laporan tugas besar pelabuhan

May 6, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

PERHITUNGAN JUMLAH DERMAGA TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pelabuhan Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah arti pelabuhan yaitu bandar dan pelabuhan. Bandar (harbour), adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dan angin untuk berlabuhnya kapal – kapal. Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat tertambat untuk bongkar muat barang dan tempat penyimpanan kapal membongkar muatannya, dan gudang – gudang tempat barang tersebut disimpan dalam waktu yang cukup lama menunggu sampai barang tersebut dikirim. Macam pelabuhan 1. Segi penyelenggara a. Pelabuhan umum b. Pelabuhan khusus 2. Segi pengusahaannya a. Pelabuhan yg diusahakan b. Pelabuhan yg tidak diusahakan 3. Segi fungsi a. Pelabuhan laut b. Pelabuhan pantai 4. Segi pengunaannya a. Pelabuahan ikan b. Pelabuhan minyak c. Pelabuhan barang d. Pelabuhan penumpang e. Pelabuhan campuran f. Pelabuhan militer 5. Segi geografisnya a. Pelabuhan alam b. Pelabuhan buatan Istilah – Istilah kapal · Sarat (Draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (design load water line) dengan titik terendah kapal. · Panjang total (LOA , Length Overall) adalah panjang kapal dihitung dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan). · Panjang garis air (Lpp, Length between perpendiculars) adalah panjang antara kedua ujung design load water line. · Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal Persayaratan suatu pelabuhan · Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat. · Berada dilokasi yang subur dan populasi penduduk yang cukup padat. · Mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup · Kapal – kapal yang mencapai pelabuahan harus bias membuang sauh selama menunggu untuk merapat ke dermaga untuk bongkar muat barang.atau isi bahan bakar. · Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang dan gudang – gudang penyimpanan barang serta reparasi kapal. Bangunan pada pelabuhan a. Pemecah gelombang, untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. b. Alur pelayaran, untuk mengarahkan kapal – kapal yang akan keluar/masuk ke pelabuhan. c. Kolam pelabuhan, untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan memutar, dsb. d. Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam dermaga yaitu (quai/wharf) yaitu dermaga yang berada digaris pantai dan sejajar dengan pantai. Dan (pier/jetty) yaitu Dermaga yang menjorok pantai. e. Alat penambat, untuk menambatkan kapal pada waktu merapat ke dermaga maupun menunggu diperairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Definisi muka air a. Muka air tinggi (high water level) : muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut. b. Muka air rendah (low water level) : kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut. c. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL) : rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun. d. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL) : rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun. e. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. f. Muka air tertinggi (highest high water level, HHWL) : air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. g. Air rendah terendah (lowest low water level, LLWL) : air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. Beberapa istilah dalam alur pelayaran · Squat, adalah Pertambahan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh kecepatan kapal. · Fender, adalah bantalan yang ditempatkan di depan dermaga berfungsi untuk menghindari kerusakan pada kapal dan dermaga akibat benturan yang terjadi atau dengan kata lain untuk menyerap energi benturan. · Bitt, adalah utnuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. · Bollard, adalah mengikat kapal pada kondisi normal dan pada kondisi badai juga untuk mengarahkan kapal merapat ke dermaga atau memutar terhadap ujung dermaga. · Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal tangker berukuran besar yang biasanya digunakan bersama – sama dengan pier dan wharf untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. TUGAS PELABUHAN II TERMINAL CURAH BASAH BAB I Perencanaan Jumlah Dermaga BOF = berth accuption factor BOF adalah rasio antara waktu tempat sandar itu dilakukan dimana tempat sandar tersedia. BOF sangat berguna untuk kemungkinan peletakan barang (throusput) maupun kapasitas tempat sandar/ BOF Berth sama dengan 50%, biasanya dikatakan sebagai BOF = 0,50. Misalnya : Jika tempat sandar (barth) dapat digunakan 360 hari / tahun (5 hari libur) maka jika berth digunakan 180 hari. Jika berth baru digunakan kapal maka berth tersebut tidak bisa digunakan lain hingga pasti ada waktu tambahan untuk penggantian tempat sandar meskipun yang lainnya masih harus menunggu giliran. BOF 100% tidaklah mungkin. Kapal yang masih di tempat sandar setelah bongkar muat harus meninggalkan berth atau kapten harus membayar uang sewa tunggu di tempat sandar. Jika tempat sandar yang optimum