menunjukan bahwa di abad baru ini 10% dari jumlah wisatawan di seluruh dunia akan melakukan kegiatan wisata “back to nature”, yang dikategorikan ke wisata alam ataupun ekowisata. Ekowisata adalah salah satu konsep pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan dengan terfokus pada pelestarian alam dan konservasi. Konsep Ekowisata juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Ekowisata berhubungan erat dengan kegiatan wisata yang berbasis pendidikan. Hal tersebut menuntut para stakeholder untuk dapat bekerjasama dengan baik. Ekowisata saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas. Masyarakat mulai memiliki pola pikir yang lebih maju untuk mencari sesuatu yang berbeda. Ekowisata yang menjadi konsep kegiatan wisata yang bertanggung jawab menjadi alternatif yang menyeluruh. Ekowisata kemudian berkembang dengan berbagai bentuk kegiatan yang berbeda dan unik sehingga senantiasa memberikan pengalaman baru kepada para wisatawan. Terkait dengan konsep ekowisata diatas, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) diarahkan kepada pengelolaan wisata alam yang memberikan manfaat konservasi alam dan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki potensi keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat tinggi serta merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa. Kawasan ini juga menyimpan potensi keunikan budaya tradisional, keindahan landscape dan fenomena alam yang memukau. Semua hal tersebut membentuk suatu karakter ekosistem yang sangat unik sebagi gudang ilmu pengetahuan (pendidikan dan penelitian), penunjang budaya, sekaligus sebagai obyek wisata alam. Potensi-potensi tersebut perlu dijaga kelestariannya untuk masa yang akan datang, untuk itu konsep pengembangan ekowisata sangat penting dilaksanakan di kawasan TNGHS agar dapat menjaga kelestarian potensi-potensi tersebut dan dapat dimanfaatkan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki pengelolaan khusus untuk kegiatan ekowisata. Beberapa kawasan pada zona pemanfaatan dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata. Taman Nasional Gunung Halimun Salak membuat “Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak.” Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata (RAPE) dibuat untuk bahan rujukan pengembangan ekowisata secara kolaboratif yang sedang dilaksanakan oleh TNGHS. Taman Nasional Gunung Halimun Salak membagi kawasan menjadi beberapa kategori dalam pemanfaatannya sebagai kawasan wisata. Model pengelolaan tersebut adalah exclusive tourism, eco-tourism, dan mass tourism/recreational tourism. Masing-masing model pengelolaan tersebut memiliki kegiatan dan kawasan yang berbeda. Kegiatan exclusive tourism merupakan kegiatan yang mempunyai dampak sangat rendah terhadap biodiversity dan landscape. Kegiatan exclusive tourism dapat dilakukan di Stasiun Penelitian Cikaniki. Stasiun Penelitian Cikaniki terdapat berbagai kegiatan seperti pengamatan burung atau pengamatan satwa endemik TNGHS. Stasiun Penelitian Cikaniki memiliki fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata minat khusus. Kegiatan ecotourism TNGHS yang terdapat di Resort Salak 1 memiliki berbagai destinasi yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan. Masing-masing kawasan wisata yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata tersebut memiliki pengelolaan secara terpusat. Pengelolaan terhadap semua kawasan secara terpusat diharapkan dapat memberikan kontrol secara langsung dan mengambil langkah-langkah strategis dalam memanfaatkan peluang atau menyelesaikan permasalahan yang timbul. B. Tujuan Praktikum Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki beberapa tujuan yang berhubungan dengan konsep pengelolaan kawasan wisata. Adapun tujuan tersebut adalah: 1. Mengetahui dan mempelajari kebijakan dan peraturan pengelola di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2. Mengetahui dan mempelajari manajemen pengelolaan yang terdiri dari sejarah pengelolaan, maksud dan tujuan pengelolaan, status kepemilikan pengelolaan, sistem pengelolaan, organisasi pengelolaan, infrastruktur yang dimiliki pengelola, dan program wisata dari pengelola di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 3. Mengetahui dan mempelajari kegiatan pengelolaan kawasan dan obyek wisata yang terdiri dari pengelolaan parkir, pengelolaan tiket, pengelolaan fasilitas wisata, pengelolaan kebersihan dan MCK, pengelolaan distribusi serta sirkulasi pengunjung/wisatawann, pengelolaan sumberdaya manusia, dan pengelolaan keamanan dan keselamatan. 4. Mengetahui dan mempelajari karakteristik umum pengunjung/wisatawan, kualitas pelayanan terhadap pengunjung/wisatawan, evaluasi kondisi sarana dan prasarana serta fasilitas oleh pengunjung/wisatawan, dan evaluasi kepuasan pengunjung/wisatawan. C. Manfaat Praktikum Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Pengelolaan dapat dirasakan dari banyak hal. Adapun manfaat dari kegiatan Praktek Pengelolaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dapat memahami dan merasakan suasana lingkungan kerja sesungguhnya dalam kawasan wisata. 2. Mampu menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. 3. Dapat mengetahui dan memahami realisasi pengelolaan yang diterapkan dalam kawasan wisata. 4. Memberikan data umum terbaru untuk perencanaan dan pengelolaan untuk mengetahui kondisi aktual sebagai pertimbangan dalam kegiatan pengembangan ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 5. Sebagai bahan evaluasi bagi pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak dalam pengelolaan kawasan wisata. 6. Sebagai sumber informasi untuk calon pengunjung yang ingin melakukan aktivitas di Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan diharapkan menumbuhkan minat mengikuti aktivitas wisata alam. II. KONDISI UMUM KAWASAN A. Kondisi Fisik 1. Letak, Luas Kawasan dan Batas Alam Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang penunjukan kawasan TNGHS dan perubahan fungsi kawasan hutan lindung, hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas Kelompok Hutan Gunung Halimun dan Kelompok Hutan Salak yang dikelola oleh Perum Perhutani, maka Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan luas kawasan menjadi 113.357 ha. Pengelolaan TNGHS berada di bawah Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) di Jalan Raya Cipanas, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis TNGHS terletak pada 106º12’58” BT-106 º45’50” BT dan 06 º32’14”LS-06 º12’58”LS. Administrasi wilayah kerja TNGHS termasuk dalam tiga wilayah administrasi pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Banten. Sumber: Dewi, Helianthi 2005 Gambar 1 Peta Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2. Topografi Kawasan TNGHS mempunyai ketinggian berkisar 500-2.211 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kawasan ini dapat dikatakan luasan terbesar bagi kelompok hutan pegunungan (Sub montana) yang masih utuh di Pulau Jawa. Berdasarkan sejarah geologi kawasan ini merupakan bagian dari sabuk gunung berapi yang memanjang dari Bukit Barisan Selatan Sumatera ke Gunung Honje di Taman Nasional Ujung Kulon dan seterusnya ke Gunung Halimun-Salak. 3. Aksesibilitas Kantor balai TNGHS dapat dijangkau dengan kendaraan darat. Perjalanan dari Jakarta menempuh waktu 3 jam dengan jarak 125 km melalui rute perjalanan Jakarta-Bogor-Parungkuda-Kabandungan. Sedangkan dari Bandung dapat ditempuh dalam 4 jam dengan jarak 152 km melalui rute perjalanan Bandung-Sukabumi-Parungkuda-Kabandungan. Lokasi-lokasi di kawasan TNGHS, seperti Cikaniki, Citalahab, hutan Koridor, Ciptagelar atau lokasi lainnya memiliki jalan masuk yang relatif berbatu sehingga disarankan untuk menggunakan kendaraan mobil jeep, sepeda motor atau dengan jalan kaki. 4. Iklim Menurut Schmid dan Ferguson, daerah ini beriklim B dimana 1,5–3 bulan kering. Perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dan basah adalah 24,7. Namun ada sumber lain yang mengatakan bahwa berdasarkan overlay antara peta penutupan lahan dan tipe iklim kawasan TNGHS dan sekitarnya terdiri dari iklim A, B1 dan B2. Variasi curah hujan rata-rata di wilayah TNGHS berkisar antara 4.000 mm sampai 6.000 mm/tahun, bulan Oktober-April merupakan musim hujan dengan curah hujan antara 400 mm – 600 mm/bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei-September dengan curah hujan sekitar 200 mm/bulan. Suhu udara rata-rata bulanan 31,5 ºC dengan suhu terendah 19,7 ºC dan suhu tertinggi 31,8 ºC. Rata-rata kelembapan udara rata-rata 88%. 5. Tanah dan Hidrologi Peta tanah Propinsi Jawa Barat skala 1:250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, sebagian jenis tanah di kawasan TNGHS terdiri dari asosiasi andosol coklat dan regosol coklat; latosol coklat; asoasi latosol coklat kekuningan; asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat; asosiasi latosol merah; latosol coklat kemeahan dan literal air tanah; kompleks latosol coklat kemerahan dan itosol; asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu. Rentetan gerakan tektonik ini membentuk dinding lava dan wilayah yang turun di sebelah Selatan menghadap pegunungan yang membentuk formasi tapal kuda. Seiring berjalannya waktu, perubahan cuaca, dan erosi permukaan bumi, maka terbentuknya bentang alam yang luas. Akibatnya sebagian komplek kawasan TNGHS terdiri dari batuan vulkanik seperti Breccias, basat, andesit, dan beberapa dacitic. Bahkan hingga saat ini Gunung Salak masih berstatus gunung berapi srato type A dan tercatat erakhir meletus tahun 1938. Gunung Salak memiliki kawah yang masih aktif dan lebih dikenal dengan nama Kawah Ratu. Kondisi hidrologis Kawasan TNGHS merupakan kawasan yang strategis karena sungai-sungai yang menjadi bagian penting penting di Jawa Barat. Suplai air yang tersedia berasal dari sungai besar yang menuju ke arah Selatan yaitu ke Kabupaten Sukabumi dan Lebak, dan ke arah Utara yaitu Tanggerang, Bogor dan Jakarta. Sebelah Utara terdapat tiga sungai besar yaitu Sungai Ciberang/Ciujung, Cidurian, dan Cikaniki/Cisadane (Hulu sungai dari Blok Cikaniki-Citalahab) yang melintang sepanjang 70 km dan bermuara di Laut Jawa. Bagian Selatan karena jarak yang relatif dekat pantai mengalir sungai-sungai relatif kecil yang bermuara di Pelabuhan Ratu di antaranya Sungai Cisakawayana, Cimantaja, Cibareno, Citarik, dan Cimandur. B. Kondisi Biotik 1. Flora Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku. Tipe hutan alam di kawasan TNGHS dibagi menjadi hutan dataran rendah (100-1000 mdpl) yang didominasi oleh Zona Collin (500-1000 mdpl), hutan hujan pegunungan bawah atau sub montana (1000-1500 mdpl), dan hutan hujan pegunungan tengah atau hutan Montana (1500-1929 mdpl). Khusus di Gunung Salak juga ditemukan ekosistem alpin (lebih dari 1900 mdpl) dan ekosistem kawah yang memiliki vegetasi spesifik. Setiap ketinggian tersebut mempunyai ciri khas terutama menyangkut keanekaragaman jenis tumbuhan. Ketinggian 500-1000 mdpl di TNGHS dapat dijumpai jenis-jenis Rasamala (Altingia excelsa), Puspa (Schima wallichii), Saninten (Castanopsis javannica), Kiriung Anak (C.acuminatissima), Pasang (Quercus gemelliflora). Beberapa jenis anggota suku Dipterocarpaceae yang merupakan ciri hutan hujan dataran rendah dapat ditemukan di Kawasan Gunung Halimun yaitu jenis seperti Dipterocarpus trinevis, D.Gracilis dan D.Hasseti pada ketinggian 600-700 mdpl Jenis-jenis Acer Laurinum, Ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Eurya acuminatissima, Antidesma bunius, Ficus spp, Kayu putih (Cinnamomum sp.), Kileho (Saurauria pendula), dan kimerak (Weinmannia blumei). Pohon-pohon pada ketinggian tersebut memiliki tinggi pohon hingga 40 m dengan diameter 120 cm dari jenis Rasamala (Altingia excelsa), Saninten (Catasnopsis argentea), Pasang (Quercus sp.) dan Huru (Litsea sp.) pada ketinggian ketinggian 100-1500 mdpl. Ketinggian di atas 1.500 mdpl didominasi oleh jenis Jamuju (Dacrycarpus imbricartus), Kibima (Podocarpus blumei), dan kiputri (Podocarpus neriifolius). Jenis pohon menarik lainnya adalah Hamirung (Vernonia arborea) yang merupakan satu-satunya anggota suku Asteraceae yang berbentuk pohon. Khusus di area sekitar Kawah Ratu, puncak Gunung Salak (2.211 m.dpl) juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut. Jenis-jenis Anggrek di TNGHS terdapat 258 jenis, 47 jenis diantaranya tercatat sebagai jenis endemik dan 5 jenis merupakan catatan baru untuk Pulau Jawa. Jenis bambu terdapat 12 jenis diantaranya Bambu Cangkore (Dinochola scamdens) dan Bambu Tamiang (Schyzostchyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli Jawa Barat. Rotan terdapat 13 jenis, Kantung Semar (Nepenthes sp.), Palahlar (Dipterocarpus hasselti), bahkan pernah ditemui Rafflesia rochusseni di Gunung Salak yang merupakan tumbuhan unik dan langka yang terdapat di TNGHS. Kondisi hutan yang lembab dapat dijumpai berbagai jenis jamur menarik yang dapat dilihat sepanjang waktu antara Bulan September-Mei. Terdapat beberapa tipe jamur yang tidak umum, salah satunya fenomena jamur bercahaya yang terdapat di sekitar Cikaniki dan hanya pada waktu-waktu tertentu. Lebih dari 100 jenis tumbuhan hutan dimanfaatkan untuk obat tradisonal, upacara adat, dan manfaaat penting lainnya. Adanya potensi flora yang unik dan beberapa diantaranya endemik dan langka ini dapat menjadi suatu daya tarik pada perkembangan pariwisata khususnya di bidang ekowisata. Untuk itu peran ekowisata sangat penting di TNGHS sebagai media konservasi dan juga bisnis menarik untuk kemajuan ekonomi masyarakat setempat. Sebagai salah satu contoh kegiatan ekowisata yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan adalah mengamati jamur bercahaya di pusat penelitian Cikaniki. 2. Fauna Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati di Indonesia. Sampai saat ini jenis-jenis satwa liar yang telah diidentifikasi di TNGHS antara lain 244 jenis burung atau setara dengan 50% dari jumlah jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali, 61 jenis mamalia, 27 jenis Amfibi, 50 jenis reptilia dan 26 jenis capung. Jenis Penciri (Flagship Species) TNGHS adalah Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Pantehra Pardus melas) dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) serta kukang (Nycticebus coucang). Diduga masih banyak jenis kehidupan liar yang belum teridentifikasi, terutama serangga dan organisme mikro. Kawasan TNGHS merupakan habitat yang sangat penting untuk konservasi Elang Jawa, sehingga menjadi tempat yang menarik untuk kegiatan pengamatan burung. Pengunjung juga dapat mengamati burung-burung terancam punah lainnya seperti rangkong dan burung-burung yang indah seperti Srigunting Ekor Raket, Luntur Gunung, Kipasan Merah, dan lain-lain. Di dalam kawasan TNGHS junga sudah tercatat 30 jenis Amfibi, 49 jenis Reptil dan berbagai jenis serangga yang menark dan indah seperti kupu-kupu, capung, dan kumbang. Diduga masih banyak jenis kehidupan liar yang belm teridentifikasi, terutama serangga dan organisme mikro. Adapaun yang menjadi jenis penciri (Flagship Species) TNGHS yang disepakati para pakar kenanekaragaman hayati adalah Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi). 3. Masyarakat Wilayah TNGHS termasuk ke dalam dua propinsi (Jawa Barat dan Banten), tiga kabupaten (Bogor, Sukabumi, Lebak) yang terbagi ke dalam 26 kecamatan dan terdiri dari 106 desa. Jumlah penduduk di dalam dan sekitar kawasan TNGHS lebih dari 250.000 jiwa, masyarakat lokal yang ada umumnya adalah suku Sunda, yang terbagi ke dalam kelompok masyarakat kasepuhan dan bukan kasepuhan. Untuk masyarakat kasepuhan, secara historis penyebarannya terpusat di Kampung Urug, Citorek, Bayah Ciptamulya, Cicarucub, Cisungsang, Sirnaresmi, Ciptagelar dan Cisitu. Masyarakat kasepuhan masih memiliki susunan organisasi secara adat yang terpisah dari struktur organisasi pemerintahan. Bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat lokal adalah bahasa Sunda dan mayoritas penduduknya beragama Islam walau masih terdapat yang menganut kepercayaan lama (sunda wiwitan). Masyarakat kasepuhan di TNGHS merupakan bagian dari warisan budaya nasional. Mereka masih memegang teguh adat kebudayaan nenek moyangnya terlihat dalam keragaman kehidupan sehari-hari, arsitektur rumah, sistem pertanian dan interaksi dengan hutan. Desa-desa adat kasepuhan dapat ditempuh dengan kendaraan umum, baik dari Jakarta atau Bogor. Waktu yang dibutuhkan adalah empat hingga delapan jam dan harus ditempuh dengan berjalan kaki satu atau dua jam karena kondisi jalan yang masih berbatu kasar. Kehidupan sehari-hari masyarakat bergantung pada sistem pertanian tradisional. Masyarakat umumnya memanfaatkan hutan dan lahan dalam berbagai cara, yaitu seperti huma atau ladang, sawah, kebun, kebun talun atau talun. Adapun hasil utama pertanian masyarakat kasepuhan adalah padi lokal dan biasanya sebagai rasa syukur setiap selesai panen dilakukan pesta panen seren taun. C. Sumberdaya Wisata 1. Amenitas Beberapa lokasi yang menjadi daerah prioritas sudah mempunyai tempat penginapan disesuaikan dengan kondisi setempat. Kawasan Cikaniki-Citalahab, Panguyangan-Ciptarasa-Ciptagelar, telah tersedia wisma tamu serta dikembangkan pula homestay yang dikelola oleh masyarakat setempat secara swakelola. Untuk kawasan rekreasi di Gunung Salak terdapat Wisma Cangkuang yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perum Perhutani. Kota-kota kabupaten atau kotamadya yang berada di sekeliling kawasan TNGHS pada umumnya memiliki sarana akomodasi yang memadai. Sebagai tempat persinggahan, kota-kota ini memiliki hotel dari mulai kelas melati sampai kelas berbintang. Selain itu keberadaan daerah wisata ini sudah banyak dikunjungi dan banyak dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. 2. Atraksi Wisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak terdapat beberapa potensi obyek wisata alam, sejarah, dan aktivitas budaya masyarakat lokal yang dapat dikembangkan menjadi paket-paket kegiatan pariwisata khususnya kegiatan ekowisata, seperti: a. Air Terjun (Curug) Keindahan air terjun merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Air terjun terbentuk karena terjadinya patahan kulit bumi sehingga aliran air terpotong membentuk loncatan air sesuai prinsip aliran air dari ketinggian ke tempat lebih rendah. Taman Nasional Gunung Halimun Salak mempunyai banyak air terjun, seperti: 1) Curug Cimantajaya dan Curug Cipmulan, terletak di Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, dan Kabupaten Sukabumi. 2) Curug Piit (Curug Cihanjawar), Curug Walet, dan Curug Cikudapaeh, terdapat di sekitar Perkebunan Teh Nirmala. 3) Curug Citangkolo, terletak di Desa ekarjaya, Kecamatan kabandungan, Kabupaten Sukabumi. 4) Curug Ciberang dan Curug Cileungsing, terletak di sekitar kampung Leuwijamang 5) Curug Ciarnisah, terletak di sekitar Curug Cibedug 6) Gunung Salak terdapat beberapa curug diantaranya Curug Cangkuang (Cidahu), Curug Pilung (Girijaya), Curug Cibadak (Cijeruk), Curug Citiis (Ciapus), Curug Nangka (Taman Sari), Curug Ciputri (Tenjolaya), Curug Cihurang, Curug Cigamea, Curug Ngumpet, dan Curug Seribu (Pamijahan), Curug Cibereum (Jayanegara). b. Puncak Gunung Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki beberapa puncak gunung dengan ketinggian antara 1.700-2.211 mdpl. Secara resmi beberapa jalur pendakian ke puncak gunung di TNGHS belum dibuka dan ditata secara khusus. Beberapa puncak gunung dan hutan yang relatif masih lebat, telah menarik didaki dan dikunjungi oleh berbagai kelompok pecinta alam, dengan memenuhi syarat pendakian: seperti membuat ijin pendakian, mempelajari peta jalur pendakian, pendakian didampingi petugas/orang yang sudah mengetahui jalur pendakian, mempersiapkan diri secara fisik dan perbekalan makanan yang cukup. Beberapa puncak gunung yang menarik untuk didaki, diantaranya: 1) Gunung Halimun Utara (1.929 mdpl); 2) Gunung Botol (1.720 mdpl); 3) Gunung Sanggabuana (1.919 mdpl) 4) Gunung Kendeng Selatan (1.680 mdpl) 5) Gunung Halimun Selatan (1.758 mdpl) 6) Gunung Puncak Salak 1 (2211 mdpl) 7) Gunng Puncak Salak 2 (2190 mdpl) c. Kawah Ratu Dimasukkannya Gunung Salak ke dalam pengelolaan TNGHS, saat ini terdapat fenomena alam yang menarik di TNGHS adalah Kawah Ratu. Kawah Ratu terdapat di lereng puncak Gunung Salak 1 dan di tengah hutan yang relatif masih baik. Untuk menuju tempat ini, dapat melalui jalur Cangkuang atau Pasir Reungit, Gunung Bunder. Lokasi ini Pengunjung harus berhati-hati di lokasi tersebut tidak boleh lama atau terlalu dekat sumber-sumber uap panas, karena setiap saat dapat muncul gas-gas beracun yang sangat berbahaya. d. Bumi Perkemahan Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di TNGHS adalah berkemah di bumi perkemahan yang sudah tersedia sumber air dan kamar mandi. Lokasi-lokasi tersebut terdapat di Citalahab, Cikelat Wates, Sangkuang, Sukamantri dan Gunung Bunder. Bumi perkemahan ini menjadi alternatif yang banyak diminati oleh berbagai kalangan untuk melakukan kegiatan wisata. e. Candi Cibedug Candi Cibedug terletak sekitar 10 km sebelah Barat Desa Citorek yang dapat ditempuh dengan jalan kaki sekitar 3 jam. Situs Candi yang berukuran kecil ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan di Jawa Barat beberapa ratus tahun yang lalu. Situs ini banyak dikunjungi orang dari luar daerah untuk berziarah. f. Gunung Batu dan Cadas Belang Kawasan TGHS juga terdapat lokasi-lokasi yang dipercayai mempunyai kekuatan spiritual, sehingga beberapa pengunjung datang dengan maksud berziarah. Seperti di Gunung Batu terdiri dari dinding batu yang terletak pada puncak bukit, sering digunakan untuk tempat penziarahan. Lokasi ini terletak di Desa Mekarjaya dapat dicapai dengan jalan kaki dari Kampung Cigadog. g. Stasiun Penelitian dan Wisma Peneliti Cikaniki Stasiun Penelitian Cikaniki berlokasi hutan Cikaniki dekat Kampung Citalahab dan saat ini Stasiun Penelitian tersebut selain dapat digunakan untuk kegiatan penelitian juga dapat digunakan untuk kunjungan ekowisata. Peneliti dan pengunjung ekowisata dapat menginap di Wisma Peneliti yang letaknya berdampingan dengan Stasiun Penelitian. Wisma ini berkapasitas 20 orang yang terdiri dari 1 kamar VIP dan 4 kamar standar yang berkapasitas masing-masing 4 orang. h. Jalur Interpretasi (Loop Trail) dan Wisma Tamu Citalahab Jalan setapak Cikaniki-Citalahab sepanjang 3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini telah dilengkapi dengan pal hekto meter (HM), papan petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, pada jalur ini terdapat dua alternatif jalan, yaitu langsung ke Kampung Citalahab Sentral yang terdapat wisma tamu dan homestay yang dikelola masyarakat lokal atau yang berputar ke Perkebunan Teh Nirmala blok Citalahab Bedeng sekitar 3,8 km. Sepanjang jalur ini dapat menikmati berbagai flora dan fauna menarik yang akan memberi pengalaman baru bagi pengunjung berjalan di dalam hutan tropis. i. Jembatan Tajuk (Canopy Trail) Jembatan gantung yang menghubungkan antara pepohonan sepanjang 100 m, lebar 0,6 m dengan ketinggian 20-25 m dari atas tanah dilengkapi dengan tangga naik. Jembatan ini terletak sekitar 200 m dari Stasiun Penelitian Cikaniki. Jembatan tajuk ini dapat berfungsi juga sebagai tempat untuk kegiatan pengamatan, seperti pengamatan burung. j. Sumber Air Panas Beberapa sumber air panas di TNGHS merupakan air panas yang masih alami. Sumber air panas tersebut seperti Cisukarame dan di Gunung Menir, maupun yang sudah dibuka sebagai tempat rekreasi, seperti Gunung Salak Endah, Cisolok dan Cipanas. k. Perkebunan Perkebunan di sekitar TNGHS termasuk pemandangan alam yang menarik dan banyak dijumpai alam perjalanan menuju kawasan TNGHS. Umumnya di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor terdapat beberapa perkebunan teh yaitu perkebunan teh Jayanegara, Cianten, Pasir Madang dan Parakansalak. Bahkan jauh sebelum TNGHS ditetapkan, di tengah taman nasional juga terdapat enclave perkebunan teh Nirmala yang luasnya 997 ha. Selain perkebunan teh saat ini sekitar TNGHS juga terdapat perkebunan kelapa sawit, seperti Kelapa Nunggal, Cikidang, Cisolok, dan juga sepanjang jalan dari Cigudeg di Kabupaten Bogor menuju Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. l. Arung Jeram dan Pantai Selatan Perjalanan dari Sukabumi atau Cibadak menuju Pelabuhan Ratu dan terus ke Bayah selain menyusuri bagian tenggara atau selatan TNGHS juga akan melintasi jalur wisata arung jeram (Sungai Citarik dan ungai Citatih) serta pantai selatan yang indah seperti Pantai Karang Hawu, Karang Taraje, dan Sawarna. m. Seren Tahun Masyarakat adat kasepuhan Banten Kidul yang tinggal di sekitar TNGHS sampai saat ini masih mempunyai karakteristik budaya yang khas. Setiap tahun setelah panen padi maka akan mengadakan kegiatan adat yang disebut seren taun sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam pertanian khususnya padi yang merupakan makanan pokok masyarakat. Kegiatan seren taun selain untuk warga kasepuhan juga dapat disaksikan oleh masyarakat umum lainnya termasuk untuk kunjungan wisata budaya karena banyak kegiatan menarik yang dapat dilihat. Jadwal pelaksanaannya antara bulan Juni-Desember setiap tahun, tergantung perhitungan waktu masing-masing kelompok kasepuhan. Beberapa kegiatan seren taun yang menarik untuk dikunjungi dan dilihat adalah seren taun di Kasepuhan Ciptagelar, Sirnaresmi, Ciptamulya, Cicarucub, Cisitu, Cisungsang, Citorek, dan Urug. n. Kuburan Keramat dan Situs-situs Masa Lampau Selain situs Candi Cibedug dan Gunung Batu di TNGHS, juga terdapat beberapa kuburan keramat dan situs-situs lainnya yang belum terungkap, bahkan ada yang berbentuk atau berundak seperti peninggalan masa-masa kerajaan dahulu. Walaupun terdapat di lokasi yang cukup sulit, sering orang berkunjung untuk berziarah seperti ke kuburan keramat di Puncak Gunung Salak 1 dan ke lereng puncak Gunung Halimun Selatan. Beberapa lokasi situs lainnya seperti situs Genterbumi di Kampung Pangguyangan, Situs Ciawitali di Gunung Bodas dan Situs Ciarca di Kecamatan Cikakak, Situs Girijaya di Kecamatan Cidahu, Sukabumi, Situs Cibalay di Kecamatan Tenjolaya, Situs Batu Kipas, Lewijamang di Kecamatan Sukajaya, Bogor dan Situs Gunung Bedil di Kecamatan Cibeber, Lebak. D. Potensi Wisata 1. Daya Tarik Pelaksanaan kegiatan ekowisata dalam kawasan konservasi telah diatur dalam sistem zonasi taman nasional. Pelaksanaan kegiatan ekowisata disesuaikan antara aktivitas ekowisata yang sangat terbatas, sedang dan masal. Model pengelolaan wisata alam di TNGHS dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) model. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pengelolaan di lapangan. Model tersebut adalah sebagai berikut: a. Exclusive Tourism, adalah wisata yang mempunyai dampak sangat rendah terhadap biodiversiti dan landscape, dalam penanganannya diperlukan pola pengelolaan yang sangat optimal. Contoh dari exclusive tourism adalah Kawah Ratu dan Cikaniki. b. Eco-Tourism, adalah perjalanan bertanggungjawab ke tempat-tempat alami serta dapat menjaga kelestarian lingkungan dan budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. c. Mass tourism/Recreational Tourism, adalah model wisata massal dengan penanganan yang tidak terlalu ketat tetapi kaidah-kaidah konservasi secara umum tetap di terapkan. Untuk model ini keterlibatan sektor swasta sangat dibutuhkan karena dampak negatif dari kegiatan wisatanya sangat besar bagi lingkungan. Beberapa bentuk pengembangan tersebut maka daya tarik yang dapat di kembangkan sebagai potensi wisata di kawasan TNGHS diantaranya: 1) Wisata Ilmiah (birdwatching, wisata canopy trail) 2) Wisata Pendidikan (Stasiun Penelitian Cikaniki) 3) Wisata trekking/petualangan (Pendakian Gunung Salak 1, Gunung Salak 2, Gunung Halimun Utara, Gunung Halimun Selatan, Gunung Kendeng, Gunung Sanggabuana, trekking di loop trail Cikaniki-Ciptalahab) 4) Wisata Pedesaan (Kampung Legok Jeruk, Kampung Citalahab, Kampung Pangguyangan) 5) Wisata Budaya (Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Sinaresmi, Kampung Adat Urug) 6) Wisata Ziarah (Cibedug, Kosala, Gentar Bumi, Halimun Selatan, Girijaya) 7) Geo Tourism (Cirotan, Candi Cibedug, Situs Cengkuk) 2. Jalur Wisata dan Interpretasi Jalur wisata dan interpretasi yang sudah dibuat dengan baik dan dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata adalah loop trail yang ada di Stasiun Penelitian Cikaniki. Panjang jalur interpretasi ini adalah sekitar 3,8 km. Jalur ini menghubungkan antara Stasiun Penelitian Cikaniki dengan Kampung Citalahab. Adapun jalur ini telah dilengkapi dengan pal batas setiap 100 m. Jalur interpretasi akan dimulai dari Stasiun Penelitian Cikaniki yang merupakan penginapan para peneliti. Selanjutnya akan ditemui canopy trail yang berjarak 200 m dari Stasiun Penelitian Cikaniki. Jalur ini banyak ditumbuhi flora-flora yang menarik, seperti Rasamala (Altingia excelsa) sebagai flora dominan sekaligus digunakan sebagai jembatan kanopi tersebut. Jalur interpretasi juga dilengkapi dengan shelter pada jarak 1 km setelah Stasiun Penelitian Cikaniki. Sebagai hutan yang memiliki curah hujan tinggi, maka keberadaan shelter sangat penting. Shelter akan ditemukan setelah menyeberangi sungai kecil dan sedikit mendaki. Sepanjang perjalanan flora-flora yang menarik akan ditemukan seperti Rasamala (Altingia excelsa), Puspa (Schima wallichii), Ki Hujan (Engelhardia serrate), Pasang (Quercus sp, Ficus), Parijoto (Medinilla speciosa), Hariang (Begonia multianglata), Anggrek Tanah (Phalus tankervillae). Setelah perjalanan menempuh loop trail maka akan diakhiri dengan jalan yang berbatasan dengan kebun teh. III. METODE PRAKTIK A. Lokasi dan Waktu Praktek Praktik Pengelolaan Ekowisata dilaksanakan dengan waktu yang sudah ditentukan, yaitu selama 15 hari efektif. Adapun tanggal pelaksanaan adalah tanggal 12 Agustus 2014 hingga tanggal 26 Agustus 2014. Pelaksanaan PPE ini dilakukan di Kawasan TNGHS dengan lokasi yang ditentukan oleh BTNGHS. Kegiatan praktikum dilakukan pada tiga lokasi yaitu BTNGHS yang beralamat di Jalan Raya Cipanas, Kabandungan, Sukabumi, lokasi kedua di Stasiun Penelitian Cikaniki dan Kampung Citalahab Sental, lokasi ketiga di Resort Salak 1 yang terdiri dari Loji dan Bumi Perkemahan Sukamantri. Berikut distribusi lokasi dan waktu pelaksanaan praktek terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Lokasi dan Waktu Praktik Pengelolaan Ekowisata No Waktu Lokasi Kegiatan 1 Selasa, 12 Agustus 2014 - Kamis, 14 Agustus 2014 Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Pengumpulan Data Sekunder 2 Jumat, 15 Agustus 2014 – Minggu, 17 Agustus 2014 Stasiun Penelitian Cikaniki, Kampung Citalahab Sentral Pengumpulan Data Primer 3 Senin, 18 Agustus 2014 – Selasa, 19 Agustus 2014 Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Pengumpulan Data Sekunder 4 Rabu, 20 Agustus 2014 – Minggu, 24 Agustus 2014 Resort Salak 1 Pengumpulan Data Primer 5 Senin, 25 Agustus 2014 – Selasa, 26 Agustus 2014 Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Pelaporan dan Presentasi Hasil Praktikum B. Alat dan Bahan Kegiatan PPE ini ditunjang dengan beberapa alat dan bahan/obyek. Alat dan bahan/obyek tersebut digunakan untuk memperlancar proses praktikum. Adapun alat dan bahan/obyek yang dibutuhkan adalah sebagai berikut (Tabel 2). Tabel 2. Alat dan Bahan/Obyek dalam Kegiatan PPE No Alat dan Bahan Fungsi Alat 1. Kamera Nikon Coolpix P520, Kamera Casio EX-Z670 Mengambil gambar obyek 2 Alat Tulis Mencatat informasi 3 Laptop Dell Inspiron N4050, Laptop Toshiba Satellite C840 Mengolah data dan informasi 4 Kuisioner Mengetahui informasi umum dan spesifik mengenai pengunjung Tabel 2 Lanjutan No Alat dan Bahan Fungsi 5 Handphone Lenovo A396i Merekam informasi 6 Proposal Panduan kegiatan praktikum Bahan/Obyek 7 Peta Kawasan, Peta Zonasi, Peta Desain Tapak Informasi visual 8 Booklet Kumpulan Paket Wisata TNGHS, Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Peraturan Perundangan, Peraturan dan Tata Tertib Kawasan Informasi dan Data Sekunder 9 Pengunjung Obyek penelitan/pengamatan 10 Pengelolaan Mendapatkan informasi 11 Jurnal Harian Mencatat kegiatan harian 12 Kawasan TNGHS Pengumpulan data C. Pendekatan Metode Praktek Pendekatan metode praktik dalam PPE dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah pencapaian yang diwajibkan selama menjalankan kegiatan PPE. Tahapan dan metode praktek yang dilakukan adalah mengenal, belajar dan bekerja. Masing-masing tahapan tersebut memiliki realisasi yang berbeda. Adapun secara lengkap mengenai tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Mengenal Mengenal adalah tahapan yang paling dasar dalam kegiatan PPE. Tahapan mengenal ini dilalui dalam beberapa proses. Kegiatan mengenal yang dilakukan di Kawasan TNGHS adalah mengenal kondisi umum yang menjelaskan mengenai detail kawasan. Pengenalan kondisi umum tersebut di lakukan di BTNGHS dengan berbagai display yang disediakan untuk dipahami. Display tersebut berupa poster-poster yang tersedia di pusat informasi dan melalui buku-buku yang menjelaskan mengenai kondisi kawasan. Tahapan mengenal ini dilalui dengan berbagai studi literatur dan wawancara atau diskusi yang dilakukan dengan pegawai BTNGHS pada umumnya dan Seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Tahapan mengenal yang selanjutnya adalah dengan mendatangi lokasi praktikum untuk melakukan observasi umum. Adapun tahapan ini dilakukan dengan mengelilingi lokasi di Stasiun Penelitian Cikaniki dan Kampung Citalahab serta di Resort Salak 1 yang direkomendasikan sebagai lokasi yang sesuai untuk kegiatan praktik pengelolaan ekowisata. Tahapan mengenal ini juga sekaligus memahami peran dan fungsi para pengelola yang dilakukan dalam manajemen kawasan. 2. Belajar Tahapan belajar adalah tahapan yang setingkat lebih tinggi dari tahap mengenal. Pada tahapan belajar adalah dengan ikut serta dalam memahami peran dan fungsi yang dijalankan oleh pengelola. Adapun pada lokasi praktikum di Stasiun Penelitian Cikaniki, tahapan belajar dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan detail-detail yang yang dilakukan oleh pengelola seperti dalam pengurusan izin penelitian, pembersihan wisma tamu, dan kegiatan pemanduan wisata. Tahapan belajar di Kampung Citalahab dilakukan dengan cara memahami cara-cara pelayanan oleh masing-masing pemilik homestay kepada para wisatawan yang menginap. Tahapan belajar di lokasi RPTNW Salak 1 adalah dengan memahami dengan baik cara pengelola untuk memberikan pengarahan dan informasi kepada pengunjung dalam pendidikan konservasi elang/raptor. Tahapan selanjutnya adalah mengenai manajemen pengunjung yang melakukan kegiatan di Curug Cibadak dan berkemah di Sukamantri. 3. Bekerja Tahapan bekerja adalah tahapan paling akhir dari proses pendekatan metode praktikum. Tahapan bekerja maka segala peran dan fungsi dari pengelolaan direalisasikan dengan terjun secara langsung ke kawasan pengelolaan. Tahapan bekerja ini merupakan tahapan final untuk sekaligus menilai keefektifan dan keefisienan pihak pengelola dalam mengelola kawasan. Tahapan bekerja yang dilakukan di Stasiun Penelitian Cikaniki adalah dengan ikut serta menjaga stasiun penelitian dan wisma tamu. Bekerja yang selanjutnya adalah ikut serta membersihkan kawasan agar tetap bersih dan rapi. Kegiatan selanjutnya adalah ikut serta dalam proses pemanduan wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di Canopy Trail serta ikut serta dalam kegiatan wisatawan. Tahapan bekerja di Kampung Citalahab adalah dengan berinteraksi dengan wisatawan serta pemandu wisata yang akan melaksanakan kegiatan pemanduan menyusuri jalur interpretasi/loop trail. Tahapan bekerja yang dilaksanakan di RPTNW Salak 1 merupakan tahapan bekerja yang secara detail dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan. Tahapan bekerja yang dilakukan adalah tahapan partisipatif, sebagai contoh yang dilakukan di RPTNW Salak 1 adalah memberi makan elang yang sedang direhabilitasi. Kegiatan yang lain yang dilakukan adalah membantu pengunjung sebagai pemandu kegiatan wisata. D. Jenis dan Metode Pengambilan Data Jenis data yang diperlukan dalam kegiatan praktikum adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara aktual pada lokasi praktikum. Data sekunder merupakan data pendukung mengenai kawasan yang diperlukan untuk menunjang data primer. Data primer dan sekunder masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial. Strategi penelitian yaitu studi kasus Sitorus (1998) dalam Wulandari (2011) menyebutkan bahwa studi kasus merupakan studi atas mikro yang hanya menyoroti satu atau beberapa kasus dan studi kasus merupakan strategi penelitian yang bersifat multi metode. Metode pengambilan data merupakan tahapan atau cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan. Metode pengambilan data dalam kegiatan praktikum ini ditempuh dengan beberapa cara sesuai dengan jenis data primer atau sekunder yang diambil. Metode pengambilan data yang dilakukan dalam kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Wawancara Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber dan responden. Metode wawancara yang digunakan adalah metode wawancara secara langsung dan tidak langsung. a. Metode Wawancara Langsung, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan menggunakan panduan kepada narasumber, yaitu pengelola dan masyarakat setempat secara langsung. Data yang dikumpulkan adalah mengenai masing-masing unit kegiatan dan teknis pengelolaan di lapangan. Kegiatan metode wawancara secara langsung yang dilakukan di BTNGHS, Stasiun Penelitian Cikaniki, Kampung Citalahab, dan Resort Salak 1 adalah dengan panduan yang tercantum dalam proposal. b. Metode Wawancara Tidak Langsung, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan menggunakan kuisioner yang dibagikan dan diisi oleh responden, yaitu pengunjung. Motede wawancara tidak langsung atau dengan kuisioner yang diberikan kepada pengunjung adalah kuisioner terbuka. Pengumpulan data kuisioner dilakukan dengan cara, sebagai berikut: 1) Jumlah responden diambil sebanyak 30 orang yang dianggap telah mewakili populasi. Cara ini dilakukan karena tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang datang pada setiap tahun atau periode (Machfoedz et al, 2004); 2) Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan contoh secara acak (random sampling), yaitu memilih responden secara acak dengan menggunakan koin. Jika koin yang keluar bergambar kepala maka pengunjung tersebut akan menjadi responden, sedangkan jika koin yang keluar bergambar buntut maka pengunjung tersebut tidak menjadi responden (Notoatmodjo, 2005). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan TNGHS merupakan kawasan hujan tropis yang termasuk luas di Pulau Jawa. Sebagai kawasan pelestarian alam, TNGHS menerapkan sistem zonasi di dalam pengelolaan kawasannya. Sama halnya dengan TNGHS yang menerapkan sistem zonasi untuk kawasannya sebagai taman nasional. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang didalamnya termasuk taman nasional memiliki fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Taman Nasional secara khusus memiliki tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Penyelenggaraan KPA dilakukan oleh pemerintah dengan kegiatan yang meliputi perencanaan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan evaluasi kesesuaian fungsi. Perencanaan KPA meliputi inventarisasi potensi kawasan, penataan kawasan, dan penyusunan rencana pengelolaan. Rencana pengelolaan pada taman nasional akan ditentukan zona pengelolaan pada kawasan yang meliputi zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan atau zona lain sesuai dengan kepentingan. Kawasan TNGHS memiliki zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona khusus, zona rehabilitasi, zona tradisional, dan zona religi budaya dan sosial. Sesuai fungsinya sebagai taman nasional yang dapat digunakan sebagai kegiatan pariwisata dan rekreasi, maka TNGHS juga memberikan ruang publik untuk kegiatan tersebut. Kegiatan pariwisata dan rekreasi dilakukan pada zona pemanfaatan yang dikelola dengan sistem berbasis resort. Secara khusus mengenai kegiatan pariwisata dan rekreasi ditangani oleh seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di bawah BTNGHS. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak dalam pengelolaan wisata membagi bentuk kegiatan wisata menjadi tiga bagian, yaitu exclusive tourism, eco-tourism, dan mass tourism. Kegiatan PPE ini dilakukan untuk memahami tentang pengelolaan yang berbasis pada pemahaman tentang ekowisata, maka lokasi penelitian yang direkomendasikan oleh BTNGHS adalah Stasiun Penelitian Cikaniki dan Resort Salak 1. Secara rinci mengenai kedua kawasan tersebut akan dibahas secara terpisah. Pembahasan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan yang secara khusus membahas kebijakan dan peraturan pengelola, manajemen pengelolaan, kegiatan pengelolaan obyek/kawasan wisata dan pengunjung. Pengelolaan utama terhadap Stasiun Penelitian Cikaniki dan Resort Salak 1 berada di bawah BTNGHS. Sub bagian pengelolaan dikelola bersama oleh pemerintah, LSM, dan perusahaan swasta. Stasiun Penelitian Cikaniki adalah berada pada Pengelolaan Taman Nasioal Wilayah (PTNW) III Sukabumi dan RPTNW Salak 1 masuk ke dalam PTNW II Bogor. Masing-masing resort tersebut dibawahi oleh kepala resort dan berada di bawah seksi yang telah ditetapkan oleh BTNGHS. Setiap pengelolaan pada dasarnya yang ada pada kedua resort tersebut adalah sama karena dipayungi oleh lembaga pemerintahan yang sama dengan pengelolaan secara terpusat. A. Peraturan dan Kebijakan Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki rencana pengelolaan yang disebut dengan Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RP-TN) Rencana pengelolaan tersebut dibuat guna untuk optimalisasi bagi kepentingan ekologis, sosial dan ekonomi sesuai dengan karakter Taman Nasional. Secara khusus mengenai rencana pengelolaan pada zona pemanfaatan yang berkaitan dengan kawasan yang dijadikan sebagai kegiatan wisata memiliki dasar hukum yang diamanatkan sesuai dengan Undang-Undang atau peraturan lain. Pada rencana pengelolaan terdapat visi, misi, dan tujuan yang jelas agar tercapainya instrumen kinerja terbaik bagi pengelolaan TNGHS. Berikut adalah beberapa dasar hukum terkait dengan pengelolaan untuk kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam. 1. Dasar Hukum a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati da Ekosistemnya. b. Undang-Undang Nomor 24 tentang Pemanfaatan Ruang c. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup f. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam h. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam i. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P-19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam j. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional k. Peraturan Daerah Provins Banten Nomor 36 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Banten 2002-2017 l. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat Tahun 2003-2010 m. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabbupaten Bogor Tahun 2000-2010 n. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 31 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak Tahun 2000-2010 o. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 10 Tahun 1999 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi Tahun 1999-2009 Disebutkan dalam rencana pengelolaan TNGHS bahwa pengelolaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan wisata alam meliputi banyak hal yang harus direalisasikan. Rencana pengelolaan tersebut bertujuan untuk pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Rencana pengelolaan taman nasional tersebut menitikberatkan pada pengelolaan dengan penyediaan kerangka kerja yang baik sehingga tercipta pengelolaan yang baik. Pengelolaan penyelenggaraan sumberdaya menjadi perhatian penting dari pihak BTNGHS sebagai instrumen pengelolaan yang terukur. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dalam realisasinya perlu adanya pengembangan wisata alam yang memberi manfaat bagi konservasi alam dan masyarakat lokal yang didalamnya terdapat beberapa program. Program-program tersebut adalah penyusunan strategi dan regulasi penyelenggaraan wisata alam di TNGHS, pengembangan produk wisata alam, peningkatan layanan dan pengelolaan wisata alam, peningkatan investasi dan pengusahaan wisata alam di TNGHS. Berbagai kebijakan lain terkait dengan pengelolaan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam melalui berbagai program ditulis dengan jelas dalam RP-TN tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa TNGHS memiliki kapasitas yang mumpuni untuk melaksanakan berbagai program-program dalam penyelenggaraan jasa lingkungan karena pada tahun ini beberapa perencanaan pengelolaan RP-TN yang dibuat untuk periode 2007-2026 sudah terlaksana. Peraturan dan kebijakan pengelola pada Resort Stasiun Penelitian Cikaniki dan Resort Salak 1 adalah sama. Hal tersebut dikarenakan kedua resort tersebut berada pada pengelolaan yang sama yaitu dibawah BTNGHS. Segala macam peraturan dan kebijakan dibuat secara langsung oleh pihak balai. Berkaitan dengan pengelolaan resort yang masuk kedalam zona pemanfaatan maka ada berbagai peraturan dalam penyelenggaraannya. Peraturan secara terpusat dibuat oleh Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung, Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementrian Kehutanan. Kebijakan pengelola dibuat oleh TNGHS sebagai wewenang pengelolaan kawasan. Peraturan dan kebijakan pengelola yang akan dibahas adalah mengenai peraturan yang berkaitan dengan tanggung jawab pengelola resort kepada pihak BTNGHS dan peraturan untuk pengunjung/wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di resort-resort tersebut. Beberapa peraturan dan kebijakan pada masing-masing resort adalah sebagai berikut yaitu Stasiun Penelitian Cikaniki merupakan lokasi penelitian dan lokasi kegiatan wisata yang terbatas. Cikaniki juga termasuk ke dalam exclusive tourism dan merupakan wisata minat khusus. Adapun peraturan dan kebijakan dari pengelola kepada pengunjung/wisatawan adalah sebagai berikut: 1. Setiap pengunjung yang datang harus melapor kepada petugas dengan menyerahkan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) yang sebelumnya telah diurus di BTNGHS. 2. Pengunjung harus menyelesaikan segala administrasi seperti ticketing dan parkir yang masuk dalam PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) 3. Setiap pengunjung harus didampingi oleh petugas atau pemandu lokal saat memulai kegiatan. 4. Pengunjung/wisatawan dilarang membawa/memindahkan pohon. 5. Sampah harus dibawa keluar kawasan. 6. Pengunjung yang datang dari masyarakat boleh masuk kawasan tanpa adanya pemungutan tiket dengan syarat harus melapor kepada petugas. Peraturan yang ditujukan kepada masing-masing pengelola resort ditentukan sepenuhnya oleh pihak BTNHS. Peraturan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Setiap petugas harus ke lapangan setiap hari untuk melakukan pemantauan wilayah, identifikasi flora dan fauna, potensi wisata, air dan lain sebagainya. Titik-titik tertentu di lapangan harus direkam dengan GPS (Global Positioning System) dan kemudian hasil data lapangan harus dilaporkan setiap hari melalui email. 2. Setiap bulan petugas harus melaksanakan survey partisipatif dan koordinasi pengamanan. Survey partisipatif adalah kegiatan turun lapang baik ke kawasan atau ke masyarakat untuk melakukan identifikasi berbagai potensi kawasan dengan melibatkan masyarakat. Koordinasi keamanan merupakan koordinasi yang dilakukan dengan aparat setempat untuk membantu mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat berkaitan dengan keberadaan dan fungsi taman nasional. 3. Setiap petugas wajib melaporkan hasil PNBP kepada seksi masing-masing setiap minggu/bulan. Kedua resort tersebut memiliki atraksi atau daya tarik yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di kawasan mempunyai peraturan yang lebih rinci mengatur masing-masing kegiatannya. Beberapa peraturan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ketentuan Umum 1) Melaporkan diri kepada petugas BTNGHS sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan 2) Menyerahkan fotokopi identitas (KTP/SIM/Kartu Pelajar/Mahasiswa/Paspor) yang masih berlaku 3) Pelayanan pengunjung dimulai pukul 08.00-16.30 4) Pembayaran administrasi 5) Hal – hal yang harus diperhartikan: a) Membawa perlengkapan yang memadai antara lain: · Membawa cukup logistik, perlengkapan dan peralatan secukupnya sesuai tujuan kunjungan · Menggunakan pakaian dari bahan kain yang agak tebal dan berlengan panjang, bersepatu yang nyaman dan tidak mudah tergelincir · Membawa obat-obatan P3K dan obat-obatan yang bersifat pribadi · Membawa buku panduan ataupun teropong, kaca pembesar bila akan melakukan pengamatan satwa atau tumbuhan · Membawa kantong pastik untuk digunakan sepanjang perjalanan b) Mematuhi petunjuk pada papan-papan petunjuk/informasi maupun terhadap informasi yang disampaikan oleh petugas TNGHS c) Menjaga ucapan dan tingkah laku agar tidak keluar kata-kata yang bersifat arogan dan perbuatan yang tidak pantas d) Tetap wasapada terhadap bahaya ular, jalan licin, daerah yang mudah longsor, dan ciri-ciri atau jenis-jenis tumbuhan/satwa yang bercula/berbisa. Secara khusus Stasiun Penelitian Cikaniki merupakan kawasan yang ditujukan untuk kegiatan penelitian. Sarana dan prasarana serta kawasan yang ada di Cikaniki sangat mendukung untuk berbagai kegiatan penelitian. Adapun peraturan yang harus ditaati oleh peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut. b. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan 1) Warga Negara Indonesia a) Simaksi disampaikan kepada Kepala Balai paling lambat 1 bulan sebelum kegiatan dilaksanakan, tembusan kepada Kepala Puslitbang Kehutanan, Sekditjen PHKA, Direktur KKH (Kebijakan Konservasi Hutan) dan Ka seksi PTNW setempat b) Permohonan dilampiri dengan: · Surat Resmi dari instansi asal (kantor/kampus/sekolah) · Proposal kegiatan · Fotokopi tanda pengenal (KTP/SIM) · Menyediakan 2 (dua) buah materai Rp.6000 2) Warga Negara Asing/Warga Negara Indonesia untuk Kepentingan Asing a) Simaksi untuk kegiatan penelitian diajukan kepada Sekditjen PHKA dengan tembusan kepada Kepala Puslitbang Kehutanan, Direktur KKH dan Kepala Balai TNGHS b) Permohonan dilampiri dengan: · Surat Ijin Penelitian dari LIPI · Proposal kegiatan · Fotokopi pasport · Surat pemberitahuan penelitian dari Direktorat Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen Dalam Negeri · Surat Jalan dari kepolisian · Surat Pernyataan tidak merusak lingkungan serta kesediaan untuk memetuhi ketentuan perundang-undangan berlaku · Menyediakan 2 (dua) buah materai RP. 6000 3) Kewajiban pemegang simaksi: a) Melapor ke Kepala Balai TNGHS untuk menjelaskan Rencana Kegiatan. b) Membayar pungutan sesuai ketentuan berlaku c) Meminta ijin atas pegunaan atau peminjaman saran pra sarana milik Negara yang ada di lokasi BTNGHS kepada Kepala Balai dan mempergunakan sebaik - baiknya. d) Membuat surat perjanjian dengan kepala Balai TNGHS bagi penelitian yang dilakukan lebih dari 3 bulan. Surat perjanjian tersebut memuat hak, kewajiban, dan persyaratan peneliti. e) Mengikutsertakan petugas/pemandu setempat atas biaya dari pemohon. f) Menyerahkan jurnal kegiatan dan laporan sementara kepada petugas pendamping sebelum meninggalkan lokasi penelitian. g) Melakukan presentasi hasil kegiatan penelitian di Balai TNGHS h) Menyerahkan laporan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian di Balai TNGHS i) Bertanggungjawab atas segala resiko yang terjadi dan timbul selama berada di lokasi. j) Komersialisasi hasil penelitian harus mendapat ijin dari kepala balai TNGHS k) Menyetorkan hasil komersialisasi penelitian kepada kas Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. l) Pengambilan spesimen tumbuhan dan satwa harus menempuh prosedur dan memenuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku. m) Mematuhi semua ketentuan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 4) Masa Berlaku Ijin a) Ijin berlaku 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang atas permintaan pemegang ijin b) Permohonan ijin masuk kawasan bagi WNA/WNI untuk kepentingan asing diajukan kepada Sekertaris Ditjen PHKA. c) Permohonan perpanjangan simaksi bagi WNI diajukan kepada Kepala Balai. d) Waktu pengurusan perpanjangan simaksi TNGHS paling lama 15 (lima belas) hari kerja sebelum ijin berakhir dengan persyaratan seperti tersebut diatas. Secara khusus pada kawasan Resort Salak 1 digunakan sebagai tempat berkemah (camping). Kawasan yang digunakan sebagai lokasi berkemah (camping ground) adalah di Kawasan Loji dan Bumi Perkemahan Sukamantri. Beberapa peraturan yang harus ditaati oleh wisatawan untuk melakukan perkemahan adalah sebagai berikut: c. Tata Tertib Berkemah (Camping) 1) Jumlah minimal pengunjung yang akan berkemah adalah dua orang 2) Bila jumlah yang akan berkemah dalam rombongan besar wajib memberikan informasi terlebih dahulu ke Balai TNGHS terkait dengan kapasitas bumi perkemahan 3) Tenda didirikan di tempat yang sudah disediakan (bumi perkemahan dan tempat mendirikan tenda) 4) Pengunjung yang melalukan kemah diwajibkan: a) Membawa persedian makanan dan minuman memadai b) Membawa perlengkapan tidur (jaket, jas hujan, senter dan baju ganti) c) Membawa perlengkapan P3K d) Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan perkemahan 5) Pengunjung yang melakukan kemah dilarang: a) Merusak dan memindahkan barang-barang yang ada di dalam kawasan TNGHS b) Membawa alat-alat yang dapat mencemarkan kawasan seperti bunyi-bunyian, sabun, odol, shampo, spidol, cat, pestisida dan sebagainya c) Meninggalkan sampah di dalam kawasan, sampah harus dibawa lagi keluar kawasan d) Membawa senjata tajam, kecuali ada ijin khusus dati BTNGHS dan digunakan untuk keperluan tertentu (memasak) e) Membuat api unggun di area berkemah (camping) dalam kawasan TNGHS f) Bila pekemah menyewa tenda, dikenakan biaya administrasi sesuai ketentuan yang berlaku. d. Rekreasi dan Wisata Alam Kegiatan umum yang dapat dilakukan di kedua lokasi RPTN Cinaniki dan RPTN Salak 1 adalah kegiatan rekreasi. Kegiatan rekreasi tersebut memiliki beberapa peraturan yang harus dipenuhi oleh wisatawan. Berikut adalah beberapa poin mengenai peraturan tersebut. 1) Pengunjung dengan tujuan rekreasi dan wisata alam dapat datang langsung ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak, ketentuan ini berlaku untuk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA). 2) Membeli karcis masuk sesuai dengan ketentuan 3) Mematuhi peraturan perundang – undangan dan tata tertib yang berlaku 4) Mengikutsertakan petugas / pemandu setempat atas biaya dari pemohon 5) Untuk wisata khusus sepeda gunung, disertakan dengan persyaratan: a) mengajukan simaksi b) melampirkan surat keterangan sehat dari dokter B. Manajemen Pengelolaan 1. Sejarah Pengelolaan Sejarah pengelolaan dari kedua resort yang ada tidak dapat dipisahkan dengan sejarah ditetapkannya Gunung Halimun-Salak sebagai taman nasional. Setelah di tetapkan sebagai taman nasional pada tahun 2003, maka Taman Nasional memiliki kawasan yang lebih luas dengan berbagai potensi yang ada di dalamnya. Sejarah berdirinya resort atau bangunan maupun lokasi wisata yang ada tidak lepas dari adanya identifikasi potensi yang dirasa sesuai dengan masing-masing kawasan. Pada masing-masing kawasan memiliki sejarah pembentukan komponen yang ada di dalamnya secara berbeda dalam prosesnya. Berikut adalah sejarah dari masing-masing resort. a. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Sejarah berdirinya Stasiun Penelitian Cikaniki dimulai dari adanya kerjasama antara pihak TNGHS dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Asal mula dinamakan Cikaniki adalah karena nama sungai yang mengalir tepat di depan bangunan adalah Sungai Cikaniki. Stasiun Penelitian Cikaniki dibangun pada tahun 1996 dengan arsitektur khas Jepang, dengan berbagai material bangunan yang hampir keseluruhan menggunakan kayu. Stasiun Penelitian Cikaniki didirikan dengan tujuan untuk menunjang kegiatan penelitian di kawasan tersebut. Berbagai macam fasilitas terdapat di dalam Stasiun penelitian tersebut yang digunakan untuk penelitian, seperti laboratorium, mikroskop, literatur, spesimen awetan, maket kawasan TNGHS, dan lain sebagainya. Selain stasiun penelitan, didirikan sebuah wisma untuk tamu yang berada tepat di sebelah stasiun penelitian dengan kapasitas 200 orang. Wisma tersebut diperuntukkan kepada para peneliti maupun ekowisatawan yang datang. Bantuan diberikan oleh pihak Pemerintah USA pada Tahun 1996 yaitu berupa beberapa wisma yang berada di Kampung Citalahab Bedeng. Tahun 2010 wisma tersebut dilakukan pembongkaran terhadap wisma tersebut dikarenakan pengelola mengalami kekurangan dana untuk perawatan. Selain bangunan-bangunan tersebut, dibangun pula sebuah jembatan tajuk (canopy trail) yang berada sekitar 200 m dari stasiun penelitian. Jembatan tajuk tersebut dibangun pada tahun 1998 dengan kerjasama antara pihak Jepang dan Indonesia. Jembatan tajuk tersebut difungsikan untuk kegiatan penelitian seperti pengamatan burung ataupun primata. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 (a) (b) Gambar 2. Stasiun Penelitian Cikaniki (a); Papan Peresmian Canopy Trail (b) Citalahab Sentral merupakan sebuah kampung kecil yang masih berada di dalam kawasan taman nasional yang berupa encroachment di sebelah timur TNGHS. Letak pemukiman ini berbatasan dengan hutan di sebelah barat dan utara, dan perkebunan teh Nirmala di sebelah timur dan selatan, yaitu pada 6⁰44’29’’ BT dan 106⁰ 31’ 23’’ LS. Wilayah tersebut secara administratif termasuk dalam Kabupaten Bogor, Kecamatan Nanggung dan terbagi dalam dua desa yang dibatasi oleh sungai kecil di tengah kawasan pemukiman, yaitu Desa Malasari dan Desa Bantar Karet. Apabila dilihat dari Mesh Map kawasan ini termasuk ke dalam Intensive Use Zone dan berbatasan langsung dengan Core Zone yang berada pada ketinggian sekitar 1176-1425 mdpl. Citalahab sendiri sebenarnya merupakan nama wilayah yang mempunyai luas cukup besar, dan terbagi menjadi Citalahab Sentral, Citalahab Bedeng, dan Citalahab Kampung. Namun dari ketiga daerah pemukiman ini hanya Citalahab Sentral yang berada di dalam kawasan TNGHS. Pemukiman lainnya termasuk ke dalam enclave TNGHS dan terletak beberapa kilometer dari Citalahab Sentral. Citalahab Sentral merupakan perkampungan yang dimanfaatkan sebagai homestay bagi para wisatawan yang datang. Citalahab Sentral tersebut dikelola secara swadaya oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian masyarakat setempat. Adapun Citalahab Sentral sudah ditetapkan sebagai kampung ekowisata atas peran kolaboratif dari beberapa pihak. b. Resort Pengelolaan Taman Nasional Salak 1 Resort Salak 1 yang memiliki luas sekitar 3000 ha dan sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani. Tahun 2003 kawasan tersebut merupakan kawasan perluasan taman nasional, sehingga pengelolaannya berpindah ke pihak TNGHS. Resort Salak 1 terletak di Kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Resort Salak 1 termasuk dalam sub seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor. Kawasan yang terletak pada bagian tenggara Gunung Salak ini, memiliki topografi yang cukup berat sebagai daerah relief pegunungan. Beberapa atraksi wisata yang terdapat di kawasan RPTN Salak 1 ini yaitu Curug Cibadak dan Suaka Elang yang merupakan satu-satunya pusat rehabilitasi elang di Indonesia. Curug Cibadak yang berjarak 1,3 km dari gerbang masuk menjadi obyek yang menarik di Resort Salak 1 berupa air terjun yang bercabang-cabang dan mengalir dari hulu ke hilir. Suaka Elang merupakan lembaga konsorsium yang terjalin antara pemerintah (Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, LIPI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Konservasi Alam), LSM (International Animal Rescue, Raptor Indonesia, Raptor Conservation Society, PILI-Green Network, PPS Cikananga, dan mataELANG) dan korporasi (Chevron Geotermal Gunung Salak) dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan dan kerjasama kolaborasi seperti yang diamanatkan pemerintah dalam Permenhut P.19/Menhut-II/2006 yang saling menguntungkan untuk pelestarian habitat dan konservasi spesies serta organisasi-organisasi yang terlibat. Suaka Elang diresmikan pada Tanggal 25 Nopember 2008. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 3 Ruang Visitor Center di RPTNW Salak 1 2. Maksud dan Tujuan Pengelolaan Maksud dan tujuan pengelolaan terhadap resort-resort di TNGHS merupakan realisasi dari tujuan umum dilakukannya pengelolaan di TNGHS. Pengelolaan resort yang dilakukan oleh TNGHS mengacu pada pemanfaatan jasa lingkungan dengan berbasis resort. Adapun maksud dan tujuan pengelolaan secara umum yang tercantum dalam rencana aksi pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut. a. Visi Terwujudnya TNGHS sebagai taman nasional terbaik yang dikonstruksikan secara sosial dan menjamin kelestarian fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan. b. Misi 1) Memantapkan penataa hak-hak masyarakat sebagai landasan pengelolaan tata ruang kesepakatan 2) Memantapkan perlindungan dan pengawetan ekosistem alam melalui implementasi best practice. 