penggunaannya (efisien) jika tercapai ongkos untuk berth (operation) dan maintenance dan waktu tunggu kapal minimum. Pelabuhan yang direncanakan adalah pelabuhan yang melayani kapal curah basah, dengan data-data kapal : · DWT : 25.000 m3 · Loa : 170 m · B : 22,55 m · D : 11 m · H : 13 m · Displ : 31.000 m Diketahui data-data sebagai berikut : · Kapasitas terminal : 4.000.000 m3/tahun · Kapasitas alat muat : 2500 m3/jam · Jumlah alat muat : 1 alat/kapal · Jam kerja : 350 hari/tahun, 16 jam/hari · Jumlah shift : 2 kali · Waktu hilang : 1 jam/ ganti shift, 10% waktu kapal merapat - buka tutup palka - pergi · Tinggi tangki : 10 m Asumsi waktu kerja efektif Waktu kerja kotor = 16 jam, (2 shift @ 8 jam) Kehilangan waktu akibat : - Pergantian shift pekerja = @ 1 jam x 2 = 2 jam - Operasional = 10 % Waktu kerja efektif = (16 - 2) – ((16 – 2)*10%) = 12.6 jam/hari Beban 1 hari = Kapasitas muat x Waktu kerja efektif = 2500 x 12.6 = 31500 ton/hari Jumlah kapal = Kapasitas dermaga / DWT = 4000000 / 25000 = 160 buah pertahun Waktu efektif = Kapasitas dermaga / Beban 1 hari = 4000000 / 31500 = 126.984 hari/tahun ≈ 127 hari/tahun Waktu sandar Waktu sandar 1 kapal = Waktu efektif / Jumlah kapal = 127 / 160 = 0.794 hari Jika diasumsikan : · Waktu untuk bersandar, persiapan berlabuh, membuka penutup/pengunci antar kapal = 1.6 jam · Waktu pergantian tempat sandar antar kapal = 6 jam · Waktu penggantian petugas = 2 jam · Waktu untuk mengalirkan = 16 jam = 25.6 Jam = 1.067 hari Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat kapal : = 1.067 + 0.794 = 1.861 hari Waktu sandar / tahun = 350 hari / tahun. Untuk mendapatkan jumlah dermaga yang reasonable dicoba beberapa alternatif : · Alternatif I (dicoba 1 dermaga) Bof = = = 85.1 % · Alternatif II (dicoba 2 dermaga) Bof = = = 42.5 % · Alternatif III (dicoba 3 dermaga) Bof = = = 28.4 % Dari alternatif-alterrnatif di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah dermaga yang reasonable adalah alternatif 1 (BOF = 0.851) yang berarti dalam 1 tahun pelabuhan beroperasi selama 9.93 bulan. Sedangkan untuk alternatif 2 (BOF = 0.425) berarti pelabuhan hanya beroperasi 4.96 bulan/tahun dan 3 (BOF = 0.284) berarti pelabuhan hanya beroperasi 3.31 bulan/tahun sehingga banyak waktu kosong (waktu yang terbuang) maka pelabuhan tersebut tidak efektif. BAB II Perencanaan Pelabuhan Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan. Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa factor seperti kondisi tanah dan geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk trasportasi, dan daerah industri di belakangnya. Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan berbagai faktor tersebut. Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak bisa semuanya terpenuhi, sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang diperlukan untuk alur pelayaran, kolam putar (turning basin), penambatan dan tempat berlabuh, dan kemungkinan pengembangan pelabuhan di masa yang akan datang. Daerah perairan ini harus terlindung dari gelombang, arus dan sedimentasi. Untuk itu beberapa pelabuhan ditempatkan di daerah terlindung seperti di belakang pulau, di teluk, di muara sungai/estuari. Daerah ini terlindung dari gelombang tetapi tidak terhadap arus dan sedimentasi. Keadaan daratan tergantung pada fungsi pelabuhan dan fasilitas yang berhubungan dengan tempat pengangkutan, penyimpanan dan industri. Pembangunan suatu pelabuhan biasanya diikuti dengan perkembangan daerah di sekitarnya. Untuk itu daerah daratan harus cukup luas untuk menantisipasi perkembangan industri di daerah tersebut. Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebsgai berikut ini. 1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan. 2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam pelabuhan. A. Perencanaan Dermaga (Lp) Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat dan lancar. Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu whaft atau quai dan jetty atau pieratau jembatan. Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Whaft juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan whaft yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi atau dua sisinya. Jetty ini biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkaan dengan daratan oleh jembatan yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga pier dapat berbentuk T atau L. Pier berbentuk jari lebih efisien karena dapat digunakan untuk merapat kapal pada kedua sisinya untuk panjang dermaga yang sama. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut slip. Direncanakan Dermaga dengan jenis Wharf atau quai 25 LOA Panjang Dermaga : Lp = n . LOA – (n-1) 15 + 50 (Bambang Triatmodjho hal 167) = 1 . 170 + (1-1) 15 + 50 = 170 + 50 = 220 m d = Lp – 2 e (Bambang Triatmodjho hal 167) = 220 – 2 . 