3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya TNGHS secara berkelanjutan dan berkeadilan sosial c. Tujuan Pengelolaan Mengukuhkan TNGHS sebagai pusat keanekaragaman hayati yang berfungsi optimal sebagai sistem penyangga kehidupan dan penopang sistem sosial-ekonomi-budaya pada tingkat komunitas dan wilayah secara lestari. d. Maksud Pengelolaan 1) Terwujudnya kemantapan kawasan TNGHS 2) Terbangunnya sistem data base dan sistem informasi manajemen yang handal 3) Meningkatkan daya jual TNGHS 4) Terbangunnya kelembagaan penelitian untuk pendidikan publik dan pengembangan IPTEK konservasi 5) Terbangunnya mekanisme swadana 6) Terjaganya keanekaragaman hayati 7) Terwujudnya mitigasi bencana di TNGHS 8) Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan Visi, misi, tujuan dan maksud pengelolaan tersebut adalah pembahasan secara umum. Pada masing-masing rencana pengelolaan, baik secara keseluruhan kawasan atau secara khusus untuk kegiatan ekowista memiliki tujuan dan maksud pengelolaan yang dibuat secara khusus. Rencana pengelolaan taman nasional ataupun rencana aksi pengembangan ekowisata merupakan hal-hal yang dibuat untuk mewujudkan visi dan tujuan secara keseluruhan. Berikut adalah rencana pengelolaan taman nasional dan rencana aksi pengembangan ekowisata yang secara khusus dibuat untuk tujuan khusus. e. Maksud, Tujuan dan Sasaran Rencana Pengelolaan TNGHS Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaa TNGHS adalah terwujudnya rencana pencapaian tujuan pengelolaan TNGHS dalam kurun waktu 2007-2026 yang terukur, didukung para pemangku kepentingan, serta sesuai dengan kewenangan BTNGHS. Tujuan dari penyusunan Rencana Pengelolaan TNGHS adalah menyediakan kerangka kerja bagi BTNGHS dan para pemangku kepentingan selama jangka waktu 20 tahun yang dapat digunakan sebagai instrument pencapaian kinerja terbaik bagi pengelolaan TNGHS. Sasaran penyusunan Rencana Pengelolaan TNGHS adalah terwujudnya acuan formal bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek, jangka menengah, rencana pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan, rencana teknis maupun rencana operasional lainnya. f. Maksud, Tujuan dan Sasaran Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS (RAPE TNGHS) Maksud dari penyusunan RAPE TNGHS adalah terwujudnya rencana pencapaian tujuan pengembangan ekowisata TNGHS dalam kurun waktu empat tahun yang lebih terukur, didukung oleh para pemangku kepentingan, serta sesuai dengan kewenangan BTNGHS, Rencana Strategi dan Rencana Pengelolaan Taman Nasional 2007-2026 yang telah disahkan. Tujuan dari penyusunan RAPE TNGHS adalah sebagai rencana teknis bagi BTNGHS dan para pemangku kepentingan yang terkait selama jangka waktu tertentu dalam pengembangan ekowisata TNGHS yang dapat digunakan untuk mendukung instrument pencapaian kinerja terbaik bagi pengelolaan TNGHS. Sasaran RAPE TNGHS adalah tersedianya pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan dan pengembangan usaha ekowisata secara bertahap untuk mencapai kinerja pelayanan yang lebih profesional. Maksud dan tujuan pengelolaan dari masing-masing resort yang bekerjasama denga beberapa mitra ataupun masyarakat setempat memiliki maksud dan tujuan yang lebih khusus. Pada Resort Cikaniki dalam tujuan dan maksud pengelolaannya saling bekerjasama dengan pihak masyarakat dalam pengadaan guide atau homestay. Manajemen kolaboratif tersebut ditempuh oleh TNGHS sebagai upaya untuk pengembangan ekowisata di daerah tersebut. Selain dengan Kampung Citalahab, mitra yang bekerjasama dengan Resort Cikaniki dalam manajemen kolaoratif adalah KSM Warga Saluyu, Pemerintahan Desa Malasari, LSM Yayasan Ekowisata Halimun, perguruan tinggi dan biro perjalanan wisata (Wulandari, 2011). Maksud dan tujuan dari manajemen kolaboratif tersebut adalah dapat memenuhi prinsip-prinsip tujuh prinsip kolaborasi yang dikemukakan oleh Borrini- Feyerabend, et al (2000) dalam Wulandari (2011) maka pelaksanaan kolaborasi tersebut dapat dikatakan telah memenuhi prinsip pertama sampai kelima yaitu: (1) Mengakui perbedaan nilai, kepentingan dan kepedulian para stakeholder; (2) terbuka bagi berbagai model hak pengelolaan SDA; (3) terciptanya transparansi dan kesetaraan; (4) masyarakat sipil mendapatkan peranan dan tanggung jawab yang lebih punya arti; (5) memperkuat kapasitas dan keunggulan komparatif dari berbagai aktor kelembagaan yang terlibat. Manajemen kolaboratif ini juga merupakan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Sama halnya dengan Resort Cikaniki, maka Resort Salak 1 juga memiliki mitra dalam pengelolaan kawasan di dalamnya. Mitra yang terkait dalam pengelolaan contohnya adalah Suaka Elang yang merupakan pusat rehabilitasi yang merupakan inisiasi oleh para pencinta raptor. Mitra dari Suaka Elang tersebut secara berkelanjutan memberikan manfaat kepada Resort Salak 1. Visi, misi atau maksud dan tujuan dari Suaka Elang sebagai salah satu pemanfaatan jasa lingkungan dan upaya konservasi adalah sebagai berikut. g. Visi, Misi dan Maksud Suaka Elang (Raptor Sanctuary) 1) Visi Terwujudnya media pusat pendidikan dan konservasi burung pemangsa di kawasan TNGHS sebagai upaya keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai siklus ekologis yang dibutuhkan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan. 2) Misi a) Melakukan upaya penyelamatan, perawatan dan pelepasliaran raptor (burung pemangsa) hasil sitaan atau kiriman dari masyarakat yang sesuai dengan standart IUCN dan peraturan resmi yang berlaku di Indonesia. b) Melakukan upaya penyadartahuan masyarakat melalui upaya pendidikan lingkungaan dan ekowisata terbatas berbasis burung pemangsa. 3) Maksud a) Rehabilitasi untuk elang yang baik secara fisik dan perilaku bisa di lepas liarkan kembali kehabitat aslinya. b) Sanctuary atau rumah jompo adalah rumah untuk elang yang tidak bisa dilepas liarkan kembali ke habitat aslinya. c) Pendidikan Lingkungan berbasis raptor dan habitatnya menjadi Program Unggulan Suaka Elang bekerjasama dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. d) Penelitian Pengamatan Elang dan Habitatnya sebagai tahapan proses pelepasliaran untuk mengetahui lokasi pelepasliaran. Selain itu, Suaka Elang bekerja sama dengan anggota Sahabat Burng Indonsia info melakukan pengamatan burung di kawasan Suaka Elang. e) Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan dan penggelolaan Suaka Elang melalui pengadaan pakan dan animal take care. f) Wisata bertanggung jawab berbasis raptor, mengenal alam lebih dekat sambil belajar dan berwisata 3. Status dan Kepemilikan Pengelolaan Status dan kepemilikan pengelolaan dari Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 adalah di bawah pengelolaan BTNGHS. Kawasan resort tersebut masuk kedalam kawasan TNGHS, maka secara otomatis status dan kepemilikan pengelolaan ada pada BTNGHS. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak dalam pengelolaannya memberikan kesempatan kepada investor untuk ikut dalam penyelenggaraan kawasan sesuai dengan kepentingan tanpa melupakan asas-asas konservasi. Pengelolaan dalam penyelenggaraan pengembangan wisata alam di TNGHS adalah kerjasama dengan pihak JICA Indonesia. Pemanfaatan Jasa Lingkungan ditandatangi oleh PJLKKHL (Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung) pada tahun 2013. Penandatanganan Minutes of Meeting (MoM) merupakan awal dimulainya pelaksanaan kerjasama antara Ditjen PHKA dengan JICA Indonesia. Kerangka kerjasama bertumpah pada Community Participatory Nature Conservation Project with Application of Sustainable Toourism in Gunung Halimun Salak National Park, Indonesia. Kerjasama tersebut dilaksanakan di Desa Malasari yang termasuk PTNW II Bogor. Kedua lokasi resort yang ada di Cikaniki dan Resort Salak 1 memiliki beberapa mitra dalam pelaksanaan pengelolaannya. Mitra tersebut merupakan para pemangku kepentingan yang bertujuan untuk penyelenggaraan ekowisata. Adapun yang ada di Resort Cikaniki dalam pelaksanaan kegiatan ekowisata bekerja sama dengan masyarakat Kampung Citalahab Sentral. Resort Salak 1 bekerjasama dengan Suaka Elang sebagai perkumpulan dalam konservasi burung pemangsa. Maka dalam pengelolaannya Suaka Elang dijalin kerjasama dengan berbagai mitra baik dari pemerintahan, LSM maupun swasta. 4. Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan yang dilakukan di TNGHS adalah berbasis resort (Resort Based Management). Pengelolaan yang dilakukan pada zona pemanfaatan tersebut secara khusus untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 3 (tiga) yang menjelaskan tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Berdasarkan P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional Pasal 31 menyatakan bahwa untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan wilayah pada Balai Taman Nasional dapat di tetapkan Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTNW) yang merupakan jabatan non struktural dengan keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Sistem pengelolaan berbasis resort meliputi beberapa tingkatan pengelolaan, yaitu yang pertama adalah pengelolaan tingkat balai. Balai merupakan unit sentrak dalam pelaksanaan sistem pengelolaan berbasis resort. Peranan utama di tingkat balai meliputi Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Dalam menjalankan peranannya tersebut Balai membentuk tim kerja Polisi Kehutanan, tim Kerja Pengendali Ekosistem Hutan, tim kerja Penyuluh Kehutanan, dan tim kerja pengolah data base. Tim kerja menganalisis dan memproses lebih lanjut tallysheet yang berisi data dan informasi dari tingkat Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN). Rincian tugas dan tanggung jawab RPTN adalah sebagai berikut. a. Tingkat Balai 1) Tim Kerja Polisi Kehutanan Tim kerja polisi kehutanan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menganalisis tallysheet yang berisi data dan informasi bidang perlindungan dan pengamatan kawasan serta permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kawasan. Terdiri dari kelompok jabatan fungsional Polisi Kehutanan yang memiliki keahlian dan keterampilan dibidang hukum, sejarah kawasan, perpetaan dan bidang ilmu lain yang terkait. 2) Tim Kerja Pengendali Ekosistem Hutan Tim kerja pengendali ekosistem hutan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menganalisis tallysheet yang berisi data dan informasi terkait dengan bidang pengawetan dan pemanfaatan potensi di dalam kawasan serta upaya untuk pengembangan ke depan. Terdiri dari jabatan fungsional Pengendali Ekosistem Hutan yang memiliki keahlian dan keterampilan tentang pengelolaan kawasan konservasi. 3) Tim Kerja Penyuluh Kehutanan Tim kerja penyuluh kehutanan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menganalisis tallysheet yang berisi data dan informasi di bidang sosial kemasyarakatan yaitu kondisi dinamika masyarakat masyarakat di dalam/sekitar kawasan. Terdiri dari jabatan fungsional penyuluh kehutanan yang memiliki keahlian dan keterampilan tentang pengelolaan masyarakat daerah penyangga. 4) Tim Pengolah Data Base Tim pengolah data base dengan tugas dan tanggung jawab untuk meghimpun data dan informasi hasil analisis oleh tim kerja (1, 2, 3) tersebut diatas. Terdiri dari operator/petugas yang memiliki keahlian bidang sistem informasi manajemen guna menyimpan data dan mengelola database serta dilaporkan ke pimpinan sebagai bahan dasar untuk pengambilan kebijakan. b. Tingkat Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Seksi Pengelolaan Taman Nasional merupakan bagian dari struktur organisasi yang berada di bawah Balai. Struktur organisasi SPTN terdiri dari beberapa bagian dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berdasarkan Permenhut No.P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional tugas di tingkat SPTN meliputi penysunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan, bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pengamanan dan peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam, penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional. Seksi Pengelolaan Taman Nasional membawahi dan mengkoordinir unit berupa RPTNW dengan tugas dan tanggung jawab untuk membantu SPTN dalam pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan bidang perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan hutan taman nasional. Agar pelaksanaan tugas lebih terfokus, maka dilaksanakan berdasarkan keahlian dan tupoksi jabatan fungsional. Untuk bidang perlindungan dan pengamanan kawasan merupakan tugas dan tanggung jawab dari jabatan fungsional Polisi Kehutanan. Bidang pengawetan dan Pemanfaatan merupakan tugas dan tanggung jawab jabatan fungsional Pengendali Ekosistem. Sedangkan untuk bidang sosial kemasyarakatan merupakan tugas dan tanggung jawab jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan. Namun tidak menutup kemungkinan, dari beberapa bidang yang menjadi tanggungjawab masing-masing jabatan fungsional dapat bekerjasama untuk mencari solusi dalam penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul. Seluruh rangkaian kegiatan di tingkat SPTN selanjutnya dianalisis dan kemudian dipertanggungjawabkan pada tingkat Balai. Pertanggung jawaban tersebut disusun dalam bentuk laporan bulanan. Laporan tersebut berupa output kegiatan pada tingkat RPTNW yang terkait dengan bidang perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Output yang dimaksud dituangkan dalam bentuk tallysheet kegiatan. Dalam hal ini RPTNW memiliki peranan penting dalam memberikan laporan di wilayah masing-masing dan disertai dengan saran dan masukan sebagai bahan analisis di tingkat SPTN. Namun apabila dalam pelaksanaan tugas menemui permasalahan yang krusial dan darurat sehingga perlu pertimbangan dari tingkat Balai maka SPTN dapat melaporkan segera ke tingkat Balai dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada. c. Tingkat Resort Pengelolaan Taman Nasional (RTPN) Resort Pengelolaan Taman Nasional merupakan unit terkecil dalam pengeloaan taman nasional. Resort dalam pelaksanaan tugas dengan tetap memperhatikan fungsi utama yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Namun didasarkan pada perkembangan situasi dan kondisi kawasan dan perkembangan masyarakat yang ada di dalam/sekitar kawasan maka perlu dilakukan pengelolaan bidang sosial kemasyarakatan. Sehingga dalam keseluruhan dalam tingkat RPTNW bertanggung jawab terhadap tugasnya yaitu Perlindungan, Pengawetan, Pemanfaatan dan Sosial Kemasyarakatan (3P+S). Setiap pelaksanaan tugas resort harus dapat dipertanggungjawabkan terhadap tingkat SPTN dalam bentuk berupa laporan bulanan. Selain itu RPTNW mencatat dan mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan pada setiap harinya yang dituangkan dalam bentuk laporan harian pekerjaan/daily work report (DWR). Pada kondisi darurat maka perlu segera dilaporkan kepada SPTN dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Tugas RPTNW adalah sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu tugas SPTN sehingga setiap timbul permasalahan krusial maka tidak dapat mengambil keputusan sendiri namun harus berdasarkan pertimbangan di tingkat SPTN dan resort tetap berhak untuk memberikan saran dan masukan. Setiap RPTNW pada bidang perlindungan menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan perlindungan meliputi tindakan Pre Emtif, Preventif, dan Represif. Tindakan pre emtif dilakukan dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat demi pengamanan kawasan dari ancaman dan gangguan. Preventif dilakukan dengan upaya berupa pencegahan terhadap gangguan dan ancaman terhadap eksistensi kawasan. Represif adalah tindakan terakhir yang wajib diambil oleh resort apabila tindakan pre emtif dan preventif tidak lagi mampu menyelesaikan masalah yaitu berupa penangkapan. Namun tindakan represif tersebut telah berdasarkan pertimbangan dari tingkat SPTN. Hasil pelaksanaan kegiatan kemudian dilaporkan secara tertulis kepada tingkat SPTN sebagai bahan pengambilan kebijakan. Bidang pengawetan, RPTNW memiliki tugas dan tanggung jawab dalam upaya-upaya untuk tujuan kelestarian kawasan. Rencana disusun sedemikian rupa sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan memiliki arah dan tujuan yang jelas. Hasil pelaksanaan kegiatan selanjutnya dilaporkan secara tertulis kepada tingkat SPTN. Untuk mengetahui kegiatan yang telah dijalankan perlu, RPTNW melakukan monitoring dan evaluasi sehingga selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan dasar masukan terhadap tingkat SPTN berupa langkah-langkah yang perlu dilakukan ke depan dalam rangka pengawetan kawasan. Tugas RPTNW dalam bidang pemanfaatan berupa upaya-upaya untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya dari dalam kawasan. Perencanaan dipersiapkan dengan maksimal dengan mempertimbangkan arahan dari tingkat SPTN dan referensi dan informasi masyarakat. Penyusunan laporan secara tertulis kemudian disampaikan kepada tingkat SPTN untuk perencanaan pengelolaan lebih lanjut. Bidang sosial kemasyarakatan merupakan hal yang sangat krusial dan perlu diperhatikan pada setiap tingkat RPTNW. Eksistensi kawasan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar/dalam kawasan. Bahaya ancaman dan gangguan terhadap kawasan umumnya berasal dari situasi dan kondisi di masyarakat sehingga keberadaan masyarakat tersebut perlu di kelola dengan baik agar kedepan tidak menimbulkan masalah/konflik. Dalam pelaksanaan tugas, salah satu tindakan apabila berhubungan dengan sosial kemasyarakatan perlu berkoordinasi dengan Pemerintah Desa dan Pemerintah Kecamatan di wilayah kerja masing-masing RPTNW. Rencana kegiatan perlu dipersiapkan dengan baik dan hasil kegiatan dilaporkan dengan baik dan hasil kegiatan dilaporkan secara tertulis ke tingkat SPTN. Untuk mengetahui perkembangan dinamika dalam masyarakat, RPTNW memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memonitoring dan evaluasi sebagai salah satu upaya untuk perencanaan pengeloaan ke depan, dalam hal ini adalah pengelolaan daerah penyangga. Pengelolaan di tingkat RPTNW dapat diartikan pengelolaan yang memberdayaan dan memfungsikan resort. Dengan pengertian tersebut maka setiap RPTNW wajib hukumnya untuk menguasai potensi dan permasalahan di wilayah kerja masing-masing tersebut, RPTNW dapat memberikan bahan masukan untuk perencanaan pengelolaan ke depan yang dituangkan dakam Usulan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (URPK). Untuk kelancaran sistem pengelolaan berbasis resort maka diperlukan dukungan anggaran dana dan distribusi sarana prasarana yang cukup. Resort Pengelolaan Taman Nasional dalam melaksanakan tugas yang terkait dengan bidang perlindungan dan pengamanan, pengawetan dan pemanfaatan serta sosial kemasyarakatan, dibekali dengan tallysheet. Fungsi tallysheet tersebut adalah untuk merangkum hasil penggalian data dan informasi di lapangan yang berisi kolom-kolom dengan uraian yang berbeda pada setiap bidang pengelolaan. Diantara kolom-kolom tersebut terdapat uraian lokasi dan titik koordinat sehingga merupakan data real di lapangan dan kecil kemungkinan untuk terjadi manipulasi data. Sedangkan untk sosial kemasyarakatan, tallysheet yang digunakan disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi di masyarakat. Tallysheet untuk bidang perlindungan dan pengamanan kawasan diberi kode (PK), pengawetan diberi kode (PP), pemanfaatan diberi kode (PU), dan sosial kemasyarakatan di beri kode (SK). Daftar tallysheet yang digunakan untuk pengambilan data dan informasi di lapangan adalah sebagai berikut. 1) Bidang Perlindungan dan Pengamanan Kawasan (PK) a) PK.1 Perambahan Kawasan b) PK.2 Penebangan Liar (Illegal Logging) c) PK.3 Ternak Masuk Kawasan d) PK.4 Identifikasi Titik Api (Hotspot) e) PK.5 Kebakaran Hutan dan Lahan f) PK.6 Penambangan Liar g) PK.7 Pemukiman Liar h) PK.8 Peredaran Tumbuhan Illegal i) PK.9 Peredaran Satwa Illegal j) PK.10 Konflik Satwa Liar k) PK.11 Perburuan Satwa Liar l) PK.12 Sarana dan Prasarana m) PK.13 Tapal Batas Kawasan 2) Bidang Pengawetan (PP) a) PP.1 Perjumpaan Tumbuhan dengan Karakteristik Tertentu b) PP.2 Perjumpaan Satwa Liar Secara Langsung c) PP.3 Perjumpaan Satwa Liar Secara Tidak Langsung 3) Bidang Pemanfaatan (PU) a) PU.1 Penelitian b) PU.2 Identifikasi Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) c) PU.3 Inventarisasi Jumlah Pengunjung d) PU.4 Identifikasi Pemanfaatan Jasa Lingkungan 4) Bidang Sosial Kemasyarakatan (SK) a) SK.1 Anjagsana b) SK.2 Pertemuan Tingkat Desa/Kecamatan c) SK.3 Kerjasama terkait Pengelolaan Taman Nasional Data primer dari lapangan yang terangkum dalam tallysheet kemudian di teruskan ke Sistem Informasi Resort Based Management (SIM RBM) guna proses dan analisis lebih lanjut. Manfaat lain dari data yang terkumpul tersebut adalah dapat digunakan sebagai bahan laporan bagi pejabat fungsional dalam mengumpulkan angka kredit dan penyusunan DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit). Resort Pengelolaan Taman Nasional mengelola wilayah kerja masing-masing yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan disertai dengan pengambilan data di lapangan yang dirangkum menggunakan tallysheet. Hasilnya kemudian dilaporkan ke tingkat SPTN yang selanjutnya dilakukan analisis awal guna mengetahui hasil kegiatan yang telah berlangsung terkait dengan bidang-bidang perlindungan dan pengamanan, pengawetan dan pemanfaatan, serta sosial kemasyarakatan. Apabila dalam tingkat SPTN tidak muncul permasalahan krusial, maka SPTN dapat melakukan tindakan awal penyelesaian atau dengan berkoordinasi dahulu dengan BTNGHS. Tallysheet kemudian diteruskan ke tingkat BTNGHS. Pada tingkat balai ini telah dibentuk tim kerja yang memiliki keahlian masing-masing di bidangnya. Untuk bidang perlindungan dan pengamanan kawasan dilakukan analisis oleh tim kerja polisi kehutanan, bidang pengawetan dan pemanfaatan oleh tim kerja pengedali ekosistem hutan dan terakhir bidang sosial kemasyarakatan dianalisis oleh tim kerja penyuluh kehutanan. Data-data yang telah terangkum beserta analisisnya kemudian dimasukkan dalam sebuah aplikasi komputer berupa SIM RBM dengan format yang telah disesuaikan dengan kondisi TNGHS. Data-data yang telah terkumpul sangat bermanfaat sebagai bahan dasar dalam pengambilan kebijakan oleh pimpinan. Tingkat SPTN dan RPTNW apabila memerlukan data dan informasi untuk keperluan pengelolaan di wilayahnya, maka dapat mengakses setiap waktu dengan menghubungi operator/petugas sistem manajemen informasi. Untuk menjalankan fungsi pengelolaan berbasis resort maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh tingkat BTNGHS dan SPTN terhadap unit RPTNW dengan masing-masing tujuan. Monitoring bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan pengelolaan taman nasional berbasis resort yang sedang dilaksanakan. Dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan maksud agar kegiatan yang dilakukan dapat mencapai output yang telah ditetapkan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan penerapan sistem pengelolaan berbasis resort yang telah dilaksanakan dan dilakukan pada akhir tahun berjalan. Evaluasi dilaksanakan secara berkala terhadap kinerja setiap RPTNW. Hasil evaluasi bermanfaat sebagai tolak ukur pelaksanaan pengelolaan berbasisresort dan untuk perbaikan sistem pengelolaan berbasis resort di masa mendatang. 