15 = 190 m Dengan : Lp = panjang dermaga e = lebar jalan d = lebar dermaga B. Perencanaan Alur Pelabuhan Diketahui data-data : 1. Kondisi pasang surut : · HHWL = + 4.0 m · MSL = + 0.5 m · LLWL = - 2.5 m · Arus Pasut = 40 knots E -W direction 2. Kondisi gelombang : · Gelombang signifikan (HS) = 1.5 m dari NE - E · Gelombang maksimum = 3.0 m dari NW · Periode = 7 ~ 10 detik 1. Perencanaan Lebar Alur Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi-sisi miring saluran atau pada kedalaman yang direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. Lebar, kecepatan dan gerak kapal. 2. Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur. 3. Kedalaman alur. 4. Apakah alur lebar atau sempit. 5. Stabilitas tebing alur. 6. Angin, gelombang, arus lurus dan arus melintang dalam alur. Menurut buku Pelabuhan, Bambang Triatmodjo : 1. Lebar alur satu jalur Jadi lebar alur untuk 1 jalur : L = 4,8 x B = 4,8 x 22,55 = 108,24 m 2. Lebar alur dua jalur Lebar alur untuk dua jalur : L = 7,6 x B = 7,6 x 22,55 = 171,38 m Pada perencanaan digunakan alur dengan 2 jalur karena tingkat kepadatan lalu lintas kapal yang cukup besar yang mana waktu yang dibutuhkan atau digunakan untuk mengangkut muatan curah basah sangat banyak dibandingkan dengan waktu yang tersedia dalam 1 tahun sehingga kemungkinan waktu berpapasan dan waktu tunggu antara kapal yang satu dengan yang lain lama. Dengan : WBM = lebar gerak dasar kapal WB = lebar bebas sisi kanal atau alur WP = lebar bebas berpapasan Wi = lebar tambahan Perhitungan lebar alur Olah Gerak kapal = L/B = 170/22.55 = 7.539 > 6 WBM = 1.8 B Wi didapat dari table 5.2 yaitu Additional Widths for Straight Channel sections. Akibat pengaruh: · Vessel Speed/ kecepatan kapal (moderate 8 -12) Wi = 0.0 B · Prevailing Cross Wind / angin lintang dianggap moderate (15 – 33 Vessel Speed) Wi = 0.4 B · Prevailing Cross Current / arus lintang Moderate (>0.5 – 1.5 knots) diambil 1 knots, fast Wi = 0.5 B · Prevailing longitudinal Current / arus longitudinal Dianggap tidak ada arus ( low ( 1.5 ) Wi = 0.0 B · Tinggi gelombang signifikan Hs = 1.5 ( 3 > Hs > 1 ) dan ( > L ( moderate ) Wi = 1.0 B · Peralatan navigasi Moderate with infrequent poor visibility Wi = 0.2 B · Bottom surface ( keadaan dasar laut) Dianggap dalamnya kurang dari 1,5 T dan dasar alur lunak dan datar Wi = 0.1 B · Kedalaman air Dianggap < 1.25 T Wi = 0.2 B · Jenis muatan ( minyak ; low ) Wi = 0.0 B + (Wi = 2.4 B Sehingga : Wp = 2.0 B ( fast > 12 knots ) WBM = 1.8 B ( poor ) WB = 0.5 B ( moderate ) (Wi = 2.5 B maka didapat Lebar alur untuk satu jalur pelayaran : Lebar alur untuk dua jalur pelayaran : 2. Kedalaman Alur · Dengan menggunakan metode “PIANC” Diketahui : Draft maximum ( kedalaman kolam standar ) · Draft tanker = 11 m · DWT = 25000 m3 Faktor – faktor yang berpengaruh dalam menentukan kedalaman alur dengan metode PIANC antara lain : a. Faktor jenis tanah : 0.20 D (Jenis tanah lumpur) b. Faktor gelombang : 0.30 D (Alur terbuka, ada gelombang) c. Faktor gerakan kapal : 0.20 D (Lamban) d. Faktor endapan : 0.10 D (sedikit) e. Faktor angin : 0.15 D (kecil) f. Faktor pasang surut : 0.20 D (sedang) g. Faktor clearence : 0.05 D h. Faktor Current : 0.10 D Total = 1.30 D Jadi, kedalaman alur yang dianjurkan = 1.30 * draft max = 1.30 * 11 = 14.3 m Keterangan : Digunakan kecepatan kapal = 8 -12 knots a. Faktor jenis tanah ( keadaan dasar tanah ) Keadaan dasar tanah : lumpur sehingga didapat penambahan kedalaman 0.2 D b. Faktor gelombang Tinggi gelombang rencana, Hs = 1.5 m sehingga didapat penambahan kedalaman 0.3 D c. Faktor gerakan kapal Pengaruh squat, rolling, pitching, sehingga didapat penambahan kedalaman 0.2 D d. Faktor endapan ( sedimentasi ) Diperkirakan pengendapan kecil, sehingga didapat penambahan kedalaman 0.1 D e. Faktor angin Dianggap kecepatan angin 10 knots < 15 knots, sehingga didapat penambahan kedalaman 0.15 D f. Faktor current ( arus ) Arus 40 knots E – W dengan kecepatan kapal moderate, sehingga didapat penambahan kedalaman 0.1 D g. Faktor clearence ( ruang kebebasan bersih ) Digunakan 0.05 D · Dengan menggunakan metode Dermadilaga Gross Clearence Alur terbuka ada gelombang = 0.3 * D H min = D + 0.3*D = 11 + 0.3*11 = 14.3 m Menentukan squat Squat adalah pertambatan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh kecepatan kapal. Sq = (Buku Pelabuhan, B. Trihatmojo hal. 114 ) Kecepatan kapal diambil 10 knots (Buku Pelabuhan, B. Trihatmojo hal. 119 ) Jika kecepatan kapal V = 10 knots = 5,14 m/dt. 1 knots = 0,514 m/dt Dimana : ( = volume air yang dipindahkan (m3) Lpp = panjang garis air (m) Fr = angka Froude, Fr = V = kecepatan (m/dt) g = percepatan gravitasi (m/dt2) h = kedalaman (m) Angka Froude, Fr = = = 0.434 → Cb = 0,9 Lpp = untuk kapal curah B = 22.55 m, D = 11 m maka squat : H = draft + squat = 11 + 0.835 = 11.835 m Jadi, H > Hmin 11.835 > 12.65 , maka yang dipakai adalah H = 12.65 m Net Clearance (T = (T1 + (T2 + (T3 + (T4 dimana : (T = net clearance (m) (T1 = faktor keadaan tanah = 0.20 m (T2 = faktor gelombang = 0.70 m (T3 = faktor gerakan kapal = 0.14 m (T4 = faktor pengendapan = 0.50 m + (T = 1.54 m Perhitungan diatas diperoleh dari : Kondisi tanah Lumpur Clearance · Faktor keadaan tanah ((T1) Tabel keadan tanah Jenis tanah Panjang kapal (Lpp) (m) > 125 85 - 125 < 25 Lumpur Pasir Tanah keras