5. Organisasi Pengelolaan Organisasi pengelolaan adalah bagian-bagian yang berperan dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antar tiap bagian baik secara posisi maupun tugas yang ada pada perusahaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi adalah cara yang tepat dalam membagi pekerjaan, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki struktur organisasi yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi masing-masing. Pembentukan struktur organisasi dalam suatu lembaga memiliki sarana untuk memanajemen dalam mencapai sasaran. Pembentukan struktur organisasi pada TNGHS diatur sesuai dengan kapasitas masing-masing dalam struktur yang sudah ditentukan. Pada TNGHS memiliki struktur pengelolaan terpusat yang dipimpin oleh kepala balai dan diikuti oleh eselon-eselon yang berada dibawahnya. Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang menerapkan sistem pengelolaan berbasis resort. Sistem pengelolaan berbasis resort tersebut dari pihak BTNGHS membawahi SPTN dan RSPTN. Berikut adalah struktur organisasi secara keseluruhan diikuti oleh struktur yang lebih kecil yaitu pada resort masing-masing sebagai basis dari pengelolaan taman nasional (Gambar 4). 78 77 36 Sumber: Urusan Kepegawaian BTNGHS, 2014 Gambar 4. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Struktur organisasi di BTNGHS secara keseluruhan dipimpin oleh seorang kepala balai. Selanjutnya kepala balai adalah kepala seksi tata usaha. Kepala bagian tata usaha tersebut membawahi sembilan urusan, yaitu urusan umum, urusan kepegawaian, urusan keuangan, urusan program anggaran evaluasi dan pelaporan, urusan kerjasama dan hubungan masyarakat, urusan pemanfaatan jasa lingkungan, urusan konservasi kawasan, urusan konservasi keanekaragaman hayati, urusan perlindungan dan pengendalian kebakaran hutan. Secara langsung kepala balai juga membawahi SPTN yang dimiliki oleh TNGHS. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki tiga wilayah seksi pengelolaan taman nasional, yaitu SPTN Wilayah 1 Lebak, SPTN Wilayah II Bogor, dan SPTN Wilayah III Sukabumi. Seksi Pengelolaan Taman Nasional tersebut berada pada kabupaten-kabupaten yang secara administrasi menjadi bagian dari TNGHS. Seksi Pengelolaan Taman Nasional membawahi beberapa resort yang ditentukan dengan kawasan yang dijadikan sebagai zona pemanfaatan. Resort-resort yang berada di bawah SPTN TNGHS ada sejumlah 17 resort. Masing-masing SPTN tersebut membawahi beberapa resort untuk pengelolaan secara terkoordinasi. Resort-resort tersebut secara khusus di bawahi oleh bagian-bagian yang secara khusus dibentuk oleh pihak SPTN. Resort yang menjadi lokasi kegiatan praktek pengelolaan adalah RPTNW yang berada pada dua wilayah administrasi, yaitu SPTN Wilayah II Bogor dan SPTN Wilayah III Sukabumi. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor yang salah satunya adalah RPTNW Salak 1 memiliki organisasi yang secara khusus. Organisasi yang di bentuk berfungsi untuk menjalankan masing-masing tugas sesuai dengan ketentuan. Berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing divisi dalam pengelolaan masing-masing resort telah dibahas dalam sistem pengelolaan berbasis resort. Berikut adalah struktur organisasi pada RPTNW Salak 1 (Gambar 5). Volunteer Sumber: Nazar, 2014 Gambar 5. Struktur Organisasi RPTNW Salak 1 Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 memiliki sumber daya manusia sejumlah empat orang. Sumber daya manusia yang ada pada RPTNW tersebut dipimpin oleh kepala resort yaitu Bapak Yusdi Mulya Purnama. Selanjutnya ada bagian penanganan tiket yang saat ini masih berstatus tenaga kerja kontrak yaitu Aji Ruliandi. Selanjutnya bagian identifikasi flora dan fauna masih berstatus tenaga kerja kontrak yaitu Sefa Nazar, dan terakhir yaitu sebagai polisi hutan adalah Yosi Irawan. Kepala resort tersebut memiliki wewenang dalam merekrut volunteer yang berfungsi untuk membantu tugas resort yang memiliki tugas utama dalam perlindungan, pengawetan, pemanfaatan dan sosial kemasyarakatan. Volunteer tersebut saat ini di ketuai oleh Cepi Cahadiyat Kurniawan. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki memiliki struktur organisasi secara sederhana dalam mengelola kawasan. Adapun pengelolaan kawasan tersebut saat ini dipimpin oleh seorang kepala resort dengan tugas untuk melakukan survey partisipatif, kesatuan pengelolaan hutan, patroli pengawasan peredaran hasil hutan dan satwa, patrol rutin, kunjungan dan penjagaan. Struktur yang selanjutnya adalah fungsi yang sama dengan kepala resort ditambah dengan rapat-rapat yang dilakukan terkait dengan pembahasan kawasan. Struktur tersebut di duduki oleh Suhyar Rusmayadi. Pengelola yang selanjutnya di RPTNW Cikaniki teridiri dari tiga tenaga kerja kontrak yang membantu tugas kepala resort dalam melakukan tugasnya. Tenaga kerja kontrak yang membantu dalam pengelolaan adalah Amir, Apud Saepudin, dan Odi Subandi. Berikut adalah struktur organisasi dari RPTNW Cikaniki (Gambar 6). Sumber: Odi, 2014 Gambar 6. Struktur Organisasi RPTNW Cikaniki Peraturan secara lebih rinci mengenai masing-masing tugas pada taman nasional terdapat pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional. Peraturan tersebut menjelaskan secara rinci mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing tata kerja yang terdiri dari masing-masing bagian sesuai dengan ketentuan, seperti yang terdapat pada Pasal 22 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas, Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Kepala Bidang, Kepala Bagian, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan satuan organisasi masing-masing maupun dengan instansi lain di luar instansinya sesuai bidang tugasnya. 6. Infrastruktur Pengelola Pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan yang dilakukan di RPTN oleh pengelola di tunjang dengan adanya infrastuktur dari pengelola. Insfrastruktur tersebut merupakan fasilitas yang dapat membantu tugas atau memudahkan pengelola dalam melaksanakan pengelolaan. Masing-masing RPTN memiliki infrastruktur standar yang sama untuk menunjang kegiatan pengelolaan. Infrastruktur tersebut terbagi menjadi beberapa perangkat sesuai dengan masing-masing job desk yang dilakukan oleh pengelola RPTN. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 terdapat infrasturktur pengelola berupa alat transportasi, visitor center, area birdwatching, mess, peralatan lapang seperti kompas, GPS dan kamera. Visitor center merupakan bangunan yang dijadikan sebagai pusat informasi yang memuat banyak informasi mengenai isi kawasan terutama menganai burung elang. Area birdwatching yang cukup luas juga menjadi fasilitas yang disediakan dan dimanfaatkan oleh pengelola untuk kegiatan pengamatan burung dan dapat dinikmati juga oleh pengunjung untuk mengamati burung dan berfoto. Pengelola juga diberikan tempat tinggal berupa bangunan dengan 2 kamar tidur, dapur dan ruang tamu. Pengelolaan secara khusus untuk Suaka Elang yang biasanya dikelola oleh para volunteer juga terdapat mess dengan 2 kamar tidur dan satu dapur yang siap dipakai. Fasilitas mess volunteer juga disediakan di kawasan RPTNW Salak 1 dan terdapat sebuah gazebo yang dapat digunakan untuk kegiatan diskusi antar volunteer atau digunakan sebagai shelter pengunjung dan menikmati pemandangan. Infrastruktur yang digunakan dalam kegiatan lapangan seseuai dengan job description masing-masing maka pengelola difasilitasi dengan GPS, kompas, dan kamera. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki dibekali dengan infrastruktur yang tidak jauh berbeda dengan pengelola di RPTNW Salak 1. Beberapa infrastruktur yang diberikan diantara lain adalah sebuah motor untuk keperluan transportasi dari dan kedalam kawasan, serta bangunan yang bersatu dengan resort untuk tempat tinggal, kantor, serta seagai sarana interpretasi mengenai kawasan TNGHS. Kegiatan pengelolaan kawasan, survey partisipatif serta patroli harian, pengelola diberikan infrastruktur berupa GPS untuk menandai lokasi penemuan hal penting seperti jejak macan baik itu kotoran maupun tapak kakinya dan kompas sebagai penunjuk arah. 7. Program Wisata Program wisata merupakan rancangan dari suatu kegiatan wisata yang dilaksanakan. Program wisata yang ada di TNGHS dilakukan di zona pemanfaatan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada. Program wisata yang ada saat ini meliputi berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan dari program wisata tersebut diantaranya adalah program wisata berbasis masyarakat, program wisata pendidikan, dan program wisata alam. Resort pengelolaan taman nasional yang memiliki potensi berupa sumber daya alam menjadi alternatif dalam pelaksanaan program wisata. Program merupakan serangkaian kegiatan yang cukup luas dengan memperhatikan langkah-langkah utama yang diperlukan dalam mencapai tujuan, unit atau anggota organisasi yang bertanggung jawab atas setiap langkah, dan urutan atau penjabaran waktu setiap tahap atau langkah. Berdasarkan teori tersebut, maka dengan segala potensi yang ada telah dikembangkan program wisata di RPTNW Cikaniki dan Salak 1. Program tersebut sebagai bentuk dalam pencapaian tujuan dari taman nasional yang digunakan untuk kegiatan pariwisata. a. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki adalah resort yang secara khusus digunakan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Program-program wisata yang dibuat adalah program wisata pendidikan dan berbasis masyarakat. Program wisata penelitian saat ini juga sedang dirancang di Cikaniki. Program wisata pendidikan yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh para wisatawan adalah program wisata yang mengacu pada kegiatan ekowisata. Manajemen kolaboratif yang dilakukan pihak taman nasional dan masyarakat setempat mencetuskan adanya program ekowisata yang memberikan edukasi kepada wisatawan menganai sumberdaya yang ada. Wulandari (2011) menjelaskan bahwa ide pengembangan program ekowisata di TNGHS telah mulai berkembang sejak tahun 1994. Dana hibah melalui fasilitas Biodiversity Support Program – Biodiversity Conservation Network (BCN) yang didanai USAID, maka terbentuklah Konsorsium Program Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun (KPPETNGH) yang terdiri dari unsur LSM, pemerintah, universitas, swasta dan LSM internasional. Dengan demikian sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 1998, KPPETNGH yang terdiri dari Dirjen Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam (PHPA), Wildlife Preservation Trust International (WPTI), Biological Sciences Club (BScC), Pusat Konservasi Biodiversitas Universitas Indonesia dan McDonald's Indonesia Family Restaurants lokal telah mengembangkan program ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Dengan bekerjasama dengan masyarakat lokal yang terorganisasi dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) mereka mengembangkan proyek ekowisata yang kemudian dimiliki masyarakat pada tiga pintu taman nasional, yaitu Leuwijamang, Citalahab, dan Pangguyangan. Program ekowisata yang berkembang di Cikaniki dan Desa Citalahab memanfaatkan obyek dan daya tarik yang ada. Dukungan dari berbagai pihak menjadikan kegiatan ekowisata ini dapat berkelanjutan dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh pengelola taman nasional, masyarakat dan wisatawan. Program ekowisata yang ditawarkan di daerah Kampung Citalahab pun berdasarkan kepada keinginan para wisatawan. Biasanya kegiatan yang dilakukan disesuaikan kepada lamanya wisatawan menginap di tempat wisata. Sebagian besar wisatawan biasanya melakukan kunjungan selama dua hari satu malam. Paket kegiatan wisata yang biasa dilakukan oleh wisatawan yang melakukan kunjungan dua hari satu malam yaitu, melihat matahari terbit (sunrise) di bukit, keliling loop trail Cikaniki-Citalahab sambil melakukan interpretasi terhadap flora dan fauna yang ada di sepanjang loop trail, berkunjung ke Curug Macan dan berkeliling perkebunan teh nirmala. Bagi para wisatawan yang menginap lebih dari satu malam biasanya ditawarkan kegiatan untuk mengunjungi tempat pembuatan gula aren yang ada di Kampung Citalahab Bedeng dan mengunjungi pabrik teh nirmala untuk melihat proses pembuatan teh secara langsung. Selain itu bagi wisatawan yang memiliki minat khusus terhadap pengamatan burung (birdwatching) maka para pemandu lokal juga siap menemani. b. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 merupakan daerah yang memiliki luas 2414,1 ha dengan berbagai potensi yang ada di dalamnya. Potensi-potensi terhadap sumber daya tersebut kemudian dikembangkan menjadi program wisata dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada wisatawan. Program wisata yang pernah dilakukan di Resort Salak 1 saat ini dapat dikatakan belum dilakukan pada waktu yang relatif lama. Program wisata tersebut hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu dan merupakan program periodik. Program wisata di Resort Salak 1 merupakan program yang lebih mengacu pada kegiatan berbasis pendidikan. Resort Salak 1 yang di dalamnya terdapat Suaka Elang merupakan daya tarik yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan program wisata. Program wisata yang telah terlaksana hingga saat ini adalah Safari Ramadhan yang dilakukan pada setiap Bulan Ramadhan dengan melibatkan pelajar dari mulai SMP, SMA, dan mahasiswa. Program tersebut memberikan pendidikan mengenai konservasi elang sebagai keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya. Program wisata tersebut selain memberikan manfaat secara spiritual juga memberikan manfaat pendidikan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Program wisata lainnya yang telah dilaksanakan di Resort Salak 1 adalah rangkaian kegiatan kemah konservasi. Kegiatan yang disponsori oleh PT ANTAM ini merupakan salah satu bentuk pendidikan konservasi yang dilakukan Suaka Elang. Sebagai pelaksana kegiatan, Suaka Elang bekerja sama dengan Unit Konservasi Fauna (IPB). Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai SMA di Bogor, namun pada pelaksanaannya hanya diikuti sekitar 20 orang peserta. Rangkaian kegiatan selama 2 hari ini diantarnya adalah pengenalan tentang Suaka Elang, pengamatan burung, dan permainan. C. Kegiatan Pengelolaan Kawasan dan Obyek Wisata 1. Pengelolaan Parkir Pengelolaan parkir yang ada di kawasan TNGHS mengikuti peraturan pemerintah berkaitan dengan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Tarif parkir dan pemasukan parkir merupakan pendapatan negara yang tidak dikelola secara langsung oleh pihak balai, resort ataupun seksi. Pengelolaan parkir yang ada di Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 sebagai kawasan taman nasional dapat dikatakan memadai. Mengingat sebagai kawasan konservasi maka ada kewajiban untuk menjaga keaslian ekosistem, sehingga pengadaan parkir tidak memakan pembangunan yang berlebihan. Masing-masing resort memiliki kapasitas parkir yang berbeda. Pengelolaan parkir di Resort Cikaniki memiliki lahan parkir yang dapat menampung sekitar 9-10 mobil dan sekitar 30 motor. Kapasitas tersebut dapat dikatakan cukup mengingat intensitas pengunjung yang tidak terlalu banyak dan kawasan juga termasuk pada lokasi penelitian dan exclusive tourism sehingga peminatnya masih terbatas. Sesuai dengan peraturan perundangan, pemungutan untuk biaya parkir adalah sebesar Rp.5.000,00 untuk kendaraan roda dua dan Rp.10.000,00 untuk kendaraan roda empat. Penyelesaian administrasi yang berkaitan dengan parkir bersamaan dengan penyelesaian administrasi dalam pembayaran tiket masuk kawasan. Pengelolaan parkir yang ada di Resort Salak 1 hanya dikhususkan untuk kendaraan roda dua (sepeda motor). Pengelolaan untuk kendaraan roda empat (mobil) diberikan kewenangan kepada masyarakat sekitar kawasan untuk mengelola. Pengelolaan parkir dengan sistem tersebut menjadi kebijakan bersama antara pengelola resort dengan masyarakat. Parkir untuk sepeda motor yang ada di Resort Salak 1 tidak dipungut biaya. Luas lahan parkir yang ada di Resort Salak 1 adalah sekitar 10 m2 dengan kapasitas kendaraan roda dua sekitar 20 buah. Lahan parkir selama ini cukup memadai atau cukup untuk menampung kendaraan yang datang. Hal tersebut dikarenakan pengunjung/wisatawan yang datang dapat dikatakan masih minim dan hanya ramai pada hari libur dan dengan jumlah tersebut masih dapat dicukupi dengan area parkir yang tersedia. Kendaraan roda empat yang ingin parkir maka disediakan lahan kosong di masyarakat seperti contohnya adalah di lapangan sekolah dasar yang berada di dekat kawasan, dan pemungutan biaya parkir langsung dilakukan oleh masyarakat setempat. Pengunjung yang datang dengan menggunakan mobil dapat memarkirkan kendaraannya di villa/penginapan apabila pengunjung/wisatawan tersebut menginap dan berjalan kaki menuju obyek wisata. 2. Pengelolaan Ticketing Pengelolaan ticketing yang diberlakukan di TNGHS secara umum dapat dikatakan sama pada semua RPTNW. Pengelolaan tiket tersebut berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementrian Kehutanan. Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa jenis PNBP meliputi penerimaan dari: a. Dana Reboisasi (DR), b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), c. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Pada Hutan Alam (IIUPHHK-HA), d. Iuran Izin Usaha Pamanfaatan Hasil Pada Hutan Tamanan Dengan Sistem Permudaan Buatan (THPB), e. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Kayu (IIUPHHBK), f. Iuran lzin Pemanfaatan Kawasan; g. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu h. Restorasi Ekosistem (IIUPHHK-RE) pada Hutan Produksi; i. Iuran lzin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi (IIUPJL); j. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IIUPHHK-HTR), k. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Kemasyarakatan (IIUPHHK-HKm), l. luran lzin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Desa (IIUPHHK-HD); m. Ganti Rugi Tegakan; n. Penggantian Nilai Tegakan; o. Transaksi kegiatan penyerapan dan atau penyimpanan karbon dari kawasan hutan; p. Hasil Silvopastural Sistem; q. Hasil Silvofishery Sistem; r. Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH); s. Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam; t. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar; u. Denda Administratif bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam; v. Hasil lelang kayu temuan, dan hasil lelang tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi Undang-Undang; w. Iuran Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dalam Kawasan x. Hutan Konservasi; y. Iuran Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) dalam z. Kawasan Hutan Konservasi; aa. Pungutan Usaha Pemanfaatan Air (PUPA) dalam ab. Kawasan Hutan Konservasi; ac. Pungutan Usaha Pemanfaatan Energi Air (PUPEA) dalam Kawasan Hutan Konservasi; Secara khusus pengaturan mengenai PNBP bidang PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) dibedakan dalam PNBP dari pariwisata alam dan PNBP dari satwa dan tumbuhan. Dasar Hukum PNBP dalam Bidang PHKA adalah: a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata. b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. c. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis PNBP yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan (saat ini sudah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan). d. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan APBN. e. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Pungutan dan Iuran Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam memiliki bagian-bagian di dalamnya. Bagian-bagian tersebut secara khusus terdiri dari iuran izin usaha penyediaan sarana pariwisata alam untuk perorangan, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta atau koperasi di kawasan hutan konservasi (Taman Nasional, Tahura, TWA, dan Taman Buru). Selanjutnya adalah iuran Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam dilakukan terhadap jasa informasi wisata, jasa pramu wisata, jasa transportasi, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman dan jasa cinderamata. Selanjutnya adalah Pungutan Hasil Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam dilakukan terhadap perorangan dan badan usaha atau koperasi di kawasan hutan konservasi (Taman Nasional, Tahura, TWA, Taman Buru, dan Suaka Margasatwa). Penerimaan yang selanjutnya adalah Penerimaan dari pemanfaatan jasa lingkungan, terdiri dari penerimaan pariwisata alam (pungutan hasil usaha penyediaan sarana pariwisata alam di KPA, pungutan hasil usaha penyediaan sarana pariwisata alam di Taman Buru, Karcis Masuk di KSA, KPA dan Taman Buru) dan pungutan jasa kegiatan wisata alam (pungutan kegiatan wisata alam di KPA dan Taman Buru, penggunaan fasilitas pengunjung untuk kegiatan pariwisata alam dan atau kegiatan pendidikan/penelitian). Pengelolaan tiket yang dilakukan di taman nasional dari pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam adalah dengan pengelolaan secara terpusat kepada Ditjen PHKA. Tiket masuk kawasan taman nasional sesuai dengan peraturan yang berlaku adalah sebesar Rp.5.000,00 untuk wisatawan nusantara dan Rp.150.000,00 untuk wisatawan mancanegara. Nominal tersebut sesuai dengan peraturan yang telah disepakati. Alur pengelolaan tiket tersebut hampir sama pada masing-masing basis pengelolaan taman nasional yaitu resort. Penerimaan dari ticketing yang ada pada masing-masing resort kemudian disetorkan kepada pihak SPTN untuk kemudian diserahkan pada pihak BTNGHS untuk kemudian diserahkan kepada Ditjen PHKA untuk kemudian diserahkan kepada Kementrian Keuangan. Alur penyetoran tersebut disosialisasikan dengan baik pada masing-masing bagian pengelolaan taman nasional. Alur pengelolaan tersebut menghasilkan PNBP yang akan didistribusikan kembali sebagai pemasukan untuk perbaikan atau pengadaan sarana dan prasaran, perbaikan kawasan atau dalam keperluan lain. 3. Pengelolaan Fasilitas Wisata Pengertian fasilitas berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:415) adalah sesuatu yang memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa fasilitas wisata disuatu kawasan wisata adalah segala sesuatu yang dapat membantu memudahkan pengguna (wisatawan) dalam memanfaatkan atau menikmati atraksi wisata. Fasilitas merupakan segala hal yang menjadi prioritas dalam melaksanakan suatu kegiatan. Fasilitas merupakan hal yang sudah tentu dibutuhkan dalam kegiatan wisata. Fasilitas dapat mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas juga menjadi alternatif pilihan pada saat seseorang melakukan kegiatan wisata. Fandeli (1995) dalam Soebagyo (2012) mengemukakan bahwa salah satu tujuan seseorang dalam melakukan kegiatan wisata adalah keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan adanya kesesuaian keinginan mengenai fasilitas yang terdapat di kawasan wisata tersebut. Sarana wisata berguna untuk mencapai kenyamanan dalam melakukan kegiatan wisata. Sedangkan prasarana yang terdiri dari beberapa faktor merupakan pendukung lain dalam terselenggaranya kegiatan wisata. Sarana terdiri dari umum dan khusus. Menurut Laverack and Thangphet, 2009; Oredegbe and Fadeyibi, 2009 dalam Tirtawinata dan Fachruddin, 1996; bahwa sarana umum dan khusus meliputi: 1. Sarana Umum, yang menyangkut sarana pokok (seperti transportasi, akomodasi, rumah makan dan tempat makan lainnya, serta toko cindera mata), sarana pelengkap (seperti fasilitas olahraga dan fasilitas permainan) dan sarana pendukung, seperti fasilitas hiburan. 