Karang 0,20 0,30 0,45 0,60 0,20 0,25 0,30 0,45 0,20 0,20 0,20 0,30 Karena Lpp = 160.591 m >125 m dan kondisi tanah adalah tanah lumpur maka (T1 = 0.20 m · Faktor gelombang ((T2) : (T2 = 0,3h - (T1 = (0,3 * 3) – 0.20 = 0.70 m · Faktor gerakan kapal ((T3) : (T3 = k x v Dengan : v = kecepatan = 10 knots = 5,14 m/dt k = ditentukan berdasarkan panjang kapal Panjang kapal (m) Harga k > 185 185 – 126 125 – 86 < 85 0.033 0.027 0.022 0.017 Loa = 170 m berada pada 125 -185 m, maka k = 0.027 (T3 = 5,14 x 0.027 = 0.139 m ≈0.14 m · Faktor endapan ((T4) : Faktor ini disebabkan karena adanya endapan-endapan, diasumsikan 0.1 m/th. Rencana pengerukan = 5 tahun sekali, sehingga : (T4 = 0.1 x 5 = 0.5 m Jadi, (Ttotal = (T1 + (T2 + (T3 + (T4 = 0.20 + 0.70 + 0.14 + 0.5 = 1.54 m Sehingga diperoleh kedalaman alur : H = D + (Ttotal (Net Clearence)→ tanpa syarat = 11 + 1.54 = 12.54 m ( 13 m H = D + squat + (Ttotal (Net Clearence) → dengan syarat = 11 + 0.835 + 1.54 = 13.375 m Dengan hasil perhitungan, didapatkan H dengan metode PIANC = 14.3 m, dengan metode Darmadilaga, H tanpa Squat = 13 m dan H Squat = 13.375 m, maka supaya kapal tidak kandas maka diambil H yang lebih besar yaitu dipilih kedalaman alur yang paling besar, H = 14.3 m. Perhitungan Pengerukan Karena H (Kedalaman alur) didapatkan 14.3 m, maka diperlukan pengerukan sebagai berikut : · Untuk kedalaman 10 feet = 3.0480 m Yang dikeruk = 14.3 - 3.0480 = 11.252 m · Untuk kedalaman 20 feet = 6.0961 m Yang dikeruk = 14.3 - 6.0961 = 8.2039 · Untuk kedalaman 25 feet = 7.6201 m Yang dikeruk = 14.3 - 7.6201 = 6.6799 m · Untuk kedalaman 30 feet = 9.1440 m Yang dikeruk = 14.3 - 9.144 = 5.156 m · Untuk kedalaman 35 feet = 10.6680 m Yang dikeruk = 14.3 - 10.6680 = 3.632 m · Untuk kedalaman 40 feet = 12.1020 m Yang dikeruk = 14.3 - 12.1020 = 2.198 m C. Perencanaan Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas dan kedalaman yang cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bongkar muat barang. Selain itu tanah dasar harus cukup baik untuk bisa menahan angker dari pelampung penambat. Jenis kapal = kapal curah basah (Terminal Curah Basah) Dengan : · DWT = 25.000 ton · Loa = 170 m · B = 22,55 m · D = 11 m · H = 13 m · Perhitungan Panjang Kolam Putar : Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal minimum adalah luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang menggunakannya. Apabila perputaran kapal dilakukan dengan bantuan jangkar atau menggunakan kapal tunda, luas kolam putar minimum adalah luas lingkaran dengan jari-jari sama dengan panjang total kapal (Loa) (Bambang Triatmodjo, hal. 121) R = 1,5 x Loa = 1,5 x 170 = 255 m D = 2R = 2 x 255 = 510 m Akolam = 2 π r2 = 2 x π x 2552 = 408564.125 m2 · Kedalaman Kolam Pelabuhan Dengan memperhitungkan gerak isolasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin dan arus pasang surut, kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah muka air rencana. Sehingga, didapatkan kedalaman kolam putar : dp = 1,1 x D = 1,1 x 11 = 12,1 m ( 12 m · Perencanaan belokan atau tikungan Sumber : buku Pelabuhan hal 120 Dari perhitungan sebelumnya didapat lebar alur untuk satu jalur pelayaran = 117.26 m dan lebar alur untuk dua jalur pelayaran = 257.07 m · Panjang alur sebelum belokan = 5 * Loa = 5 * 170 m = 850 m · Radius Land ( R ) R ( 3L untuk ( < 250 R ( 5L untuk 250 < ( 350 Dengan : R = jari-jari belokan L = panjang kapal ( = sudut belokan Dipakai ( = 300 R ( 5L untuk 250 > ( 30.000 0,25 0,15 0,15 0,12 0,30 0,20 0,15 0,15 (Bambang Triatmodjo, hal. 170) Berdasarkan tabel diatas untuk kapal dengan DWT = 25.000 m3 yaitu antara 10000 - 30000, kecepatan merapatnya = 0,15 m/dt. Untuk perencanaan dianggap bahwa benturan maksimum terhadap fender terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga pada sudut 100 terhadap sisi depan dermaga. Sudut datang = 10o V = V sin 10o = 0.15 sin 10o = 0.026 m/detik · Menghitung Cm (Koefisien Massa) (Bambang Triatmodjo, 171) Dengan : Cb = koefisien blok kapal D = darft kapal (m) B = lebar kapal (m) Lpp = panjang kapal pada sisi air (m) (0 = berat jenis air laut (1,025 t/m3) Sehingga diperoleh : (Bambang Triatmodjo, 170) = 2.01 Berdasarkan nilai Cb = 0.759 (diambil nilai Cb min dalam grafik = 0,2) maka dari gambar 6.19 (hal. 172-B, Bambang Triatmodjo) diperoleh : = 0.252 Jadi, r = LOA*0.252 = 170*0.252 = 42.84 m Untuk kapal yang bersandar di dermaga L = ¼ . LOA (Bambang Triatmodjo, 172) = ¼ . 