2. Sarana Khusus, yang untuk meliputi seperti laboratorium, tempat penelitian. Literatur pendukung dan tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud; untuk bisnis akan berkaitan dengan ruang pamer atau promosi, informasi khusus tentang bisnis dan fasilitas untuk lobby bisnis; dan untuk rekreasi, seperti telah tercakup pada sarana umum untuk wisata; serta untuk budaya, seperti museum budaya, tempat pagelaran budaya masyarakat, dan tempat penjualan hasil budaya masyarakat. Sama halnya dengan sarana yang teridiri dari umum dan khusus, prasarana juga terdiri dari beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perekonomian dan sosial. Prasarana perekonomian, seperti prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas; dan b). Prasarana sosial, seperti pendidikan kepariwisataan, kesehatan, keamanan, dan Tourist Information Center. Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi kawasan wisata yang memberikan fasilitas khusus dalam menunjang kegiatan wisata. Zona pemanfaatan yang secara khusus digunakan untuk kegiatan wisata dilengkapi dengan pengadaan fasilitas yang disesuaikan dengan kaidah konservasi. Fasilitas yang ada saat ini dapat dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam menunjang kegiatan wisata. Pengelolaan zona pemanfaatan dengan berbasis resort dapat dilihat bahwa pengadaan fasilitas menjadi perhatian yang hingga saat ini dilakukan oleh pihak TNGHS. Pengadaan fasilitas terhadap kawasan wisata di Resort Cikaniki dan Kampung Citalahab Sentral dan Resort Salak 1 dapat dikatakan berbeda sesuai dengan pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Inventarisasi fasilitas dan kondisi fasilitas pada kedua resort akan dibahas secara lebih rinci sebagai berikut. a. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Resort Cikaniki merupakan stasiun penelitian yang dikhususkan untuk kegiatan exclusive tourism atau kegiatan penelitian. Kampung Citalahab Sentral yang merupakan daerah penyangga taman nasional menjadi kawasan yang sangat penting dalam pengembangan kegiatan wisata. Maka dari itu dilakukan manajemen kolaboratif yang dilakukan untuk mendukung kegiatan wisata di kawasan tersebut. Fasilitas menjadi hal yang tetap diperhatikan untuk menunjang kegiatan wisata dan penelitian. Konsep exclusive tourism yang diangkat dan research tourism yang sedang dicanangkan mengharuskan adanya fasilitas yang menunjang. Berikut adalah inventarisasi dan kondisi fasilitas yang ada di Resort Cikaniki sebagai lokasi penelitian utama dengan Kampung Citalahab Sentral yang menjadi kawasan pendukung kegiatan wisata dan penelitian (Tabel 3). Tabel 3. Inventarisasi Fasilitas di RPTNW Cikaniki No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Kondisi Jenis Fasilitas Fasilitas Rekreasi dan Wisata Fasilitas Pengelola Fasilitas Penelitian dan Pendidikan Fasilitas Pendukung Lain 1 Bangunan Stasiun Penelitian 1 Baik · · 2 Bangunan Wisma Tamu 1 Baik · · 3 Laboratorium 1 Kurang Baik · No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Kondisi Jenis Fasilitas Fasilitas Rekreasi dan Wisata Fasilitas Pengelola Fasilitas Penelitian dan Pendidikan Fasilitas Pendukung Lain 4 Ruang Komputer 1 Kurang Baik · 5 Maket Kawasan TNGHS 1 Baik · · 6 Media Interpretasi >10 Baik · · 7 Perpustakaan Mini 1 Baik · · · · 8 Meja visitor 2 Baik · 9 Ruang Tamu 1 Baik · 10 Ruang Tidur Pengelola 1 Baik · 11 Televisi 1 Baik · 12 Kasur Stasiun Penelitian 4 Kurang Baik · · 13 GPS, Kompas, Senter 2 Baik · 14 Mushola 1 Kurang Baik · 15 Lemari Spesimen 3 Kurang Baik · 16 Dapur 1 Cukup Baik · 17 Kamar Mandi Stasiun Penelitian 2 Kurang Baik · · 18 Kamar Tidur Wisma Tamu 5 Cukup Baik · · Lanjutan Tabel 3 Lanjutan Tabel 3 No Nama Fasilitas Jumlah Fasilitas Kondisi Jenis Fasilitas Fasilitas Rekreasi dan Wisata Fasilitas Pengelola Fasilitas Penelitian dan Pendidikan Fasilitas Pendukung Lain 19 Ruang Pertemuan 1 Cukup Baik · 20 Dapur 1 Kurang Baik · 21 Kamar Mandi 6 Cukup Baik · 22 Gazebo 1 Baik · · · 23 Tempat Parkir 1 Cukup Baik · 24 Koleksi Tanaman Obat dan Hias 162 Jenis Baik · · 25 Jalan Setapak 1 Baik · · · 26 Canopy Trail 1 Cukup Baik · · 27 Papan Larangan 2 · 28 Papan Peresmian 1 Baik · 29 Papan Peraturan 1 Baik · 30 Papan Informasi 1 Baik · 31 Koleksi Foto >10 Baik · · 32 Peralatan Kebersihan >5 · 33 Tempat Sampah >10 · Sumber: Analisis Data Primer, 2014 1) Fasilitas Rekreasi dan Wisata Fasilitas rekreasi dan wisata yang terdapat di Resort Cikaniki terdapat beberapa bentuk. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang pada saat ini masih berfungsi dan dapat digunakan untuk menunjang rekreasi dan wisata. Fasilitas rekreasi dan wisata merupakan sarana prasarana penunjang yang dapat mempermudah wisatawan dalam melakukan kegiatan. Resort Cikaniki yang merupakan exclusive tourism hingga saat ini memiliki wisatawan dengan jumlah yang terbatas, sehingga dapat dikatakan bahwa fasilitas yang ada disesuaikan dengan tujuan kegiatan sesuai dengan kawasan. Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari inventarisasi fasilitas yang ada di Resort Cikaniki terdapat 7 jenis fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah wisma tamu, media interpretasi, perpustakaan mini, gazebo, koleksi tanaman hias dan obat, jalan setapak dan canopy trail. Fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata dan rekreasi tersebut dapat dikatakan dalam kondisi baik. Perhitungan secara matang mengenai pengadaan fasilitas mempengaruhi kondisi fasilitas tersebut. Wisma tamu yang terdapat di Resort Cikaniki memiliki kondisi yang cukup baik dari segi kontruksi bangunan dan interior yang terdapat di dalamnya. Fasilitas wisma tamu tersebut diperuntukkan bagi para wisatawan atau pengunjung yang memiliki motivasi tersendiri. Wisma tamu tersebut memiliki 5 (lima) ruang kamar yang terdiri dari 4 (empat) kamar standard dan 1 (satu) kamar VIP. Masing-masing kamar tersebut terdapat tempat tidur sejumlah 4 buah dengan dilengkapi lemari dan kamar mandi di dalamnya. Adapun untuk kamar VIP dilengkapi dengan bathup. Masing-masing tempat tidur dan kasur yang ada berkapasitas satu orang dan memiliki kondisi yang cukup baik karena dilakukan perawatan yang rutin. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 7. Ruang Tidur Wisma Tamu di RPTNW Cikaniki Interior yang terdapat di wisma tamu tersebut cukup nyaman dan terkesan sejuk. Ruangan didominasi oleh warna coklat yang merupakan konstruksi dari bangunan. Konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu baik dari mulai dinding, atap dan lantai. Masing-masing kamar juga di lengkapi dengan ventilasi udara sehingga menambah kesan sejuk pada ruangan. Interior yang ada di dalamnya cukup sederhana dengan ornamen-ornamen berupa media interpretasi berupa pajangan dinding yang berisi satwa-satwa atau lokasi wisata yang terdapat di TNGHS. Secara keseluruhan interior pada kamar maupun pada ruang utama terlihat sederhana tanpa ornamen yang mencolok. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 8. Media Interpretasi di RPTNW Cikaniki Fasilitas yang terdapat di wisma tamu tersebut cukup lengkap dengan kondisi cukup baik. Terdapat dapur di dalam wisma tamu yang dapat digunakan untuk memasak. Dapur tersebut telah dilengkapi dengan kompor serta wastafel dan peralatan makan yang cukup. Fasilitas selanjutnya adalah adanya ruang pertemuan yang ada di tengah ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk meja pertemuan atau meja makan. Terdapat juga kamar mandi yang berada diluar kamar dan diluar ruangan utama. Fasilitas gazebo yang bermanfaat untuk tempat bersantai atau sebagai tempat pertemuan dan rapat. Gazebo tersebut cukup luas dan dapat menampung sekitar 30 orang. Gazebo tersebut berada di belakang bangunan wisma dengan pemandangan kolam ikan dan pohon-pohon yang ada di sekitar gazebo. Wisma tamu tersebut secara keseluruhan terlihat sederhana dengan kesan elegan dan interior yang nyaman serta terkesan sejuk. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 9. Fasilitas Wisma Tamu; (a) Ruang Pertemuan; (b) Dapur Fasilitas yang selanjutnya adalah media interpretasi yang terdapat di dinding-dinding bangunan, baik yang berada di stasiun penelitian atau di wisma tamu. Media interpretasi tersebut berbentuk papan persegi panjang seperti pigura foto. Media interpretasi tersebut berisi berbagai macam tulisan serta gambar terkait dengan flora, fauna, kondisi umum kawasan, potensi wisata dengan deskripsi yang menarik. Media interpretasi tersebut dibuat sebagai upaya untuk mengenalkan mengenai potensi kawasan dan kondisi umum sekitar kawasan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengedukasi dan memberikan pengetahuan kepada para pengunjung/wisatawan yang datang. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 10. Media Interpretasi Stasiun Penelitian Cikaniki Fasilitas yang selanjutnya adalah koleksi tanaman obat dan tanaman hias. Koleksi tersebut terdapat di samping wisma tamu yang sengaja dibuat untuk koleksi tanaman. Luas koleksi tanaman obat dan tanaman hias adalah 586,5 m2 yang dibangun pada tahun 1999. Koleksi tanaman hias dan obat yang ada di lokasi tersebut adalah 92 jenis untuk tanaman oat dan 70 jenis untuk tanaman hias. Lahan yang dikhususkan untuk koleksi tanaman tersebut terdapat rumah anggrek yang terdiri dari berbagai macam jenis yang dibuatkan ruangan secara khusus. Koleksi tanaman tersebut dibangun untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Koleksi tanaman ini dimasukkan ke dalam fasilitas rekreasi dan wisata karena dapat digunakan sebagai fasilitas untuk pendidikan berkaitan dengan tanaman obat dan tanaman hias. Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki potensi tumbuhan obat dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman hias. Sehingga koleksi tanaman hias dan obat tersebut sebagai media untuk mengenal jenis-jenis tanaman obat dan hias yang terdapat di TNGHS. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 11. Koleksi Tanaman di RPTNW Cikaniki; (a) Obat; (b) Hias Fasilitas rekreasi dan wisata yang lainnya adalah jalan setapak dan canopy trail. Kedua fasilitas tersebut saling berhubungan. Jalan setapak yang dibuat dapat dikatakan sebagai sarana untuk menuju ke canopy trail. Jalan setapak tersebut tersebut dibuat dengan tujuan untuk memudahkan wisatawan dalam menempuh jalan menuju canopy trail. Selain itu, jalan setapak tersebut juga digunakan sebagai loop trail atau jalur interpretasi yang menghubungkan antara Stasiun Penelitian Cikaniki dan Kampung Citalahab Sentral sejauh 3,8 km. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 12. Jalan Setapak di RPTNW Cikaniki Canopy trail atau jembatan tajuk merupakan jembatan yang berada di atas tajuk pohon yang menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lain sejauh 100 m dengan lebar jembatan 0,6 m dan tinggi 20 m dari permukaan tanah. Canopy trail tersebut dilengkapi dengan tangga yang digunakan untuk menuju jembatan tersebut. Canopy trail ini secara khusus dipergunakan untuk kegiatan penelitian. Seiring berjalannya waktu, canopy trail yang menurut informasi hanya berjumlah tiga di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Canopy trail saat ini dapat dijadikan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh setiap pengunjung/wisatawan yang datang. Pemandangan TNGHS dapat dinikmati dengan leluasa dari atas jembatan tersebut. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 13. Fasilitas Wisata di RPTNW Cikaniki; (a) Canopy Trail; (b) Tangga Canopy Trail tersebut dibangun pada tahun 1998 sebagai bentuk kerjasama antara pihak Indonesia dengan pihak Jepang. Seiring berjalannya waktu maka pengelolaan untuk perawatan canopy trail terus dilakukan untuk keberlangsungan fasilitas. Canopy trail tersebut sempat ditutup untuk beberapa waktu karena adanya perbaikan yang dilakukan. Tahun 2014 awal canopy trail tersebut dapat dipergunakan kembali. Sebagai upaya pengelolaan dan keberlangsungan fasilitas maka pihak pengelola membuat papan petunjuk yang harus dipenuhi oleh wisatawan/pengunjung yang akan menggunakan canopy trail tersebut. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 14. Media Informasi; (a) Papan Peresmian; (b) Papan Petunjuk 2) Fasilitas Pengelola Fasilitas pengelola terkait dengan inventarisasi fasilitas yang ada di kawasan di golongkan sesuai dengan manfaat dan fungsinya. Fasilitas pengelola yang ada di Resort Cikaniki yang dapat digunakan untuk menunjang aktivitas pengelolaan terdapat 13 jenis. Fasilitas tersebut adalah bangunan stasiun penelitian, perpustakaan mini, ruang tidur pengelola, televisi, kasur, GPS, kompas, senter, dapur, kamar mandi, jalan setapak, dan peralatan kebersihan. Fasilitas tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan dalam kondisi cukup baik. Fasilitas pengelola tersebut dipergunakan untuk menunjang aktivitas dan kegiatan pengeloaan resort, stasiun penelitian dan kawasan yang menjadi bagian dari Resort Cikaniki. Fasilitas pengelola tersebut dipergunakan dengan baik untuk pengelolaan pengunjung, fasilitas utama dan kegiatan-kegiatan wajib pengelola resort sesuai tugas dan kewajibannya. Fasilitas yang diberikan kepada pengelola dalam menunjang kegiatan pengelolaan adalah perpustakaan mini yang dapat dipergunakan untuk menyimpan data-data terkait dengan hasil survey partisipatif, daily work report, dan pengawasan keamanan atau data lainnya. Fasilitas umum yang dapat digunakan sebagai fasilitas pendukung kegiatan pengelola diantaranya adalah kamar, dapur, kamar mandi, dan televisi. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dikatakan cukup sesuai dengan pengakuan dari pengelola. Fasilitas selanjutnya adalah fasilitas yang digunakan oleh pengelola dalam menjalankan tugas, seperti jalan setapak, GPS, kompas, senter dan peralatan kebersihan. Masing-masing fasilitas tersebut memiliki fungsi dan manfaat masing-masing dalam menunjang kegiatan pengelolaan. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 15. Fasilitas Pengelola di RPTNW Cikaniki; (a) Perpustakaan Mini; (b) Dapur 3) Fasilitas Pendidikan dan Penelitian Fasilitas pendidikan dan penelitian secara khusus dapat dilakukan di Resort Cikaniki. Resort Cikaniki dari awal pembentukan memang dikhususkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Berbagai potensi kawasan dan fasilitas secara khusus disediakan di Resort Cikaniki. Terdapat berbagai fasilitas pendidikan dan penelitian diantaranya adalah bangunan stasiun penelitian, laboratorium, ruang komputer, maket kawasan TNGHS, media interpretasi, perpustakaan mini, kasur, lemari spesimen, koleksi tanaman obat dan hias, koleksi foto. Bangunan stasiun penelitian dan wisma tamu diperuntukkan bagi setiap peneliti yang datang dan fasilitas tersebut secara keseluruhan digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di stasiun penelitian tersebut merupakan fasilitas yang dapat digunakan bersama antara peneliti, wisatawan maupun pengelola. Beberapa fasilitas yang menjadi khusus untuk kegiatan penelitian hanya terdapat beberapa hal yaitu laboratorium, lemari spesimen, ruang komputer, dan peralatan-peralatan penelitian seperti mikroskop yang secara khusus digunakan untuk kegiatan penelitian. Laboratorium yang terdapat di stasiun penelitian memiliki fungsi sebagai tempat untuk kegiatan riset terhadap berbagai spesies-spesies yang secara khusus menjadi perhatian dalam penelitian. Berbagai alat penunjang dalam kegiatan penelitian terdapat di laboratorium tersebut. Lemari spesimen merupakan lemari terbuka yang dipergunakan untuk menyimpan spesimen awetan sebagai hasil dari proses penelitian. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 16. Fasilitas Penelitian di RPTNW Cikaniki; (a), (b) Spesimen Awetan Secara umum fasilitas yang dipergunakan oleh wisatawan atau fasilitas umum yang digunakan sebagai pendukung kegiatan dapat dipergunakan oleh peneliti. Sehingga kondisi secara rinci mengenai fasilitas tersebut dapat digunakan untuk berbagai penunjang kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3. 4) Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung merupakan fasilitas umum yang dapat dipergunakan untuk menunjang segala kegiatan dan merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan. Fasilitas pendukung yang terdapat di Resort Cikaniki meliputi fasilitas umum seperti tempat parkir, kamar mandi, ruang tamu, visitor center, tempat sampah, papan-papan larangan, papan informasi, dan papan petunjuk serta fasilitas lain yang merupakan fasilitas tambahan atau pelengkap. Fasilitas pendukung yang ada di Resort Cikaniki secara umum dapat dikatakan sudah cukup terkait dengan kondisi dan jumlahnya. Pengelolaan juga dapat dikatakan sudah cukup baik karena kebersihan dan keberlanjutannya dapat dijaga dengan baik. Sebagai resort yang digunakan untuk kegiatan penelitian dan wisata minat khusus maka fasilitas yang saat ini ada di Resort Cikaniki tetap di jaga kenyamannannya. Fasilitas yang ada tersebut dapat mempengaruhi kepuasan pengunjung yang datang. Pengunjung yang datang mengaku bahwa dengan aksesibilitas yang lumayan sulit untuk mencapai Resort Cikaniki, maka sudah seharusnya fasilitas dan pelayanan yang ada di resort tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pengunjung. (a) (b) Gambar 17. Fasilitas Pendukung di RPTNW Cikaniki; (a) Ruang Tamu; (b) Tempat Sampah b. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 Dalam hal ini pengelola kawasan Resort Salak 1 TNGHS sangat menyadari akan pentingnya keberadaan fasilitas yang mampu mempengaruhi pencitraan kawasan, sehingga dalam pengemasan fasilitas dengan mempertimbangkan aspek keunikan, keindahan dan fungsi sosial. Pengembangan dan peningkatan kawasan wisata selalu dilakukan oleh pihak TNGHS hal tersebut meliputi evaluasi dan inventarisasi fasilitas wisata yang ada di kawasan wisata (Tabel 4). Tabel 4. Inventarisasi Fasilitas di Kawasan RPTNW Salak 1 No Jenis fasilitas Jumlah Keterangan 1 Jembatan 2 Kurang baik dan berfungsi 2 Area parker 1 Baik dan berfungsi 3 Toilet 10 Baik dan berfungsi 4 Tempat sampah 4 Baik dan berfungsi 5 Shelter 1 Baik dan berfungsi 6 Papan interpretasi 2 Baik dan dimengerti 7 Jalan setapak 5 Baik, agak licin dan berfungsi 8 Mushola 1 Baik dan berfungsi 9 Loket tiket/pelayanan 1 Baik dan berfungsi 10 Panggung pengamatan burung 1 Baik dan disalahgunakan 11 Jalan masuk Resort Salak I 1 Kurang baik 12 Kandang Rehabilitasi Elang 3 Baik dan berfungsi Sumber: Analisis Data Primer; 2014 Pengelolaan fasilitas sarana, prasarana di kawasan Resort Salak 1 merupakan salah satu fokus utama dalam pengembangan wisata di kawasan. Pengelola kawasan Resort Salak 1 TNGHS dalam mengelola fasilitas sarana dan prasaran dilakukan dalam bentuk perawatan dan identifikasi kondisi fasilitas. Dalam melakukan perawatan fasilitas, pengelola mendapatkan biaya dari Taman Nasional. Keputusan mengenai kondisi dan perbaikan fasilitas yang layak dan tidak layak untuk dipergunakan ditentukan oleh keputusan dari BTNGHS. Berdasarkan evaluasi fasilitas maka ditemukan beberapa fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan wisata di kawasan TNGHS. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola Resort Salak 1, fasilitas yang ada masih kurang memadai dan terus dilakukan upaya dalam pengadaan atau perbaikan untuk menunjang kegiatan wisata atau kegiatan lain. Berikut adalah penjelasan secara rinci menganai fasilitas yang terdapat di RPTNW Salak 1. 