170 = 42.5 m · Menghitung Ce (Koefisien Eksentrisitas) dimana : L = Jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai titik sandar kapal. r = Jari – jari putaran disekeliling pusat berat kapal pada permukaan air. Maka energi benturan kapal tanker untuk DWT = 25000 m3 dengan Cc dan Cs = 1 adalah Energi yang membentur dermaga adalah ½ E. Akibat benturan sebesar ½ E tersebut dermaga memberikan perlawanan sebesar ½ F d. Dengan menyamakan kedua nilai tersebut maka ½ E = ½ F d F d = E F d = 108200 kg cm Diasumsikan energi benturan yang terjadi diterima 1 fender. Perencanaan Dengan Fender Karet Digunakan fender Hollow cylindrical gaya bentur yang diserap oleh sistem tanker. Gaya aksi = gaya reaksi · ½ E = ½ F d (Bambang Triatmodjo hal 205) Dimana : F = gaya bentur yang diserap sistem tender D = refleksi fender (draft) V = komponen kecepatan dalam arah lurus sisi dermaga W = bobot kapal bermuatan penuh Energi yang diterima = E Energi yang diterima = ½ E · F = E = 1.082 tm · Berdasarkan tabel 1 dari tabel performance, digunakan fender tipe C400H – RH nilai defleksi maksimum = 1.4 tm · Dari tabel Fender Systems Quay fenders – Hollow Cylindrical ( Diameter luar = 400 mm ( Diameter dalam = 200 mm ( L = 6 m ( Energi = 1.4 tm ( Gaya = 17.7 t Digunakan · F = ½ E = 0.541 tm · Berdasarkan tabel 1 dari tabel performance, digunakan fender tipe C400H – RH nilai defleksi maksimum = 1.4 tm · Dari tabel Fender Systems Quay fenders – Hollow Cylindrical ( Diameter luar = 254 mm ( Diameter dalam = 127 mm ( L = 6 m ( Energi = 0.55 tm ( Gaya = 11.2 t · Menentukan r, untuk kapal tangker dengan bobot 5000 – 200000 DWT log r = - 1.055 + 0.65 . log DWT (Bambang Triatmodjo, 208) log r = - 1.055 + 0.65 . log 25000 = - 1.055 + 2.859 = 1.804 r = 63.68 cm · Menentukan jarak antar Fender (L) L= (Bambang Triatmdjo hal 208) Dengan: L= jarak maksimum antar fender (m) r = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m) h = tinggi fender (m) Fender jenis C400 H-RH Maka : H = 40 cm DWT = 25000 ton sehingga : L = L = = 118.227 cm = 1.18227 m ≈1.2 m Diasumsikan energi benturan yang terjadi diterima 1 fender F = E = 1.082 tm Berdasarkan tabel 1 maka digunakan fender C 400 H …..RH Dengan nilai defleksi maksimal = 1.4 m Gambar. posisi kapal pada waktu membentur fender Jumlah fender yang dibutuhkan Data – data : - Panjang dermaga (L) = 170 m - Jarak antar fender = 1.2 m - Jumlah fender = n - Panjang bidang tumbuk = 1/5 . LOA = 1/5 . 170 = 34 m EMBED Equation.3 BAB IV Perencanaan Alat Penambat Penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan berikut : 1. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerakan kapal yang disebabkan oleh gelombang, arus dan angin. 2. Menolong berputarnya kapal. Alat penambat ini bisa diletakkan di darat (dermaga) dan di dalam ait. Menurut macam konetruksinya alat penambat dapat dibedakan menjadi : 1. Bolder pengikat Bolder digunakan sebagai tambatan kapal yang berlabuh dengan mengikatkan tali-tali yang dipasang pada haluan, buritan dan badan kapal ke dermaga. Bolder ini diletakkan pada sisi dermaga dengan jarak antar bolder adalah 15 – 25 m. Bolder dengan ukuran yang lebih besar (corner mooring post) diletakkan pada ujung-ujung dermaga atau di pantai di luar ujung dermaga. 2. Pelampung penambat Pelampung penambat berada di dalam kolam pelabuhan atau di tengah laut. 3. Dolphin Dolphin adalah konstruksi yang digunakan untuk menambat kapal tangker berukuran besar yang biasanya digunakan bersama-sama dengan pier dan wharf untuk memperpendek panjang bangunan tersebut. Pada perencanaan ini yang digunakan adalah bolder pengikat. Tali penambat diikatkan pada alat penambat yang dikenal dengan bitt yang dipasang disisi dermaga. Tali – tali pengikat penambat diikatkan pada alat penambat yang disebut dengan “Bitt“ yang dipasang sepanjang sisi dermaga. Bitt dengan ukuran yang lebih besar disebut “Bollard“ yang diletakan pada kedua ujung dermaga / tempat yang agak jauh dari sisi muka dermaga. Ukuran kapal (GRT) Jarak maksimum (m) Jumlah min./ tambatan ~ 2000 2001 – 5.000 5.001 – 20.000 20.001 – 50.000 50.001 – 100.000 10 - 15 20 25 35 45 4 6 6 8 8 Penambat Bitt : berdasarkan tabel 7-5, dimana untuk GRT (20001 – 50000); dalam hal ini ukuran (DWT 25000) · Perencanaan Bollard Gaya tarikan kapal = 50 ton (tabel 6.2. Bambang Triatmodjo, hal. 174) Direncanakan : · ( bolder = 40 cm ( Digunakan 2 buah ) · jarak dari tepi = 1.0 m karena digunakan 2 bolder maka P = 150 ton / 2 = 75 ton. Selain gaya horisontal, juga bekerja beberapa gaya vertikal sebesar 0.5 kali gaya horisontal, V = 75 ton / 2 = 37.5 ton. Α = 30o P = 75 ton V = 75 sin 30o = 37.5 ton H = 75 cos 30o = 64.952 ton N = 64.952 sin 30o = 32.476 ton R = 64.952 cos 30o = 56.25 ton Dengan : P = gaya tarik kapal H = gaya tarik boulder V = gaya cabut Posisi gaya bollard : Menentukan jumlah baut dan dimensi plat : Direncanakan : · = 1400 kg/cm2 · d = 2 in = 5.1 cm · V = 37.5 ton Gaya baut ijin : = ¼ ( x d2 x 0.6 x = ¼ ( x 5.12 x 0.6 x 1400 = 17159.693 kg = 17.16 ton Jumlah baut (n) : n = buah baut direncanakan 2 baris ( 3 baut ( 5.1 cm Dimensi Plat Digunakan Beton K225 σb = 75 kg/cm2 (PBI 71) τb = 16 kg/cm2 · B = 40 + 20+ 20 = 80 cm M = H x h = 64.952 x 0.5 = 32.476 tm L = ( 60 cm Jadi, digunakan plat beton ukuran 60 cm x 80 cm. Perhitungan gaya bolder : Data-data yang ada : Jumlah baut ( n ) = 6 buah baut (2 baris baut) dengan ( 5.1 cm V= 37.5 ton H=64.952 ton M = 3247600 kg cm = < ( = = 7.8125 ( 67.658 (maks = 75.4705 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 (min = -59.8455 kg/cm2 < 1400 kg/cm2 Gaya baut (H) = 64.952 ton = 64952 kg 1 baut= = 10825.333 kg q = = 541.267 kg/cm M = ½ x q x l2 = ½ x 541.267 x 102 = 27063.333 kgcm W = 1/6 x 20 x t2 = 3,333t2 ( = 1400 = t2 = t = 5.8 cm ( 6 cm (maks =75.4705 kg/cm2 (min = -59.8455 kg/cm2 = 59.8455 (80 – x) = 75.4705 x 59.8455 x - 4787.64 = 75.4705 x x = 35.381 cm a = 35.381 – 10 = 25.381 cm ( Ma = 0 M + V.a – F.b = 0 32476 + (37500 x 25.381) – (F x 60) = 0 F = 16404.392 kg F baut = kg Gaya sebesar F = 5468.131 kg ini diterima oleh lekatan beton dengan baut, dimana (b = 16 kg/cm2 F = ( x d x L x (b 5468.131 = ( x 5.1x L x 16 L = 21.331 ( 25 cm Jadi panjang baut yang dipakai = 25 cm. Kekuatan tarik angker P = ¼ ( x d2 x 0.6 x P = 17.16 ton ( persamaan 1 ) Kekuatan lekatan antara angker dengan beton dianggap sama. Kuat tekan beton P = 0.58 x ( x d x x L ( persamaan 2 ) Persamaan 1 = persamaan 2 ¼ ( x d2 x 0.6 x = 0.58 x ( x d x x L = 24.621 cm Panjang angker / baut digunakan L = 25 cm BAB V Perhitungan Tinggi Dermaga Diketahui : - Tinggi pasang maksimum = + 4.0 m - Tinggi surut maksimum = - 2.5 m - Draft = 11.0 m Elevasi dasar pengerukan (H) H = 1.15 D + surut = 1,15 * 11 + 2.5 = 14.6 m Jadi elevasi dasar pengerukan = - 14.6 m dari muka air + 0,00 Tinggi dermaga = Elevasi dasar pengerukan + tinggi pasang + 0.5 = 14.6 + 4.0 + 0.5 = 19.1 m BAB VI Perhitungan Kebutuhan Storage Area PERHITUNGAN KEBUTUHAN STORAGE AREA Kapasitas terminal (x) = 4.000.000 m3 / th Waktu penyimpanan (n) = 3 minggu Through put (y) = 25.000 m3/th Factor accupancy (Fs) = 0,5 Peak factor / faktor puncak (Fp) = 1,4 · Kebutuhan area (gross area) S = S = S = 3.84 m · Panjang dermaga (Lp) LP = n . LOA + (n – 1) 15 + 50 = 1 . 170 + (1 – 1) 15 + 50 = 170 + 50 = 220 m Luas Total (At) = S x Lp = 3.84 x 220 = 844.8 m2 = 0,08448 ha Direncanakan 4 tangki dalam terminal pelabuhan curah basah tersebut, dengan susunan tangki-tangki sebagai berikut : Direncanakan diameter tangki sebesar 40 m, sehingga luas untuk satu (1) tangki adalah : A = ¼ ( d2 = ¼ ( (30)2 = 706.858 m2 Dengan memperhatikan kapasitas 1 kapal tangker sebesar 50.000 m2, jadi volume untuk satu tangki. Vt = = 6250 m3 Dengan volume untuk 1 tangki yang direncanakan dapat diketahui tinggi dari tangki tersebut, yaitu sebesar : V = ¼ (d2 t = ¼ ( (30)2 t t = = 8.845 m ≈ 10 m BAB VI Perhitungan Kapasitas Tangki · Volume masukan (dari kapal) tiap kali memasukkan muatan 50.000 m3 dengan rata-rata selang waktu bongkar muat. = = 14 hari Jadi kapal bersandar 14 x / hari · Asumsi · Diameter tangki = 30 m · Tinggi tangki = 10 m V = ¼ (.d2*t = ¼ ( *302 . 10 = 7068.583m3≈7000 m3 Volume Total = V x Jumlah Tangki = 7000 x 4 = 28000 m3 · Untuk memenuhi jumlah volume yang masuk, maka direncanakan dengan 4 (empat) buah tangki. · Diasumsikan waktu untuk mengalirkan = 16 jam Volume yang akan dialirkan = 25.000 m3 Sehingga Qutflow pada kapal, yaitu : = = = 1562.5 m3/jam = 0.434 m3/detik · Qutflow pada tiap-tiap tangki : = = 437.5 m3/jam = 0.122 m3/dt BAB VII Perencanaan Kontruksi Pemecah Gelombang Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pelabuhan dari ganguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dilaut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dan kapal keluar/masuk pelabuhan melalui celah tersebut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa meakukan bongkar muat barang dengan mudah. Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Lay out pemecah gelombang tergantung pada arah gelombang dominan, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang diperlukan untuk melayani trafik pelabuhan tersebut. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air, tinggi pasang surut, tinggi pasang surut dan gelombang, tipe pemecah gelombang dan bahan konstruksi, ketenangan pelabuhan yang diharapkan, traspor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan. Elevasi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang tertinggi dan dihitung dengan menggunakan run up gelombang, yaitu naiknya gelombang pada permukaan pemecah gelombang sisi miring. Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi pemecah gelombang sisi miring, sisi tegak dan campuran. Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap dan sebagainya. Diketahui: Kedalaman = -10.0 m Kemiringan dasar laut = 1:50 Tinggi gelombang = 3 m Peride gelombang = 7-10 detik (diambil 10 detik) HWL = 4.0 m MWL = 0.5 m LWL = -2.5 m Kedalaman air dilokasi bangunaan berdasarkan HWL dan LWL adalah dHWL = 4 - (-10) ( Bambang Triatmodjo, hal. 140 ) = 14 m dLWL = -2.5 – (-10) = 7..5 m dMWL = 0.5 – (-10) = 10.5 m · Penentuan kondisi gelombang direncanakan pemecah gelombang Diselidiki kondisi gelombang pada kedalaman air direncana lokasi pemecah gelombang, yaitu apakah gtelombang pecah atau tidak dihitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah dengan menggunakan gambar 3.22 dan 3.23 untuk kemiringan dasar laut 1 : 50 (Bambang Triatmodjo, hal. 92) · Lo = 1.56 T2 =156 m m · m/dt dari lampiran A (Bambang Triatmodjo, hal. 268) didapatkan · = 0.11109 ( m · m/dt Arah gelombang (arsip pelabuhan ) · Koefisien refraksi (Kr) · Untuk menghitung koefisien pendangkalan, dicari nilai n dengan menggunakan tabel 4.1. Berdasarkan nilai d/Lo diatas didapat n1 = 0.8682. Di laut dalam nilai no = 0.5 ; sehingga koefisien pendangkalan adalah : · H1 = Ks Kr Ho · Ho = = = 1.538 m tinggi gelombang ekivalen H’o = Kr * Ho = 1 * 1.538 = 1.538 m · = = 0.0016 Dari gambar 3.22 (Bambang Triatmodjo, hal. 92) didapat = 1.438 sehingga Hb = 1.438 * 1.538 = 2.212 m · = = 0.002 Dari gambar 3.23 didapatkan = 1.1 db = 1.1 * 2.212 = 2.433 m Jadi gelombang pecah terjadi pada kedalaman 2.433 m karena db’ < dLWL < dHWL, = 2.433 < 7.5 < 14 m berarti dilokasi bangunan pada kedalaman -10 m gelombang tidak pecah. · Penentuan elevasi puncak pemecah gelombang Elevasi puncak pemecah gelombang dihitung berdasarkan tinggi runup ( pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik (runup) pada permukaan bangunan). Kemiringan sisi puncak gelombang ditetapkan 1 : 2 · Tinggi gelombang dilaut dalam Lo = 1.56 T2 =156 m · Bilangan Irribaren Ir = = = 5.099 Dengan menggunakan grafik pada gambar 5.9 (Bambang Triatmodjo, hal. 141) dihitung nilai runup untuk lapis lindung dari batu pecah (quarry stone) : · Ru = 1.26 * 1.5 = 1.89 m Elevasi puncak pemecah gelombang dengan memperhitungkan tinggi kebebasan 0.5 m · Elpem. gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan = 4 + 1.89 + 0.5 = 6.39 m · Untuk lapis lindung dari tetrapod Ru = 0.9 * 1.5 = 1.35 m · Elpem. gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan = 4 + 1.35 + 0.5 = 5.85 m · Tinggi pemecah gelombang Hpem.gel = Elpem gel – Eldasar laut Hpem.gel = 6.39 – (-10) = 16.39 m (batu pecah) Hpem.gel = 5.85 – (-10) = 15.85 m (tetrapod) · Berat butir lapis bendung Berat batu lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini untuk lapis lindung dari batu (KD=1.2) (Bambang Triatmodjo, hal. 135) Dengan : W = berat butir batu pelindung γr = berat jenis batu pecah γa = berat jenis air laut H = tinggi gelombang rencana θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang KD = koefisien stabilitas · = 0.958 ton ≈ 1 ton · Untuk lapis lindung tetrapod (KD = 7) = 0.164 ton · Lebar puncak pemecah gelombang Lebar puncak pemecah gelombang untuk n = 3 (minimum) · B = (Bambang Triatmodjo, hal. 137) K∆ = 1.04 (koefisien lapis) = = 2.3 m ≈ 3 m · Tebal lapis lindung · T = dengan n = 2 pada tabel 5.3 dan K∆ =1.04 = = 1.5 m · Perencanaan Trunk · Berat butir lapis bendung Berat batu lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini untuk lapis lindung dari batu (KD=1.1) (Bambang Triatmodjo, hal. 135) Dengan : W = berat butir batu pelindung γr = berat jenis batu pecah γa = berat jenis air laut H = tinggi gelombang rencana θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang KD = koefisien stabilitas · = 1.045 ton · Untuk lapis lindung tetrapod (KD = 4.5) = 0.255 ton · Lebar puncak pemecah gelombang Lebar puncak pemecah gelombang untuk n = 3 (minimum) · B = (Bambang Triatmodjo, hal. 137) K∆ = 1.02 (koefisien lapis) = = 2.3 m ≈ 3 m · Tebal lapis lindung · T = dengan n = 2 pada tabel 5.3 dan K∆ =1.02 = = 1.5 m GA USAH DI PRINT BAB VI Perencanaan Kontruksi Pemecah Gelombang Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pelabuhan dari ganguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar dilaut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu dan kapal keluar/masuk pelabuhan melalui celah tersebut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa meakukan bongkar muat barang dengan mudah. Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Lay out pemecah gelombang tergantung pada arah gelombang dominan, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang diperlukan untuk melayani trafik pelabuhan tersebut. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air, tinggi pasang surut, tinggi pasang surut dan gelombang, tipe pemecah gelombang dan bahan konstruksi, ketenangan pelabuhan yang diharapkan, traspor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan. Elevasi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang tertinggi dan dihitung dengan menggunakan run up gelombang, yaitu naiknya gelombang pada permukaan pemecah gelombang sisi miring. Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi pemecah gelombang sisi miring, sisi tegak dan campuran. Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap dan sebagainya. Diketahui: Kedalaman = -25.0 m Kemiringan dasar laut = 1:10 Tinggi gelombang = 3 m Peride gelombang = 7-10 detik (diambil 10 detik) Koefisien refraksi = 0.95 HWL = 4.0 m MWL = 0.5 m LWL = -2.5 m Kedalaman air dilokasi bangunaan berdasarkan HWL dan LWL adalah dHWL = 4 - (-25) = 29 m dLWL = -2.5 – (-25) = 22.5 m dMWL = 0.5 – (-25) = 25.5 m · Penentuan kondisi gelombang direncanakan pemecah gelombang Diselidiki kondisi gelombang pada kedalaman air direncana lokasi pemecah gelombang, yaitu apakah gtelombang pecah atau tidak dihitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah dengan menggunakan gambar 3.22 dan 3.23 untuk kemiringan dasar laut 1 : 10 Lo = 1.56 T2 =156 dari lampiran A bambang triatmodjho didapatkan = 0.19414 dan Ks =0.913 H1 = Ks Kr Ho Ho = = = 3.459 m tinggi gelombang ekivalen H’o = Kr * Ho = 0.95* 3.459 = 3.286 m = = 0.00335 dari gambar 3.22 bambang triatmodjo didapat = 1.49 sehingga Hb = 1.49*3.286 = 4.896 m = = 0.00499 dari gambar 3.23 didapatkan = 0.87 db= 0.87*4.896 = 4.26 m jadi gelombang pecah terjadi pada kedalaman 4.26 m karena db’< dLWL< dHWL, berarti dilokasi bangunaan pada kedalaman -25 m gelombang tidak pecah · Penentuan elevasi puncak pemecah gelombang Elevasi puncak pemecah gelombang dihitung berdasarkan tinggi runup Kemiringan sisi puncak gelombang ditetapkan 1:2 Tinggi gelombang dilaut dalam Lo = 1.56 T2 =156 m Bilangan irribaren Ir = = = 3.606 dengan menggunakan grafik pada gambar 5.9 dihitung nilai run up untuk lapis lindung dari batu pecah Ru = 1.18*3 = 3.54 Elevasi puncak pemecah gelombang dengan memperhitungkan tinggi kebebasan 0.5 m Elpem. gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan = 4 + 3.54 + 0.5 = 8.04 m untuk lapis lindung dari tetrapod Ru = 0.8*3 = 2.4 m Elpem. gel = HWL + Ru + tinggi kebebasan = 4 + 2.4 + 0.5 = 6.9 m Tinggi pemecah gelombang Hpem.gel = Elpem gel – Eldasar laut Hpem.gel = 8.04 – (-25) = 33.04 m (batu pecah) Hpem.gel = 6.9 – (-25) = 31.09 m (tetrapod) · Berat butir lapis bendung Berat batu laois lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini untuk lapis lindung dari batu (KD=4) = 2.299 ton untuk lapis lindung tetrapod (KD=8) = 1.149 ton apabila didekat lokasi pekerjaan pemecah gelombang banyak terdapat batu dengan ukuran/berat sesuai hitungan maka digunakan lapis lindung dari batu pecah dengan berat 2.299 ton · Lebar puncak pemecah gelombang Lebar puncak pemecah gelombang untuk n=3 (minimum) B = = = 3.29 m ≈ 3.5 m · Tebal lapis lindung T = dengan n=2 pada tabel 5.3 dan K∆=1.15 = = 2.194 m · Jumlah batu pelindung Jumlah batu pelindung tiap satuan luas (10 m2) Dihitung dengan rumus N = dengan P=37 pada tabel 5.3 = = 15.929 ≈ 16 butir H min = D + 0,15 . D = 11 + 0,15 x 11 = 12.65 m ( 13 m Kedalaman tidak boleh kurang dari 1.15 kali dari draft maksimum kapal terbesar (buku pelabuhan, B. Trihatmojo hal. 109). 1.5B B OD 20 cm B 4.8B 1.5B 1.5B 1.8B B D = 510 m Bollard ID b a a F V M V 20 cm 10 cm 10 cm 20 cm 20 cm 20 cm 20 cm 80 cm 40 10 10 10 10 h = 30 cm L d t d t 25 LOA 25 fender Kapal Bitt 14.3 m + 00.00 (titik datum) 10 10 40 1.0B 1.8B 1.8B 1.5B 7.6B Draft Kapal Squat & trim Net clearence D B LOA 25 a 0.5 m Max. surut 2.5 m 4,0 m MSL Max pasang PAGE 55 Curah Basah _1182431224.unknown _1182438324.unknown _1182743830.unknown _1182744827.unknown _1182746024.unknown _1182746391.unknown _1182746411.unknown _1182746710.unknown _1182746837.unknown _1182746838.unknown _1182746657.unknown _1182746123.unknown _1182746343.unknown _1182745415.unknown _1182746008.unknown _1182745142.unknown _1182745385.unknown _1182744951.unknown _1182744053.unknown _1182744586.unknown _1182744796.unknown _1182744066.unknown _1182743917.unknown _1182743989.unknown _1182743891.unknown _1182742811.unknown _1182743253.unknown _1182743560.unknown _1182742929.unknown _1182742411.unknown _1182742466.unknown _1182742746.unknown _1182741662.unknown _1182741672.unknown _1182741681.unknown _1182741688.unknown _1182741676.unknown _1182741667.unknown _1182741656.unknown _1182432855.unknown _1182435549.unknown _1182438218.unknown _1182438261.unknown _1182436341.unknown _1182438130.unknown _1182436188.unknown _1182433741.unknown _1182434810.unknown _1182435056.unknown _1182433640.unknown _1182432049.unknown _1182432238.unknown _1182432253.unknown _1182432227.unknown _1182431709.unknown _1182432008.unknown _1182431644.unknown _1182251453.unknown _1182259051.unknown _1182425049.unknown _1182425574.unknown _1182430648.unknown _1182430850.unknown _1182430408.unknown _1182425566.unknown _1182259162.unknown _1182264797.unknown _1182264808.unknown _1182265230.unknown _1182259282.unknown _1182261982.unknown _1182259059.unknown _1182257921.unknown _1182258040.unknown _1182258231.unknown _1182257998.unknown _1182256477.unknown _1182256489.unknown _1182256114.unknown _1182175706.unknown _1182234740.unknown _1182251268.unknown _1182251436.unknown _1182251446.unknown _1182251379.unknown _1182251229.unknown _1182251237.unknown _1182234779.unknown _1182251209.unknown _1182234778.unknown _1182234634.unknown _1182234640.unknown _1182234644.unknown _1182234646.unknown _1182234648.unknown _1182234650.unknown _1182234651.unknown _1182234649.unknown _1182234647.unknown _1182234645.unknown _1182234642.unknown _1182234643.unknown _1182234641.unknown _1182234638.unknown _1182234639.unknown _1182234635.unknown _1182234620.unknown _1182234626.unknown _1182234629.unknown _1182234622.unknown _1182175762.unknown _1182181065.unknown _1182175753.unknown _1182172215.unknown _1182175161.unknown _1182175605.unknown _1182175426.unknown _1182175432.unknown _1182173771.unknown _1182173842.unknown _1182172463.unknown _1116298681.unknown _1182169473.unknown _1116419408.unknown _1116298707.unknown _1116298654.unknown _1087329320.unknown _1115289489.unknown _1087327398.unknown


Comments

Copyright © 2025 UPDOCS Inc.