1) Jalan Masuk Resort Salak 1 Jalan masuk Resort Salak 1 merupakan fasilitas pertama yang akan ditemui saat memasuki kawasan. Jalan masuk atau akses menuju kawasan berfungsi untuk memberi tanda atau petunjuk bagi pengunjung bahwa telah memasuki kawasan Resort Salak 1 TNGHS.Tanda atau petunjuk tersebut dapat dilihat di gapura selamat datang Resort Salak 1. Kondisi jalan masuk Resort Salak 1 TNGHS saat ini dalam masa perbaikan dan sangat kurang mendukung karena jalan yang berlumpur dan bebatuan lepas. Hal ini juga yang mempengaruhi minat pengunjung untuk datang kembali ke kawasan Resort Salak 1. Pintu masuk untuk kendaraan roda empat menuju Resort Salak 1 agak sulit karena jalan yang sempit dan bebatuan. Dalam pengelolaanya, jalan masuk menuju Resort Salak 1 saat ini sedang diperbaiki dengan dana dari swadaya pegawai. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 18. Kondisi Jalan Menuju Resort Salak 1 2) Area Parkir Area parkir merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung di suatu destinasi wisata untuk menunjang kegiatan wisata. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan akan sangat membutuhkan tempat parkir, maka dari itu setiapa kawasan wisata secara otomatis menyediakan area parker untuk kenyamanan pengunjung. Resort Salak 1 TNGHS menyediakan area parker seluas 10 m2. Pihak pengelola di kawasan resort Salak 1 hanya memfasilitasi area parker untuk kendaraan roda dua, sedangkan untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat atau lebih disediakan area parker di luar kawasan. Kapasitas untuk area parkir kendaraan roda dua bekisar 30 kendaraan. Area parkir yang terdapat di kawasan beralaskan rumput, sebagai kawasan konservasi maka pengelola Resort Salak 1 memiliki kewajiban untuk menjaga keaslian ekosistem kawasan sehingga untuk pengadaan area parker tidak adanya pembangunan yang menggunakan bahan-bahan semen. Berdasarkan kesepakatan pengelola dan masyarakat sekitar maka pengelola memberikan wewenang kepada masyarakat setempat untuk mengelola area parker bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat, namun masyarakat belum siap karena tidak adanya biaya untuk membuat lahan parkir yang memadai. Kondisi area parker di dalam dan diluar atau yang dikelola oleh pihak Resort Salak 1 maupun oleh masyarakat setempat saat ini masih cukup baik, namun pengunjung mengharapkan agar pengelola maupun masyarakat segera memperluas area parkir tersebut. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 19. Area Parkir Motor 3) Visitor Center Memasuki kawasan Resort Salak 1 TNGHS pengunjung harus membayar tiket masuk. Fasilitas loket pembayaran tiket di Resort Salak 1 bersatu dengan pusat pelayanan pengunjung (visitor center) dengan kondisi gedung yang baik dan ruangan yang bersih dan nyaman. Pengelolaan loket tiket dan pusat pelayanan pengunjung dikondisikan dalam satu gedung karena dalam kepegawaian Resort Salak 1 hanya terdiri dari satu petugas yang bertugas untuk ticketing dan pelayanan pengunjung. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 20. Visitor Center 4) Jembatan Jembatan yang panjangnya sekitar 75 meter ini merupakan donasi dari PT.ANTAM. Selain dapat menjadi sarana penunjang untuk memperlancar kegiatan di Resort Salak 1, jembatan ini diharapkan juga dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung wisata terbatas di kawasan Resort Salak 1. Kondisi jembatan saat ini terlihat kurang baik karena sudah banyak terlihat papan yang patah namun pengelola belum melakukan tindakan perbaikan, hal ini terjadi karena biaya perawatan yang belum diturunkan dari kementerian atau perusahan yang terkait dengan pengelolaan suaka elang seperti PT.ANTAM. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 21. Jembatan gantung di Resort Salak 1 TNGHS 5) Papan Interpretasi Papan interpretasi merupakan suatu fasilitas wisata yang memberikan informasi baik mengenai peraturan maupun mengenai obyek yang berada di suatu destinasi wisata. Papan interpretasi merupakan salah satu fasilitas yang berada di kawasan Resort Salak 1 yang memberikan informasi dan pengetahuan kepada pengunjung. Keberadaan papan interpretasi sangat diharapkan oleh pengunjung untuk memberikan informasi baik mengenai satwa maupun tumbuhan yang berada di TNGHS. Pengelolaan papan interpretasi sebagai fasilitas yang ada di kawasan Resort Salak 1 saat ini hanya berjumlah dua. Papan interpretasi pertama menginfokan mengenai peraturan dan larangan terkait kegiatan pengunjung dan yang kedua mengenai undang-undang tentang kehutanan. Kondisi papan interpretasi yang ada saat ini baik dan dapat dimengerti oleh pengunjung, namun terdapat beberapan papan interpretasi yang sudah rusak dan tidak layak lagi. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 22. Papan Interpterasi; (a) Papan Larangan; (b) Papan yang Rusak 6) Toilet Salah satu fasilitas yang berada di kawasan Resort Salak 1 TNGHS adalah toilet. Toilet digunakan oleh pengunjung untuk membuang air kecil dan membuang air besar serta mengganti pakaian. Pengelolaan toilet di kawasan Resort Salak 1 TNGHS dibagi di beberapa titik. Toilet di kawasan Resort Salak 1 TNGHS berjumlah 10 dan yang masih berfungsi adalah 6 toilet. Pengelola mengharapkan agar setiap pengunjung yang menggunakan toilet selalu menjaga kebersihan toilet karena saat ini tidak ada petugas khusus untuk membersihkan toilet. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 23. Kondisi Toilet 7) Tempat Sampah Fasilitas penunjang kegiatan yang berada di kawasan Resort Salak 1 salah satunya adalah tempat sampah. Tempat sampah merupakan suatu benda yang dapat membantu pengunjung untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kenyamanan bersama. Tempat sampah untuk saat ini dapat dikatakan kuarang memadai dan hanya terdapat pada titik-titik tertentu. Hal tersebut dikarenakan adanya alasan bahwa pengadaan sampah hanya akan menimbulkan potensi pembungan sampah di dalam kawasan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Tempat sampah yang ada di kawasan Resort Salak 1 berjumlah empat. Pada titik tertentu pengelola meletakan tempat sampah tersebut demi kebersihan kawasan dan mengharapkan pengunjung sadar diri agar tidak meninggalkan sampah di dalam kawasan atau membuang sampah pada tempat yang telah disediakan demi wisata yang berkelanjutan. Pengelolaan sampah di kawasan Resort Salak 1 dibantu juga oleh volunteer yang biasanya datang tiga bulan sekali melakukan peduli lingkungan. Pengelolaan sampah dilakukan setiap saat jika tempat sampah sudah penuh maka akan diangkut dengan menggunakan trash bag dan dikumpulkan dan akan dibuang ke tempat penampungan sampah. Pengelolaan sampah juga dilakukan oleh pihak pengelola kepada pengunjung bahwa segala barang yang dibawa oleh pengunjung dan berpotensi menjadi sampah maka harus dibawa keluar kawasan. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 24. Kondisi Tempat Sampah di Kawasan 8) Jalan Setapak Jalan setapak atau trail merupakan salah satu fasilitas wisata yang menunjang kegiatan wisatawan dalam melakukan perjalanan menuju atraksi atau daya tarik wisata yang ada di kawasan wisata. Jalan setapak yang berada di kawasan Resort Salak 1 TNGHS dibagi menjadi empat jalur. Jalur tersebut masing-masing memiliki tujuan ke atraksi wisata masing-masing. Adapun tujuan bagi setiap jalur adalah menuju air terjun, kandang rehabilitas elang ada dua dan area camping ground. Pengelolaan jalan setapak dilakukan dengan mengecek kondisi jalan dalam satu minggu sekali apakah ada yang rusak atau kondisi yang licin sehingga pada saat pengunjung berkunjung pengelola dapat memberi peringatan terlebih dahulu untuk lebih berhati-hati. (a) (b) Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 25. Jalan Setapak Menuju (a) Kandang Display; (b) Curug Cibadak 9) Mushola Mushola merupakan salah satu fasilitas yang disediakan di Resort Salak 1. Mushola berfungsi untuk melakukan ibadah bagi umat Islam. Pengelolaan mushola dilakukan setiap hari oleh pengelola dalam menjaga kebersihan ruangan. Mushola yang berada di resort Salak 1 penempatanya kurang strategis karena berada di belakang gedung kantor pengelola, sehingga sulit bagi pengunjung untuk mengetahuinya karena tidak adanya papan petunjuk arah. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 26. Kondisi Mushola 10) Panggung Pengamatan Burung Panggung birdwatching merupakan salah satu fasilitas wisata yang ada di kawasan Resort Salak 1. Panggung birdwatching awalnya ingin difungsikan untuk melakukan pengamatan burung namun karena salah pengertian dalam pembangunanya maka pemanfaatannya tidak efisien sehingga pengunjung menyalahgunakan dan menjadikannya hanya sebagai tempat untuk berfoto. Kondisi panggung birdwatching terlihat sangat baik dan aman untuk dipergunakan, akan tetapi pengelola saat ini masih memasang papan larangan kepada pengunjung agar tidak memasuki kawasan karena dianggap belum dapat difungsikan. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 27. Panggung Pengamatan Burung 11) Kandang Rehabilitas Elang Kandang rehabilitas elang merupakan salah satu fasilitas wisata yang menunjang kegiatan wisatawan untuk mengamati elang.Kondisi kandang rehabilitas elang yang berada di kawasan Resort Salak 1 TNGHS cukup baik. Pengelolaan kandang rehabilitas elang dibagikan menjadi tiga kandang. Jarak setiap kandang berkisar 20 meter dengan luas yang berbeda-beda setiap kandang. Kandang – kandang yang ada merupakan donasi dari PT. Chevron Geothermal Salak sebagai salah satu anggota dari Perkumpulan Suaka Elang. Ada 3 jenis kandang yang ada di Suaka Elang yaitu, kandang transit, kandang display, dan kandang pelepasliaran. Kandang transit adalah bangunan kandang berukuran 3 x 2 x 2 meter³ ini berguna untuk menampung sementara raptor yang berasal dari rescue dan penyerahan langsung dari masyarakat. Penempatan satwa di kandang ini hanya bersifat sementara sebelum disalurkan kepada lembaga lain yang mempunyai fasilitas kesehatan dan melakukan program rehabilitasi. Komplek kandang ini bersifat tertutup untuk akses pengunjung karena satwa yang ada dikandang ini belum diketahui status kesehatannya. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 28. Kandang Transit Kandang sanctuary/display berukuran 4 x 6 x 3 meter³ dan berfungsi untuk menempatkan satwa yang tidak mungkin lagi bisa dilepasliarkan. Misalnya adalah satwa yang telah mengalami cacat permanen, terlalu tua ataupun permasalahan lainnya. Komplek kandang ini adalah satu-satunya yang bisa diakses oleh para pengunjung. Untuk mengurangi stres akibat pengunjung yang ingin melihat raptor di dalam kandang sanctuary maka pada salah satu sisi kandang ditutup menggunakan papan/ triplek sehingga tidak terjadi kontak langsung antara satwa dan manusia. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 29. Kandang Display Kandang pre release ini adalah kandang berukuran 8 x 20 meter² dengan ketinggian 2,5 – 8 meter ini digunakan untuk satwa yang telah melalui tahap-tahap rehabilitasi di pusat rehabilitasi. Kandang ini merupakan kandang pelatihan tahap akhir bagi satwa yang siap dilepaskan. Kandang ini merupakan kandang yang tidak boleh didatangi oleh wisatawan karena akan menganggu stabilitas elang yang akan dilepasliarkan. Pengelolaan kandang ini adalah sekitar 2 minggu sekali dengan cara membersihkan rumput agar dapat menimbun kotoran elang yang jatuh ke tanah. Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2014 Gambar 30. Kandang Pre Release 12) Shelter Shelter merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pengelola di TNGHS yang dapat digunakan oleh pengunjung sebagai tempat istirahat atau tempat berteduh. Kawasan Resort salak I saat ini memiliki dua fasilitas shelter, diletakkan pada dua titik, yang pertama ada di jalur jalan setapak menuju air terjun Cibadak dan yang kedua ada di dekat air terjun Cibadak. Kondisi dari shelter pertama sangat baik dan dapat digunakan sedangkan yang berada di dekat air terjun Cibadak sudah tidak layak untuk digunakan karna sudah tidak di perbaik lagi oleh pengelola. 4. Pengelolaan Kebersihan dan MCK Pengelolaan MCK dan kebersihan merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan di suatu kawasan dan obyek wisata. Pentingnya menjaga kebersihan yaitu untuk menciptakan lingkungan indah dipandang mata dan sehat. Didalam kawasan TNGHS merupakan kawasan wisata dan penelitian, untuk itu penting bagi setiap resort untuk memperhatikan pengelolaan kebersihan dan MCK. a. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Resort Cikaniki adalah sebuah resort yang ditujukan sebagai Stasiun Penelitian dan Wisata Minat Khusus. Kawasan Cikaniki biasanya dikunjungi oleh orang-orang atau sekelompok pencinta alam dan peneliti. Para pengunjung biasanya memilih menginap di Resort Cikaniki atau di Kampung Ekowisata Citalahap karena sangat jauh dari kota dan jalan yang sulit. Dilihat dari pernyataan diatas bahwa resort ini merupakan tempat yang eksekutiv maka sangat penting kebersihan dijaga untuk kenyamanan pengunjung. Menyadari hal tersebut pengelola resort telah mengelola kebersihan lingkungan dan MCK di resort tersebut. Para pengelola biasanya membersihkan MCK pada setiap harinya baik itu pagi maupun pada sore hari. Karena merupakan kawasan wisata minat khusus tentunya pengunjung relatif lebih sedikit dan mereka yang sangat peduli akan lingkungan. Maka dari itu pengelola hanya membersihkan kawasan dari dedaunan rontok dan memangkas rumput ketika tumbuh lebih panjang. Pelaku kebersihan dilaksanakan pengelola secara bergantian. b. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 Resort Salak 1 terletak di Kampung Loji Desa Pasir Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Resort Gunung Salak 1ini termasuk dalam Subseksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bogor Luas kawasan ini adalah sekitar 3000 ha setelah melalui penambahan luas kawasan, obyek wisata yang ditawarkan di tempat ini antara lain adalah jembatan canopy, camping ground, Curug Cibadak. Di dalam kawasan Resort Salak 1 ini terdapat lembaga swadaya masyarakat suaka elang yang mempunyai misi menyelamatkan raptor (burung pemangsa) yang hampir punah. Kawasan Resort Salak 1 merupakan kawasan wisata yang lebih ramai dan massal. Pengunjung yang datang kekawasan ini relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan Stasiun Penelitian Cikaniki. Pengunjung yang datang biasanya untuk berekreasi ke air terjun dan juga untuk berkemah. Hal teersebut tentunya akan menimbulkan dampak terhadap kebersihan kawasan tersebut. Untuk itu pengelolaan kebersihan di kawasan ini sangat perlu diperhatikan lebih lagi agar tidak berdampak burk bagi kawasan itu. Kebersihan MCK dan ruang informasi dilakukan dengan pembersihan setiap hari oleh pengelola di tempat. Setiap pengelola membersihkan MCK secara bergiliran pada setiap harinya. Selain MCK dan kebersihan kawasan, Kandang-kandang elang juga dibersihkan. Kandang elang terbagi atas tiga yaitu kandang transit, kandang display dan kandang rilis. Untuk kadang transit yang merupakan berlantai ubin dibersihkan setiap hari dari kotoran dan sisa-sisia makanan elang. Selanjutnya untuk kandang display dan kandang rilis dibersihkan sekali dalam dua minggu. Kandang tersebut dibersihkan dari rumput-rumpu dan semak yang ada didalam kandang dan sekitar kandang yang telah tumbuh tinggi. Semak dipangkas agar mangsa atau makanan elang tersebut terlihat oleh elang dan tidak tertutupi. Untuk kebersihan kandang elang dilaksanakan oleh keeper elang. 5. Pengelolaan Distribusi dan Sirkulasi Pengunjung Didalam ilmu ekonomi distribusi dapat dimaksutkan dengan pemasukan dan pengeluaran individu dan sirkulasi adalah satu pergerakan dan penyebaran. Didalam kawasan TNGHS khususnya Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 melakukan Distribusi dan Sirkulasi untuk mencegah terjadinya penumpukan pengunjung disuatu obyek. Penumpukan terjadi akan mengakibatkan dampak buruk seperti kerusakan obyek yang mungkin bisa terjadi penutupan sementara kawasan untuk memulihkan kawasan tersebut. a. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki Secara umum Resort Cikaniki merupakan suatu kawasan wisata minat khusus dimana kawasan ini lebih eksekutif dan bukan massal. Dilihat dari itu penumpukan pengunjung mungkin sangat jarang terjadi walau pada musim ramai pengunjung. Walau demikian pihak pengelola resort sudah membuat suatu pengelolaan distribusi dan sirkulasi pengunjung. Pengelolaan tersebut dilakukan dengan menyebarkan pengunjung ke obyek yang berbeda secara bergantian hingga tidak bertumpuk disatu obyek saja. Tetapi sampai saat ini didalam kawasan resort ini belum pernah terjadi suatu penumpukan karena ramainya pengunjung. b. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Salak 1 Resort Salak 1 merupakan suatu kawasan wisata yang sudah banyak dikenal oleh masyarakt luas. Kawasan resort ini memiliki banyak obyek yang dapat dinikmati dan dikunjungi seperti perkemahan dan air terjun. Banyaknya obyek-obyek yang ada tersebut menjadikan kawasan tersebut ramai dikunjungi oleh pengunjung terutama pada akhir minggun dan hari libur. Pengelola lawasan sudah mengantisipasi hal tersebut untuk perlindungan obyek. Distribusi pengunjung dilakukan dengan menyebarkan pengunjung ke obyek yang lain agar tidak menumpuk disatu obyek saja. Jika pada saat ramai dan cara sirkulasi juga tidak dapat menghidari penumpukan pengelola akan menutup sementara kawasan. Penutupan kawasan sementara ini akan dihentikan dan dibuka kembali ketika pengunjung di kawasan sudah melebihi kapasitas hingga kawasan kembali mampu menampung pengunjung. 6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki berjumlah 107 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya, SDM TNGHS dengan tingkat pendidikan Sarjana Strata 3 (setingkat doktor) berjumlah satu orang. Sarjana sejumlah 24 orang, Sarjana Muda sejumlah dua orang (jumlah total SDM yang berpendidikan sarjana adalah 25%), SLTA 69 orang, SLTP 5 orang, dan SD 6 orang. Berdasarkan status kepegawaiannya, SDM TNGHS terdiri dari PNS sebanyak 96 orang, CPNS sebanyak 1 orang, tenaga honorer pusat 1 orang, dan tenaga honorer BTN sebanyak 9 orang. Hampir semua pegawai TNGHS pernah mengikuti pendidikan dan latihan pada berbagai bidang yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional, baik yang diselenggarakan oleh/atau di lingkungan BTNGHS sendiri (in-house training) maupun oleh pusat pendidikan/latihan di dalam dan luar negeri. Beberapa aturan dan pedoman telah dibuat untuk lebih meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan umum, khususnya untuk memenuhi standar pelayanan minimum yang diakui secara legal atau oleh pihak, antara lain: pedoman kerja untuk petugas di Resort dan dikantor Taman Nasional, peraturan/tata cara pendakian (memasuki kawasan taman nasional) dan lain lain. 7. Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan Dirawan (2006) menyebutkan bahwa untuk dapat mengembangkan sebuah kawasan wisata terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai faktor utama diantaranya faktor keamanan, faktor kelestarian dan keunikan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan pengembangan institusi menjadi faktor pendorong sedangkan aksesibilitas dan faktor dampak minimum menjadi faktor penghubung. Perwujudan dari adanya pengelolaan dan keselamatan pada pengujung/wisatawan di TNGHS adalah adanya mitigasi bencana yang menjadi upaya pengelolaan. Sistem mitigasi bencana merupakan pengendalian pra bencana, penanganan pada saat terjadi bencana, dan penanggulangan dampak pasca bencana di dalam maupun sekitar TNGHS. Dalam upaya mewujudkan pengelolaan keamanan dan keselamatan maka dilakukan pembangunan sistem peringatan dini akan bencana yang mencakup usaha-usaha: a. Identifikasi jenis bencana dan daerah rawan bencana di kawasan TNGHS b. Identifikasi model-model sistem peringatan dini akan bencana c. Pengembangan model alternatif sistem peringatan dini yang relevan untuk kawasan TNGHS d. Pengembangan mekanisme kelembangaan TNGHS dan para pihak dalam sistem peringatan dini ajan bencana di kawasan TNGHS e. Ujicoba sistem peringatan dini di kawasan TNGHS, serta sosialisasi dan simulasi sistem peringatan dini kepada masyarakat sekitar kawasan rawan bencana f. Penetapan SOP sistem peringatan dini akan bencana serta sosialisasi SOP ke semua pihak terkait. Upaya selanjutnya adalah adanya pengembangan mekanisme pengendalian pada saat terjadi dan paska bencana. Adapun updaya-upaya yang ditempuh dalam melakukan mitigasi bencana adalah sebagai berikut. a. Perancangan jalur evakuasi b. Pengembangan mekanisme koordinasi antara BTNGHS dan para pihak dalam pengendalian bencana c. Pembentukan tim pengendali bencana yang beranggotakan perwakilan dari BTNGHS dan para pihak, yang diinisiasi oleh BTNGHS d. Penanggulangan penyebab dan dampak bencana e. Penanganan medis terhadap korban f. Pemulihan pasca bencana g. Penetapan SOP pengendalian saat terjadi dan paska bencana h. Sosialisasi kemasyarakat Para pihak yang dilibatkan dalam program ini adalah PHKA/BKSDA, Bapedda Dinas Kehutanan, Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Camat, Kepala Desa, Kelompok Masyarakat Adat, Kelompok masyarakat lainnya, Lembaga Penelitian dan Pendidikan, LSM, Swasta/BUMN/BUMD serta Lembaga Peradilan (polisi, kehakiman, kejaksaan). Para pihak tersebut membentuk sistem kolaboratif dalam mewujudkan pengelolaan keamanan dan keselamatan bagi pengunjung. Pengelolaan keselamatan pengunjung dilakukan dengan memberi peringatan apabila cuaca dianggap tidak baik dan untuk mengantisipasi apabila ada kecelakaan maka pengelola sudah menjalin kerjasama dengan Puskesamas dan Rumah Sakit terdekat. Jarak tempuh untuk menuju puskesmas maka membutuhkan waktu selama 15 menit untuk kendaraan bermotor dan 30 menit untuk kendaraan bermobil sedangkan jarak tempuh menuju Rumah sakit membutuhkan waktu selama 30 menit untuk kendaraan bermotor dan 60 menit untuk kendaraan bermobil. Pengelola kawasan Resort Salak 1 TNGHS dalam hal keselamatan pengunjung saat ini sudah dibekali dengan pengetahuan pertolongan pertama.Mengantisipasi adanya kecelakaan di lapangan pengelola selalu mengingatkan pengunjung agar lebih hati-hati dan waspada terutama pada saat cuaca yang berangin dan hujan. Mengenal setiap titik kawasan rawan akan kecelakaan di kawasan wisata sangat berpengaruh bagi keamanan dan keselamatan pengunjung. Pengelolaan keamanan dan keselamatan pengunjung di Resort Salak 1 TNGHS sudah cukup baik, setiap pengelola yang ada di kawasan diwajibkan untuk mengetahui kawasan mana yang memiliki potensi yang dapat mengakibatkan kecelakaan pada pengunjung seperti jalan licin, pohon tumbang, gigitan ular dan gangguan satwa liar lainnya. Pengelolaan keselamatan pengunjung untuk mengantisipasinya pengelola sudah menyiapkan P3K di kantor Resort sebagai pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan. D. Pengunjung 1. Karakteristik Umum Manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda, dan manusia sebagai makhluk individu-sosialis, manusia mempunyai karakter sosial yang kuat berbeda dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Untuk menunjukan eksistensi dirinya manusia pasti mempunyai ciri khas karakter sendiri-sendiri. Karateristik umum pengunjung terdiri dari beberapa aspek seperti status jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kunjungan, motivasi serta daya tarik. Berikut adalah karakteristik umum wisatawan yang ada di kawasan TNGHS tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Umum Wisatawan di RPTNW Salak 1 TNGHS No Karakteristik Jumlah (30 responden) presentase 1 Usia 10-20 tahun 20-30 tahun 30-40 tahun 40-50 tahun 50-60 tahun 9 8 6 5 2 30% 27% 20% 17% 6% 2 Jenis Kelamun Perempuan Laki-laki 11 19 37% 63% 3 Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi 12 40% 8 27% 10 33% 4 Pekerjaan Pelajar Mahasiswa PNS Karyawan swasta 12 40% 8 26% 5 17% 5 17% 5 Kunjungan Keluarga Teman Rombongan 6 20% 16 53% 8 27% 6 Pendapatan >Rp. 500000 Rp. 500000-1000000 Rp. 1000000-3000000 >RP. 3000000 12 40% 5 16% 8 27% 5 17% Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Hasil rekapitulasi kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung menunjukkan bahwa dari aspek jenis kelamin didominasi oleh laki-laki yaitu 63% dan perempuan sebesar 37%. Hasil ini berbanding lurus dengan keadaan lokasi dan obyek wisata yang berada di tengah hutan serta medan yang berat sehingga memaksa setiap pengunjung harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk menuju obyek seperti Curug Cibadak. Maka dari itu laki-laki lebih mendominasi kunjungan karena secara umum laki-laki memiliki tenaga dan motivasi lebih untuk melakukan kegiatan wisata alam. Kawasan ini ramai dikunjungi pengunjung yang berkelompok dengan jumlah laki-laki relatif lebih banyak. Karakteristik berdasarkan umur diperoleh dari hasil pembagian kuisioner yaitu didominasi oleh pengunjung yang berumur berkisar 10-20 tahun dengan persentase 30%. Kondisi obyek yang berat dan membutuhkan tenaga yang lebih besar maka umur sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan. Pengunjung yang datang didominasi oleh kalangan remaja dengan kondisi fisik yang kuat untuk melakukan kegiatan di obyek wisata. Karakteristik pengunjung berdasarkan status pendidikan dan pekerjaan menunjukan bahwa pengunjung yang mendominasi adalah yang berpendidikan SMP. Hasil yang didapatkan sesuai dengan visi dan misi TNGHS yang memberikan fasilitas untuk media edukasi. Kunjungan yang didominasi oleh pelajar SMP itu juga dipengaruhi oleh motivasi biaya yang relatif murah. Karakteristik pengunjung berdasarkan pendapatan diperoleh hasil yang didominasi oleh pengunjung yang berpenghasilan Rp. 500.000 sebesar 40%. Persentase ini menunjukan bahwa pengunjung yang mendominasi adalah kalangan pelajar yang belum memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aspek jumlah kunjungan menunjukkan bahwa pengunjung lebih didominasi dengan pengunjung yang datang bersama teman dengan persentase 53%. Kunjungan yang banyak dilakukan pada hari minggu didominasi oleh rombongan pelajar baik laki-laki maupun perempuan. Karakteristik pengunjung berdasarkan motivasi pengunjung didominasi oleh pengunjung yang datang untuk berekreasi dengan persentase 70%. Kawasan RPTNW Salak 1 merupakan salah satu alternatif untuk berekreasi karena aksesibilitas yang mudah dan terjangkau. Para pengunjung RPTNW Salak 1 didominasi oleh pengunjung yang datang untuk melihat Curug Cibadak dan Elang yang direhabilitasi. Jumlah yang diperoleh dari pembagian kuisioner menunjukkan persentase sebesar 60%. Pengunjung/wisatawan yang datang juga memiliki motivasi yang berbeda pada saat berada di lokasi. Motivasi tersebut melatarbelakangi kunjungan dan menentukan kegiatan yang akan dilakukan di lokasi tersebut. Sama halnya dengan pengunjung/wisatawan yang mendatangi RPTNW Salak 1 yang memiliki berbagai motivasi dalam melakukan kunjungan. Berikut adalah persentase motivasi kunjungan pengunjung/wisatawan di Resort Salak 1 (Gambar 31). Gambar 31. Grafik Motivasi Pengunjung di RPTNW Salak 1 TNGHS 2. Kualitas Pelayanan Pelayanan merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pengelolaan kawasan wisata. Pelayanan yang baik tentunya akan memberikan kesan tersendiri kepada pengunjung dan membuatnya ingin datang berkunjung kembali pada kawasan wisata tersebut. Kawasan RPTNW Salak 1 dinilai telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung yang berkunjung ke dalam kawasan. Hal tersebut berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dan wawancara terhadap pengunjung yang sebagian besar menyatakan puas akan pelayanan mulai dari penyambutan dan pembelian tiket, pengarahan mengenai peraturan yang berlaku di dalam kawasan dan juga guiding serta interpretasi mengenai Elang yang berada di dalam lokasi. 3. Evaluasi Kondisi Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan satu unsur yang penting dalam kawasan wisata. Kondisi sarana dan prasarana perlu diperhatikan pengelolaanya agar tetap terjaga dengan sangat baik. Keadaan sarana dan prasarana yang baik akan memberikan rasa nyaman bagi pengunjung dan juga pengelola. Kondisi sarana yang baik dan fungsinya yang tetap terjaga dapat dilakukan dengan perawatan dan perbaikan. Perbaikan dan perawatan fasilitas wisata dilakukan dengan menggunakan dana yang diajukan oleh pihak pengelola resort, namun secara swadaya juga dilakukan oleh pengelola resort untuk menanggulangi fasilitas yang memerlukan perbaikan dengan cepat. Kawasan RPTNW Salak 1 memiliki beberapa fasilitas dalam kondisi yang kurang baik dan butuh perbaikan atau pembaharuan. Keadaan fasilitas yang kurang baik tersebut dapat dilihat dari beberapa fasilitas seperti jembatan canopy yang memprihatinkan serta papan-papan interpretasi yang sudah rusak dan tidak berfungsi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan hal resiko untuk pengunjung apabila tidak segera ditanggulangi. Jembatan yang rusak contohnya dapat menjadi hazard atau sesuatu yang berpotensi menjadi resiko kecelakaan bagi pengunjung. Papan interpretasi dalam kondisi yang kurang baik dapat menyebabkan pengunjung tidak memperhatikan pesan yang disampaikan sehingga dapat menjadi resiko bagi para pengunjung. Pengelola Kawasan RPTNW Salak 1 perlu memperhatikan kembali kondisi setiap fasilitas yang ada di kawasan tersebut. Pengelola kawasan seharusnya melakukan peremajaan terhadap papan-papan interpretasi tersebut agar dapat berfungsi lagi dengan baik. Selain keadaan papan-papan interpretasi dan jembatan yang buruk, kondisi MCK juga perlu diperhatikan. Kondisi MCK di dalam kawasan RPTNW Salak 1 kurang baik dikarenakan kebersihannya kurang terjaga dan kurang terawat. Pengelola harus lebih memperhatikan setiap fasilitas yang ada di kawasan agar meberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung. 4. Evaluasi Kepuasan Kawasan RPTNW Salak 1 TNGHS merupakan suatu kawasan wisata alam yang memiliki daya tarik yang alami. Daya tarik wisata dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung yang berkunjung ke kawasan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, pemberian kuisioner dan wawancara terhadap pengunjung dan pengelola kawasan menunjukkan bahwa pengunjung cukup puas dengan obyek dan pelayanan yang diberikan. Curug merupakan daya tarik utama yang berada di Resort Salak 1. Pengunjung menyatakan cukup puas dengan obyek yang indah namun menyatakan kurang puas dengan akses menuju lokasi yang dinilai kurang layak dan dinilai berbahaya terutama di bagian jembatan menuju curug yang sudah rusak. Selain itu dari sisi pelayanan pengunjung menyatakan puas akan guiding mengenai elang yang berada di dalam kawasan serta keramahtamahan yang diberikan oleh pihak pengelola saat mereka masuk dan meninggalkan kawasan sesudah melakukan aktivitas. Satu hal lain yang mengurangi kepuasan pengunjung adalah banyaknya sampah dan tidak adanya tempat sampah yang memadai di dalam kawasan. Berikut adalah hasil evalusi kepuasan wisatawan terhadap obyek/daya tarik yang ada di Resort Salak 1 (Tabel 6). Tabel 6. Evaluasi Kepuasan terhadap Obyek/Daya Tarik di RPTNW Salak 1 TNGHS No Daya Tarik Tingkat Kepuasan Rata-rata 1 2 3 4 5 1 Curug Cibadak dan Rehabilitasi Elang 18 60% 2 Rehabilitasi Elang 4 13.3% 3 Pemandangan, Curug Cibadak dan Rehabilitasi Elang 2 6.7% 4 Curug Cibadak 6 20% Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Melihat dari minat pengunjung yang dominan melakukan kunjungan ke Curug Cibadak dan rehabilitasi elang dari 30 responden sebanyak 18 pengunjung menyatakan bahwa keseluruhan pengunjung merasa puas terhadap daya tarik di kawasan Resort Salak 1, hal tersebut dinyatakan oleh pengunjung karena merasa kawasan Resort Salak 1 masih sangat alami dan suasana alam yang sejuk serta penangkaran elang yang merupakan satu-satunya di Indonesia. Daya tarik yang serupa sebanyak empat orang pengujung dari 30 responden yang hanya mengunjung rehabilitasi elang juga menyatakan bahwa mereka sangat puas untuk melakukan kunjungan karena selain berekreasi pengunjung juga merasa mendapatkan pengetahuan mengenai satwa elang. Daya tarik lain yang dikunjungi oleh pengujung adalah pemandangan, Curug Cibadak dan rehabilitasi elang. Jumlah pengunjung yang melakukan kunjungan tersebut menyatakan sangat puas akan keberadaaan daya tarik tersebut. Curug Cibadak dapat memberikan kesan yang alami dan dapat menyejukkan mata. Rehabilitasi elang dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan mengenai satwa elang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pengelolaan merupakan seluruh aspek kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan kuantitas dan kualitas destinasi wisata. Pengelolaan ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak menerapkan pengelolaan berbasis resort. Adapun kesimpulan dari kegiatan Praktek Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak RPTNW Cikaniki dan Salak 1 adalah sebagai berikut. 1. Peraturan dan kebijakan pengelola pada Resort Stasiun Penelitian Cikaniki dan Resort Salak 1 adalah sama. Hal tersebut dikarenakan kedua resort tersebut berada pada pengelolaan yang sama yaitu dibawah BTNGHS. 2. Sejarah pengelolaan dari kedua resort yang ada tidak dapat dipisahkan dengan sejarah ditetapkannya Gunung Halimun-Salak sebagai taman nasional. Maksud dan tujuan pengelolaan terhadap resort-resort di TNGHS merupakan realisasi dari tujuan umum dilakukannya pengelolaan di TNGHS. Status dan kepemilikan pengelolaan dari Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 adalah di bawah pengelolaan BTNGHS. Sistem pengelolaan yang dilakukan di TNGHS adalah berbasis resort (Resort Based Management) dengan struktur organisasi yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi masing-masing. Sistem pengelolaan berbasis resort tersebut dari pihak BTNGHS membawahi SPTN dan RSPTN. 3. Kegiatan pengelolaan kawasan yang dilakukan pengelola, dibekali dengan infrastruktur yang mendukung. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Cikaniki adalah resort yang secara khusus digunakan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Program wisata di Resort Salak 1 merupakan program yang lebih mengacu pada kegiatan berbasis pendidikan. Pengelolaan parkir yang ada di kawasan TNGHS mengikuti peraturan pemerintah berkaitan dengan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Pengelolaan ticketing yang diberlakukan di TNGHS secara umum dapat dikatakan sama pada semua RPTNW. Zona pemanfaatan yang secara khusus digunakan untuk kegiatan wisata dilengkapi dengan pengadaan fasilitas yang disesuaikan dengan kaidah konservasi. Resort memperhatikan pengelolaan kebersihan dan MCK. Resort Cikaniki dan Resort Salak 1 melakukan Distribusi dan Sirkulasi untuk mencegah terjadinya penumpukan pengunjung di suatu obyek. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki BTNGHS berjumlah 107 orang. Masing-masing resort memiliki struktur organisasi secara mandiri dan tetap terkoordinasi dengan pihak balai. Dalam upaya mewujudkan pengelolaan keamanan dan keselamatan maka dilakukan pembangunan sistem peringatan dini akan bencana. 4. Pengunjung dari aspek jenis kelamin didominasi oleh laki-laki yaitu 63%. Aspek umur didominasi oleh pengunjung yang berumur berkisar 10 sampai 20 tahun dengan persentase 30%. Aspek status pendidikan dan pekerjaan menunjukan bahwa pengunjung yang mendominasi adalah mereka yang berpendidikan SMP. Aspek pendapatan hasil yang diperoleh didominasi oleh pengunjung yang berpenghasilan Rp.500.000 dengan persentase 40 %. Aspek jumlah kunjungan didominasi persentase 53% oelh pengujung yang datang bersama teman. Aspek motivasi pengunjung 70% didominasi oleh pengunjung yang datang untuk berekreasi. Kawasan RPTNW Cikaniki dan RPTNW Salak 1 dinilai telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung yang berkunjung ke dalam kawasan. Kondisi pada beberapa fasilitas di kawasan RPTNW Salak 1 dalam keadaan kurang baik dan butuh perbaikan dan pembaharuan. Pengunjung menyatakan cukup puas dengan obyek yang indah namun menyatakan kurang puas dengan akses menuju lokasi. B. Saran 1. Pengadaan program wisata dari berbagai bidang kegiatan wisata yang sesuai dengan potensi kawasan sebaiknya segera direalisasikan dengan perencanaan yang baik dan terarah. 2. Pengelolaan pada masing-masing resort sebaiknya memenuhi planning, organizing, actuating, controlling serta evaluating dengan mekanisme pelaporan yang baik dan adanya timbal balik segera dari pihak balai. 3. Peraturan dan kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan kawasan sebaiknya turut serta melibatkan masyarakat sekitar atau daerah-daerah penyangga kawasan sehingga terbangun ekonomi masyarakat yang madani dan adanya kontribusi dalam keberlangsungan ekologis. DAFTAR PUSTAKA Dewi H. 2005. Tingkat Kesesuaian Habitat Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. [Tesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dirawan GD. 2006. Strategi Pengembangan Ekowisata pada Suaka Margasatwa (Studi Kasus: Suaka Margasatwa Mampie Lampoko). [Disertasi]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Faizin N. 2012. Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sukabumi [ID]: Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Final Report Barier Removal Operational Plan (BROP) Upaya Memperjuangkan Pengakuan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat (PSDHBM) Melalui Peluang Rencana Tata Ruang Kesepakatan (RTRK) Periode Pelaporan September 2009 – Juni 2010. GHSNP MP JICA. 2008. Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-201. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Jawa Barat. Hartono T et al. 2007. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak “Menyingkap Kabut Gunung-Halimun-Salak”. Bogor [ID]: Gunung Halimun-Salak National Park Management Project. Kementrian Kehutanan. 2014. Bahan Koordinasi Rapat Koordinasi Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Tahun 2014. Jakarta [ID]: Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung. Machfoedz et al. 2004. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta [ID]: Cakra Ilmu. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta [ID]: PT. Rineka Cipta. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan. Peraturan Pemerintah Terkait Pemanfaatan Wisata Alam Dengan Lingkungan. Sawitri R, Endro S. 2010. Karakteristik Dan Persepsi Masyarakat Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Volume 8, No.3, hlm.273-285. Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity Volume 1, No.2, hlm.153-158. Soekmadi R, Faizin N. 2011. Master Plan Pengembangan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Sebagai Pusat Konservasi Biodiversity. Sukabumi [ID]: Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Suparmo M et al. 2008. Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak 2008-2011. Sukabumi [ID]: Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Suparmo M et al. 2011. Taman Nasional Gunung Halimun Salak “The Ultimate Site of Nature, Culture and Adventure in Java” Kumpulan Paket Wisata. Sukabumi [ID]: Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Supriyanto B et al. 2009. Annual Report Perkumpulan Suaka Elang. Bogor [ID]: Perkumpulan Suaka Elang. Supriyanto B. 2007. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Periode 2007-2026. Sukabumi [ID]: Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Suzuki E. 2002. Tumbuhan di Sekitar Cikaniki dan Loop-trail Taman Nasional Gunung Halimun. Bogor [ID]: Pusat Penelitian Biologi LIPI. Tirtawinata RM, Fachrudin DL. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agro Wisata. Jakarta [ID]: Penerbit Swadaya. Titik S, Wulandari. 2011. Implementasi Manajemen Kolaboratif dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia April 2011, hlm. 32-50. Undang-Undang Terkait Pemanfaatan Wisata Alam Dengan Pemerintah Daerah Dan Pemerintah Pusat. Wahab TM. 2010. Relasi Kuasa Analisis. Depok [ID]. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Indonesia. Wulandari. 2011. Implementasi Manajemen Kolaboratif dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor (IPB). LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung KUISIONER PRAKTIK PENGELOLAAN EKOWISATA (PPE) Penyebaran kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas rekreasi Pengunjung untuk Praktik Pengelolaan Ekowisata (PPE) Program Keahlian Ekowisata, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor (IPB). Identitas Penyebar Kuesioner: No. Kuisioner: ......... Kelompok : ................................................................... Anggota : ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... Program Keahlian : Ekowisata, Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI AKTIVITAS WISATA A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Status Pernikahan : Single/ Menikah 3. Umur : ..........Tahun 4. Pendidikan : SD/ SMP/ SMU/ Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan : .................................................................. 6. Pendapatan : .................................................................. 7. Kunjungan : Sendiri/ Keluarga/ Teman/ Rombongan/ Lainnya.................................... B. Motivasi Alasan melakukan kunjungan ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… C. Identifikasi dan Inventarisasi Daya Tarik, Fasilitas, Aktivitas serta Kepuasan Pengunjung Tabel Identifikasi dan Inventarisasi Daya Tarik, Fasilitas, Aktivitas serta Kepuasan Pengunjung. No. Daya Tarik dan Atraksi Wisata Fasilitas Aktivitas Lama Aktivitas (Menit) Nilai Kepuasan* 1 2 3 4 5 1. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 2. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 3. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 4. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 5. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 6. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 7. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... 8. ............................ ........................ ............................. ............... ... ... ... ... ... *) Beri tanda cheklist ( √ ) pada kolom nilai kepuasan untuk jawaban yang dianggap paling sesuai. Keterangan: 1 = Tidak Puas 2 = Kurang Puas 3 = Biasa Saja 4 = Agak Puas 5 = Sangat Puas D. Saran ...................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... *Terima Kasih*
Comments
Report "Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak"