Laporan Kerja Praktek

May 7, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa laporan kerja praktek di PT. Dharma Lautan Utama (DLU) : Nama : Sekar Purtiantari NRP : 4411 100 004 telah diuji dan disetujui sebagai laporan akhir dari rangkaian Kerja Praktek di PT. Dharma Lautan Utama, mulai tanggal 26 Januari 2015 sampai dengan 27 Februari 2015. Surabaya , Juni 2015 Dosen Pembimbing Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. NIP. 19690610 199512 1 001 Diselesaikan oleh Sekar Purtiantari NRP. 4411100004 Koordinator Kerja Praktek Erik Sugianto,S.T M.T NIP. 19900104 201404 1 001 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kemurahan hati, petunjuk, rahmat serta hikmatNyalah hingga Laporan Kerja Praktek I ini dapat selesai. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen wali saya, Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph. D yang telah membimbing saya dalam proses pengerjaan Laporan Kerja Praktek ini. Begitu juga untuk keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik material maupun moril, serta kepada para karyawan divisi operasi PT. Dharma Lautan Utama kantor pusat dan kantor cabang tanjung perak yang telah membantu kami selama kerja praktek disana, dan teman partner Kerja Praktek Sekar Purtiantari, Muhammad Rid Junata, dan Ahmad Kamalul Mubarak yang selalu sabar berjuang bersama dalam bekerja praktek. Serta semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu disini. Kami berharap Laporan Kerja Praktek II ini kedepannya bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Namun kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya demi kesempurnaan Laporan Kerja Praktek II ke depannya, kritik dan saran sangat kami harapkan. Selebihnya kami mohon maaf apabila ada kata yang salah dan kurang berkenan di hati. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Surabaya, Juni 2015 Penyusun DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN 1 KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 5 DAFTAR TABEL 6 PENDAHULUAN 7 1.1 Latar Belakang 7 1.2 Tujuan 7 1.3 Ruang Lingkup 8 1.4 Metodologi Penelitian 8 GAMBARAN UMUM 9 2.1 Sejarah Perusahaan 9 2.2 Filosofi Perusahaan 9 2.2.1 Visi 9 2.2.2 Misi 9 2.2.3 Motto Perusahaan 10 2.3 Logo Perusahaan 10 2.4 Struktur Organisasi PT. Dharma Lauatan Utama (PT. DLU) 11 2.5 Tugas dan Tanggung Jawab di Divisi Operasi dan Usaha 11 2.6 Operasional Pelayaran PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) 12 2.6.1 Proses Kedatangan dan Keberangkatan Kapal 12 2.6.2 Proses Embarkasi dan Debarkasi Penumpang 13 2.6.3 Proses Bongkar dan Muat Kendaraan 13 2.6.4 Proses Saat Terjadi Kecelakaan Kapal 14 2.6.5 Prosedur Surat dan Sertifikasi Kapal 14 2.6.6 Prosedur Layanan Jasa PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) 15 Gambaran Umum Divisi Operasi dan Usaha 22 3.1 Operasi 22 3.1.1 Perlengkapan yang Digunakan pada Subdivisi PPOK 22 3.2 Pemasaran 25 3.2.1 Standard Operasional Prosedur (SOP) 27 3.3 Layanan Jasa 37 3.3.1 Struktur Organisasi Subdivisi Layanan Jasa 41 Armada PT. Dharma Lautan Utama 43 Perhitungan Biaya Transportasi KM. Kumala BBM Bersubsidi dan Non Subsidi 49 5.1 Biaya Pelayaran (Voyage Cost) 49 5.2 Biaya Operasional (Operating Cost) 50 5.3 Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) 51 5.4 Biaya Modal (Capital Cost) 52 5.5 Analisis dan Perhitungan 53 5.5.1 Pengumpulan Data 53 5.5.2 Perhitungan Biaya Transportasi Laut KM. Kumala 56 5.5.3 Biaya Pelayaran (Voyage Cost) 59 5.5.4 Total Biaya Transportasi KM. Kumala 63 5.5.5 Perbandingan Biaya BBM Subsidi dan Non Subsidi 63 5.5.6 Pendapatan KM. Kumala 64 KESIMPULAN 68 LAMPIRAN 69 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Logo PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) 10 Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) 11 Gambar 3. Alur Permintaan Barang pada PT. DLU 17 Gambar 4. Alur Pengeluaran Barang pada PT. DLU 18 Gambar 5. Alur Pengadaan Perbekalan Pelumas 20 Gambar 6. Alur Pengadaan Perbekalan Bahan Bakar Minyak 20 Gambar 7. VHF milik Subdivisi PPOK Kantor Pusat 22 Gambar 8. Telepon Satelit 23 Gambar 9. Program Meta-Fisheries 24 Gambar 10. Laporan BMKG Gelombang per tanggal 3 Februari 2015 24 Gambar 11. Database Mitra Usaha Ekspedisi 26 Gambar 12. Struktur Organisasi Subdivisi Layanan Jasa 41 Gambar 13. Komponen Voyage Calculation 49 Gambar 14. Pengelompokkan Charter Kapal 53 DAFTAR TABEL Tabel 1. Penjelasan Alur Permintaan dan Pengeluaran Barang di PT. DLU 18 Tabel 2. Peralatan dan Perlengkapan Promosi 27 Tabel 3. Zona Tarif Kapal PT. DLU 31 Tabel 4. Golongan dan Jenis Muatan Lintas Panjang 35 Tabel 5. Daftar Layanan PT. Dharma Lautan Utama 38 Tabel 6. Daftar Jumlah Pramugari dan Penempatannya 41 Tabel 7. Daftar Kapal PT. DLU pada Lintas Panjang 43 Tabel 8. Daftar Kapal PT. DLU Lintas Pendek 45 Tabel 9. Spesifikasi KM. Kumala 54 Tabel 10. Rincian Biaya Operasional KM. Kumala 55 Tabel 11. Tarif Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Trisakti 55 Tabel 12. Daftar Tarif Penumpang dan Kendaraan pada KM. Kumala 55 Tabel 13. Rincian Biaya Pengawakan Kapal KM. Kumala 56 Tabel 14. Rincian Biaya Sub Kontraktor di KM. Kumala 57 Tabel 15. Jumlah Orang yang Berada diatas KM. Kumala 58 Tabel 16. Estimasi Kebutuhan air bersih setiap orang per hari 58 Tabel 17. Rincian Biaya Asuransi dan Administrasi KM. Kumala 59 Tabel 18. Rincian Tarif Penumpang dan Kendaraan KM. Kumala 64 Tabel 19. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan 100% dengan Total Biaya Transportasi 64 Tabel 20. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan 50% dengan Total Biaya Transportasi 65 Tabel 21. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan Kondisi Riil di Lapangan dengan Total Biaya Transportasi 65 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan akan kuatnya sektor transportasi, khususnya transportasi laut bagi negara kepulauan seperti Indonesia merupakan suatu dasar dalam kehidupan ekonomi dan bangsa yang berkualitas. Sesuai dengan program pemerintah dalam upaya memberdayakan industri pelayaran nasional sebagai salah satu usaha di sektor transportasi laut, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi khusus yang tinggi di sektor tersebut agar dapat mengelola industri pelayaran nasional secara optimum. Salah satu cara untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tersebut adalah dengan melalui dunia pendidikan. Melalui pendidikan pula dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sudah ada. Dan Jurusan Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan salah satu program yang dibangun untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di sektor transportasi laut. Untuk mendukung prosees belajar peserta didik di jurusan tersebut, maka salah satu program yang harus dipenuhi adalah melakukan Kerja Praktek(KP) di perusahaan di sektor transportasi laut. PT Dharma Lautan Utama merupakan salah satu perusahaan pelayaran terbesar yang bergerak di bidang pelayanan jasa transportasi laut di Indonesia. Dengan adanya peserta didik yang melakukan Kerja Praktek di PT Dharma Lautan Utama, diharapakan mahasiswa bisa melengkapi pemahaman mengenai dunia bisnis pada sektor pelayaran, terlebih di bidang pelayaran ferry. Sehingga mahasiswa memiliki pengalaman langsung merasakan atmosfer industri pelayaran. Selain itu, dengan adanya kegiatan ini diharapkan mahasiswa bisa belajar mengenai berbagai macam manajemen dan strategi yang dibutuhkan dalam dunia pelayaran dengan langsung belajar dari para ahlinya. Dengan demikian mahasiswa akan lebih mudah mendapatkan pemahaman tentang manajemen dan strategi dalam dunia industri. Tujuan Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Memahami organisasi yang ada dalam perusahaan pelayaran beserta manajerialnya. 1. Melakukan pembelajaran kepada proses manajemen bisnis di dalam sebuah perusahaan pelayaran ferry layaknya sebuah industri. 1. Mempelajari proses pertambahan nilai(bisnis) yang ada pada perusahaan pelayaran ferry sehingga menghasilkan sebuah keuntungan. 1. Mempelajari proses penentuan tarif pelayaran beserta dengan analisis yang dilakukan. Ruang Lingkup Agar masalah yang dibahas menjadi jelas arah dan tujuannya, untuk itu saya membuat batasan sebagi berikut: 1. Fokus pada bagian Divisi Operasi dan Usaha PT. DLU dan PT. DLU cabang Perak 2. Bagian lain hanya gambaran umum. Metodologi Penelitian Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder adapun klasifikasi data yang dipeoleh terdiri dari : 1. Data primer meliputi : · Melakukan observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati. · Melakukan wawancara yaitu mengumpulkan informasi secara langsung dengan melakukan wawancara kepada narasumber. · Melakukan dokumentasi yaitu melengkapi data yang diperlukan dengan mencari dan mencatat beberapa dokumen dalam perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas serta dengan pengambilan foto-foto di lapangan. 2. Data sekunder meliputi data yang diperoleh dari website PT.DLU. GAMBARAN UMUM 1 Sejarah Perusahaan Kondisi Indonesia yang memiliki geografis unik dengan banyaknya pulau yang dihubungkan oleh lautan, menjadi dasar utama berdirinya perusahan PT Dharma Lautan Indonesia. Kebutuhan akan pentingya transportasi laut sebagai sarana perpindahan manusia dan barang ditanggapi dengan baik oleh Bapak Soekarno(Alm) dengan mendirikan perusahaan ini. PT Dharma Lautan Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada industri transportasi laut. Peursahaan ini mengambil pasar angkutan laut jenis ferry dengan muatan angkutan berupa penumpang(manusia), barang dan kendaraan darat. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 Februari 1976 dengan bekal armada sebanyak 3 unit. PT. Dharma Lautan Utama didirikan oleh Alm. Bapak Seokarno (DL 1) pada 15 februari 1976. Awalnya PT DLU hanya memiliki 3 buah kapal yang disewakan kepaada PJKA. Pada tahun tersebut pula PT DLU membangun kapal baru pertamanya yang kemudian diberi nama KMP. Joko Tole yang beroperasi pada jalur Ujung-Kamal. Sedangkan kantor utamanya masih terletak di jalan Pandan No. 12 Surabaya. Pada tahun 1977 kapal kedua yaitu KMP. Trunojoyo beroperasi di jalur Ujung-Kamal juga. Setelah Bapak Seokarno meninggal perusahaan dipimpin oleh ibu Seokarno (DL 2). Filosofi Perusahaan Visi · Layanan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia · Dioperasikan oleh manusia Indonesia yang professional dengan perlengkapan teknologi lanjut · Menjamin mutu layanan jasa dengan standart internasional · Memberi nilai tambah maksimal · Mempunyai daya saing bisnis tinggi Misi · Misi Sosial · Memberikan jasa pelayanan penyebrangan atau pelayaran antar pulau dengan harga terjangkau oleh masyarakat. · Misi Ekonomi · Memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan regional · Memberikan nilai tambah yang maksimal bagi pemakai jasa penyebrangan atau pelayaran · Misi Bisnis · Mendapatkan keuntungan yang wajar dan kepuasan pemakai jasa guna mempertahankan keberadaan usaha · Mendapatkan pertumbuhan perusahaan yang terbaik · Memberikan kepuasan maksimal bagi pemilik modal, karyawan, pemasok atau mitra bisnis Motto Perusahaan Kami melayani Negeri (we serve the nation). “Anda adalah tamu kami yang terhormat”. Logo Perusahaan Logo merupakan cerminan sikap dan semangat insan “Dharma Lautan” untuk meningkatkan kinerja dan melakukan perbaikan yang dilandasi oleh pemikiran dan kerja keras dalam upaya memenuhi dan bahkan melampaui kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Visualisasi logo: Gambar 1. Logo PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) Jangkar Biru Jangkar biru yang kokoh merupakan ekspresi keteguhan dan kesungguhan untuk berdharma bakti dalam dunia kebaharian Huruf DL merah Mencerminkan semangat serta cita-cita mulia para perintis dan pendiri Dharma Lautan Utama. Dua pasang Alun besar dan Kecil Melukiskan nusantara yang terdiri dari samudra dan lautan, pulau dan kepulauan terangkai satu Secara keseluruhan dapat diartikan; · Keteguhan, kesungguhan, dan semangat untuk mendharmabaktikan segenap tenaga dan pikiran dalam dunia kebaharian. · Dilandasi cita-cita luhur pendiri dan perintis. · Melayani nusantara melalui jalur hubungan laut, merekatkan tanah air, insan dalam ikatan kesatuan melalui sikap dan tata laku dalam Indonesia raya sebuah kawasan bahari. · Berjuang dengan pikiran dan kerja keras untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan era yang dinamik dalam bidang teknologi dan jasa layanan. · Terus berpikir dan melangkah ke arah kebaikan serta kejayaan sebagai perusahaan yang solid serta mampu bergerak maju dan bertahan di atas riak kehidupan masyarakat. Struktur Organisasi PT. Dharma Lauatan Utama (PT. DLU) Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) Tugas dan Tanggung Jawab di Divisi Operasi dan Usaha Disini akan dibahas mengenai tugas dan tanggung jawab personal dari divisi operasi yang mana divisi ini juga dibagi menjadi 3 subdivisi lagi antara lain Operasi, Jasa, Promosi Usaha, dan Marketing (dihandle langsung oleh manajer operasi). Divisi operasi dan usaha dipimpin oleh direktur Operasi dan Usaha dimana direktur operasi dan usaha ini dibantu oleh manajer dalam menjalankan tugasnya. Dan manajer dibantu oleh asisten manajer dalam membantu tugasnya, yang mana para asisten manajer juga dibantu staff. Operasional Pelayaran PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) Proses Kedatangan dan Keberangkatan Kapal 1. Kapal memberitahukan kepada Kantor Cabang mengenai waktu kedatangannya 1. Kantor cabang mengajukan Permohonan Pelayanan Kapal dan Barang/PPKB kepada PPSA di Pelabuhan (pengajuan dilakukan maksimal 1 (satu) hari sebelum kapal tiba) 1. Perwakilan dari kantor cabang mengikuti rapat sandar kapal di PPSA 1. Kantor cabang memberitahukan hasil plotting sandar kepada kapal 1. Sebelum kapal memasuki alur pelabuhan, kapal menginformasikan kepada menara kepanduan untuk izin masuk alur dan persiapan pandu tunda 1. Kapal menghubungi kantor cabang untuk mempersiapkan proses sandar kapal 1. Setelah persiapan selesai, kapal tiba dan sandar di dermaga yang sudah direncanakan sebelumnya 1. Proses selanjutnya ialah proses debarkasi penumpang, dan bongkar kendaraan 1. Setelah proses debarkasi dan bongkar kendaraan selesai, seluruh Tim Kebersihan membersihkan seluruh area penumpang, dan car deck 1. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, dilakukan juga pemenuhan kebuttuhan-kebutuhan kapal, seperti BBM, air bersih, persediaan makanan, dll 1. Sementara itu, di kantor cabang mengurus surat-surat yang dibutuhkan kapal untuk berlayar, seperti Surat Izin Berlayar, permintaan pandu dan tunda 1. Muatan (kendaraan) yang sudah siap di Pelabuhan, dimuat kedalam kapal. Pengaturan muatan dilakukan oleh Mualim I, dan perwira lainnya sesuai dengan informasi manifest sebelumnya 1. Setelah pemuatan kendaraan selesai, proses embarkasi dilakukan. Penumpang kapal dari PT. DLU sebelumnya telah melakukan boarding pass di Terminal Penumpang RoRo dan diberikan gelang sebagai penanda penumpang 1. Setelah proses muat kendaraan dan embarkasi penumpang selesai, pihak dari Syahbandar didampingi oleh pihak kapal melakukan survey terhadap kesesuaian jumlah muatan serta kondisi alat-alat keselamatan kapal 1. Pemeriksaan kapal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kapal telah siap untuk berangkat sesuai dengan persyaratan sebelumnya. Jika kapal telah memenuhi persyaratan, maka Syahbandar mengeluarkan Surat Izin Berlayar untuk kapal 1. Kapal berangkat sesuai dengan tujuannya. Proses Embarkasi dan Debarkasi Penumpang 0. Penumpang yang memiliki tiket keberangkatan, diarahkan ke ruang embarkasi penumpang (terminal penumpang) untuk melakukan boarding pass 0. Didalam terminal penumpang (ruang embarkasi) dilakukan pemeriksaan identitas penumpang, dan kondisi kesehatan penumpang. Setelah itu, penumpang diberikan “Gelang Penanda”. Gelang ini berfungsi sebagai identitas penumpang kapal PT. DLU 0. Setelah pemuatan kendaraan selesai, maka penumpang diarahkan menuju kapal melalui tangga penumpang/rampdoor oleh petugas lapangan dengan menunjukkan “Gelang Penanda” sebelumnya 0. Penumpang diarahkan menuju ruang penumpang di kapal oleh Mualim II dan pramugari (bila ada) untuk menjaga ketertiban 0. Proses embarkasi penumpang dianggap selesai bila jumlah penumpang telah mencapai batas maksimal yang ditentukan atau waktu keberangkatan telah tiba. Petugas di kapal memberitahukan kepada seluruh penumpang, bahwa kapal akan segera tiba di pelabuhan tujuan. Sehingga penumpang dapat segera mempersiapkan diri untuk proses debarkasi. Setelah kapal sandar dan fasilitas debarkasi sudah siap (tangga penumpang/rampdoor), maka proses debarkasi penumpang dilakukan terlebih dahulu sebelum bongkar kendaraan, kecuali kendaraan yang menghalangi jalan keluar penumpang (berada di dekat rampdoor). Proses Bongkar dan Muat Kendaraan Proses Bongkar (Debarkasi) Kendaraan 0. Bongkar kendaraan dilakukan setelah debarkasi penumpang selesai dilaksanakan 0. Mualim I memberikan perintah kepada Kelasi untuk mempersiapkan debarkasi (bongkar) kendaraan 0. Kendaraan yang siap dikeluarkan (setelah sopir siap di atas kendaraan), dilakukan pelepasan tali (lashing) dan kayu pengganjal 0. Selama proses bongkar kendaraan, dilakukan pengawasan oleh pihak security kapal, agar tidak ada orang lain yang berada di geladak kendaraan 0. Kasie Operasi bertanggung jawab terhadap proses bongkar (debarkasi) kendaraan. Proses Muat (Embarkasi) Kendaraan 0. Sebelum proses pemuatan kendaraan, dilakukan pemeriksaan administrasi oleh kantor cabang terlebih dahulu. Dokumen yang harus dipenuhi adalah : · Fotokopi BPKB, STNK, SIM masing-masing sebanyak 3 (tiga) lembar · Menunjukkan STNK dan SIM yang asli · Membeli tiket dan pencatatan jenis dan nomor kendaraan Namun, sebelum pembelian tiket dilakukan. Pemilik kendaraan harus memesan terlebih dahulu. 0. Selain ABK dan pengemudi kendaraan, dilarang berada di geladak kendaraan 0. Kendaraan yang masuk kapal, harus diketahui muatan dan beratnya dilihat dari keterangan KIR kendaraan tersebut 0. Untuk memperlancar proses masuknya kendaraan ke dalam kapal, maka dilakukan pengaturan kendaraan di darat terlebih dahulu 0. Jumlah kendaraan yang dimuat harus dikoordinasikan oleh kantor cabang kepada Nahkoda/Mualim I 0. Mualim I mengatur posisi kendaraan di atas geladak kendaraan, dengan memerhatikan stabilitas kapal dan informasi muatannya Kendaraan yang telah masuk ke geladak kendaraan diikat ke badan kapal, telah dihandrem, diberikan kayu pengganjal ban dan tiang penyangga kendaraan (untuk kendaraan yang besar). Proses Saat Terjadi Kecelakaan Kapal Pada saat kapal beroperasi, peluang akan terjadinya kecelakaan kapal cukup besar. Terdapat 3 (tiga) penyebab utama dari kecelakaan kapal tersebut, yakni faktor alam, faktor human error dan faktor sistem manajemen perusahaan. Dengan adanya peraturan, baik aturan Internasional maupun Nasional tentang keselamatan kapal, diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan. Namun, apabila kecelakaan tetap terjadi, maka dibutuhkan prosedur-prosedur penanganan ketika terjadi kecelakaan. Berikut adalah bagan dari prosedur penanganan kecelakaan kapal. Prosedur Surat dan Sertifikasi Kapal Sertifikat kapal terdiri dari : 1. Surat Laut, dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Surat Ukur Internasional (International Tonnage Certificate 1969), dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang (Passanger Ship Safety Certificate), dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak (International Oil Pollution Prevention Certificate), dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Sertifikat Klasifikasi Mesin (Certificate of Classification for Machinery), dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). 1. Sertifikat Klasifikai Lambung (Certificate of Classification for Hull), dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). 1. Sertifika Garis Muat (Load Line Certificate), dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). 1. Surat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate), dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Surat Penetapan Rute dan Trayek Kapal, dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Izin Stasiun Radio Kapal Laut (Ship Station License), dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. 1. Dukumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan, dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan. 1. Sertifikat Liferaft 1. Sertifikat Tabung Pemadam Kebakaran 1. Surat Tikus Prosedur Layanan Jasa PT. Dharma Lautan Utama (PT. DLU) Prosedur Pra Keberangkatan Layanan pra keberangkatan merupakan layanan yang diperuntukkan kepada pelanggan yang berada di kantor cabang sebelum memasuki area terminal. Layanan yang diberikan pada pra keberangkatan ini meliputi layanan informasi dan layanan ketersediaan tiket. Untuk layanan informasi ini digunakan PT. DLU sebagai media pemberitahuan kepada pelanggan mengenai jadwal keberangkatan, harga tiket, fasilitas dan pelayanan yang diberikan PT. DLU. Dalam penyampaian informasi, digunakan 2 (dua) metode, yakni verbal dan non-verbal. Layanan informasi verbal disampaikan secara langsung, diantaranya melalui informasi via telepon (operator), layanan informasi di kantor cabang (yang disampaikan oleh staff), welcoming and farewell greetings di kapal, aneka informasi yang berkaitan dengan fasilitas dan pelayanan di kapal yang disampaikan melaui audio kapal oleh pramugari, perwira, atau crew kapal. Sedangkan informasi non-verbal ini berupa tulisan (spanduk, poster, brosur, pamphlet, flyer) yang berisi fasilitas kapal, layanan kapal, harga tiket, jadwal keberangkatan. Informasi ini ditempel di atas kapal, kantor cabang dan area pelabuhan. Layanan ketersediaan tiket ini bertujuan untuk menjaga kualitas dari pelayanan tiket kapal. Dengan mengusahakan adanya ketersediaan tiket kapal setiap waktu, berupa pelayanan di kantor cabang selama 24 jam. Prosedur di Terminal Penumpang Layanan di Terminal Penumpang ini merupakan layanan yang diberikan kepada penumpang kapal sebelum memasuki kapal. Pelayanannya terdiri dari layanan informasi yang disampaikan secara langsung melalui layanan informasi yang tersedia di area terminal penumpang. Informasi ini meliputi fasilitas kapal, layanan yang ada di kapal, harga tiket, lintasan, jadwal keberangkatan. Yang kedua adalah layanan pemberian boarding pass, layanan ini diberikan kepada penumpang yang bertujuan untuk mengatir proses embarkasi penumpang agar lebih teratur. Pelayanan boarding pass dilaksanakan oleh staff portir. Ketiga adalah layanan pemeriksaan kesehatan. Layanan ini ditujukan kepada penumpang yang mengalami gangguan kesehatan oleh petugas medis sebelum naik ke atas kapal. Keempat adalah pelayanan hiburan. Layanan ini bertujuan untuk menghibur penumpang selama menunggu proses embarkasi. Terakhir adalah layanan peminjaman alat permainan supaya para penumpang tidak jenuh ketika menunggu proses embarkasi. Prosedur di Terminal Kendaraan Layanan di Terminal Kendaraan ini merupakan layanan yang ditujukan untuk kendaraan sebelum memasuki kapal. Pelayanannya terdiri dari area parkir kendaraan yang dekat dengan kapal. Layanan ini ditujukan untuk memaksimalkan kecepatan proses masuknya kendaraan ke kapal. Yang kedua adalah layanan pencucian ban kendaraan para pelanggan. Hal ini sangat menguntungkan pengemudi dan pihak PT. DLU, karena area geladak kendaraan akan terjaga kebersihannya.ketiga ialah layanan pengukuran tekanan ban kendaraan pelanggan, yang bertujuan untuk menghindari kejadian ban meletus yang dapat berakibat bahaya. Keempat adalah layanan paket selamat datang bagi pengemudi kendaraan. Layanan ini berupa pemberian minuman ringan dan snack untuk pengemudi kendaraan. Terakhir adalah layanan pemarkiran masuk ke area kapal yang diberikan oleh PT. DLU. Prosedur Layanan di Atas Kapal Layanan di kapal ini merupakan layanan yang ditujukan untuk penumpang dan pengemudi kendaraan selama di atas kapal. Pelayanan untuk penumpang terdiri dari fasilitas embarkasi dan debarkasi yakni tangga menuju ruang penumpang dan fasilitas lainnya guna kenyamanan para penumppang. Sedangkan pelayanan untuk pengemudi kendaraan ditujukan demi keamanan dari kendaraannya. Serta terdapat pula fasilitas yang disediakan untuk kenyamanan para pengemudi. Perencanaan, Gudang dan Perbekalan Kapal PT. DLU Perencanaan, Gudang dan Perbekalan ini merupakan proses kegiatan perencanaan perbekalan dan penyediaan barang, spareparts dan perbekalan yang dibutuhkan oleh kapal milik PT. DLU, contohnya adalah bahan bakar kapal, pelumas kapal, suku cadang permesinan kapal. Kegiatan pengadaan ini berada di bawah Seksi Logistik yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Logistik. Pengadaan kebutuhan kapal harus diketahui oleh pihak-pihak yang bersangkutan, antara lain dari pihak kapal, kantor cabang dan kantor pusat. Proses Pengadaan Barang yang Dibutuhkan Kapal Pada PT. DLU sebagai perusahaan pelayaran, kapal merupakan alat produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha ini. Sehingga, kapal yang dimiliki oleh PT. DLU, direncanakan agar selalu siap untuk beroperasi dengan baik. Maka dari itu, guna menjaga kondisi kapal yang selalu siap beroperasi, dibutuhkan proses pengadaan barang untuk kapal yang baik. Berikut adalah alur dari proses pengadaan barang: Nota Permintaan Kantor Cabang Purchasing Vendor Kantor Pusat Armada & Teknik Permintaan Barang 1 2 3 4 5 7 8 6 Gambar 3. Alur Permintaan Barang pada PT. DLU Barang Datang Pembuatan LPB Perencanaan PBR Kantor Pusat Pengeluaran Barang Kapal Gambar 4. Alur Pengeluaran Barang pada PT. DLU Keterangan dari bagan di atas adalah sebagai berikut: Tabel 1. Penjelasan Alur Permintaan dan Pengeluaran Barang di PT. DLU No. Permintaan Barang Pengeluaran Barang 1 Pihak kapal menerbutkan Nota Permintaan atas barang yang dibutuhkan dengan mengetahui Masinis I/KKM (untuk barang yang berhubungan dengan permesinan) atau Mualim I/Nahkoda (untuk barang yang berhubungan dengan dek) yang ditujukan kepada logistik kantor cabang. Setelah barang yang diminta telah tiba di gudang logistik pusat, selanjutnya pihak gudang pusat membuat LPB (laporan penerimaan barang) untuk diserahkan kepada logistik pusat. 2 Kantor cabang melakukan evaluasi atas permintaan Kapal dan memberikan verifikasi permintaan. Setelah disetujui, kantor cabang mneyampaikan permintaan kapal kepada kantor pusat. Bagian gudang melaporkan ke kantor pusat mengenai barang yang telah tiba di gudang melalui LPB tersebut. 3 Kantor pusat (khususnya pada bagian logistik) menghubungi owner surveyor(OS) atau pimpinan proyek dari divisi Armada untuk melakukan evaluasi dan verifikasi atas permintaan tersebut. Sebelum melakukan pengiriman barang ke kapal, maka dibuat perencanaan PBR (pengeluaran barang). PBR tersebut harus diterima oleh kantor pusat, kantor cabang dan kapal sebagai bukti bahwa barang tersebut telah dikirim. 4 OS/pimpro memberikan hasil evaluasi dan verifikasi terhadap permintaan kepada pusat. Selanjutnya dilakukan pengiriman barang dari gudang ke kapal yang bersangkutan oleh cabang. 5 Jika disetujui, maka kantor pusat menghubngi pihak pengadaan barang (purchasing) untuk mmenyediakan barang yang diminta. 6 Pihak OS/pimpro memberikan masukan kepada bagian pengedaan barang mengenai spesifikasi barang tersebut. 7 Pihak pengadaan barang mencari vendor barang yang dibutuhkan. Setelah itu melakukan kesepakatan pembelian barang dengan mengeluarkan Purchasing Order (PO) kepada vendor. 8 Vendor memverifikasi permintaan dari bagian pengadaan barang dan mengirimkan barang ke gudang sesuai dengan permintaan setelah dilakukan sebagian pembayaran. Proses Perencanaan dan Pengadaan Perbekalan Kapal (Pelumas dan BBM) Selain kebutuhan kapal seperti suku cadang (spareparts) untuk kapal, bagian logistik pada kantor cabang juga harus menyediakan perbekalan kapal seperti pelumas dan bahan bakar. Proses pengadaan perbekalan kapal ini berbeda dengan kebutuhan kapal karena sebelumya telah dilakukan perencanaan akan bahan bakar tiap kapal. Sehingga permintaan perbekalan dari kapal dapat disesuaikan dengan perencanaan yang telah dilakukan divisi logistik sebelumnya. Berikut adalah bagan proses pengadaan perbekalan kapal : Gambar 5. Alur Pengadaan Perbekalan Pelumas Keterangan baagan di atas adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan pelumas diawali dengan permintaan pihak kapal kepada kantor cabang dengna mengeluarkan Nota Permintaan. Nota permintaan ini berisikan kuantitas pelumas yang dibutuhkan kapal. 1. Kantor cabang memberitahukan ke kantor pusat mengenai jumlah permintaan pelumas kapal. 1. Setelah mendapatkan persetujuan dari kantor pusat, kantor cabang mengajukan permintaan pelumas kepada pertamina sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan kapal. Permintaan kepada Pertamina harus dilakukan minimal 1 hari sebelum kapal datang. 1. Setelah Pertamina menyetujui dan dilakukan pembayaran, maka pengiriman pelumas dilakukan langsung ke kapal. Gambar 6. Alur Pengadaan Perbekalan Bahan Bakar Minyak Keterangan baagan di atas adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan BBM diawali dengan permintaan pihak kapal kepada kantor cabang dengan mengeluarkan Nota Permintaan. Nota permintaan ini berisikan kuantitas BBM yang dibutuhkan kapal. 1. Kantor cabang menyesuaikan jumlah BBM yang diminta dengan perencanaan BBM sesuai dengan spesifikasi mesin dan rutenya. Kemudian kantor cabang memberitahukan ke kantor pusat mengenai jumlah permintaan BBM kapal. 1. Setelah mendapatkan persetujuan dari kantor pusat, kantor cabang mengajukan permintaan BBM kepada pertamina sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan kapal. Permintaan kepada Pertamina harus dilakukan minimal 1 hari sebelum kapal datang. Namun jika jumlah yang diajukan tidak sesuai dengan kuota yang diberikan oleh Pertamina, maka jumlah kekurangan BBM di kapal dipenuhi dengan membeli BBM industri di pihak lain. 1. Setelah Pertamina menyetujui dan dilakukan pembayaran, maka BBM ditransfer ke tongkang. Hal ini dikarenakan Pertamina menyerahkan pengiriman BBM ke pihak ketiga, sehingga menyebabkan adanya Ongkos Angkut Tongkang (OAT) per liternya. 1. Selanjutnya tongkang mentransfer BBM ke kapal saat kapal sandar. Gambaran Umum Divisi Operasi dan Usaha Dalam struktur organisasi sebelumnya divisi operasi dan usaha dipimpin oleh direktur operasi dan usaha. Divisi ini merupakan pusat kegiatan operasional perusahaan, oleh karena ini divisi ini memiliki 4 subdivisi yaitu subdivisi operasi, jasa, promosi usaha dan marketing. Subdivisi operasi menangani masalah penjadwalan kapal serta pusat kendali operasu kapal yang mana untuk memonitor operasi semua armada milik PT. DLU. 2 Operasi Subdivisi ini dibawah pimpinan asisten manajer operasi. Di subdivisi Operasi menghandle masalah operasional kapal (monitoring kapal) dan penjadwalan kapal. Di bawah subdivisi ini terdapat bagian PPOK yaitu pusat pengendali operasional kapal. PPOK bertanggungjawab memonitoring kapal, PPOK harus mengetahui posisi kapal, kondisi kapal, kondisi cuaca, kecepatan, dan waktu kedatangan kapal pada tujuan berikutnya secara berkala setiap pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB. Kontroling dilakukan menggunakan radio VHF untuk kapal-kapal yang melayani rute ujung-kamal. Pada umumnya kontroling jarak jauh mengandalkan radio jarak jauh bernama SSB, telepon satelit, program meta-fisheries, dan meminta bantuan ke kantor cabang. Apabila ada kasus kecelakaan kapal misalnya kapal mengalami kebakaran atau tabrakan akan langsung diketahui karena subdivisi ini terus berkomunikasi dengan kapal/armada. Langkah utama yang dilakukan apabila ada kecelakaan ialah menghubungi kantor cabang terdekat dari lokasi kejadian. Perlengkapan yang Digunakan pada Subdivisi PPOK Seperti pada paparan sebelumnya, PPOK menggunakan beberapa perlengkapan yang membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Antara lain berupa radio komunikasi jarak dekat maupun jarak jauh, program atau aplikasi pendukung, maupun laporan prakiraan cuaca dari BMKG, serta telepon satelit. · VHF Alat ini biasanya hanya digunakan untuk meghubungi kapal-kapal yang berada di perak atau menghubungi kantor cabang di perak. Gambar 7. VHF milik Subdivisi PPOK Kantor Pusat · HF SSB atau HF Merupakan Alat Komunakasi Yang Menggunakan Sinyal Radio Sebagai Sarana Komunikasi Antara PPOK Pusat Dengan Kapal-Kapal Milik PT. Dharma Luatan Utama. Sayangnya SSB milik PT. DLU sedang mengalami kerusakan sehingga sedikit menyulitkan pihak PPOK dalam memantau kapal-kapal DLU. Sehingga memerlukan bantuan dari cabang untuk memantau kapal-kapal milik DLU. · Telepon Satelit Telfon Satelit Merupakan Salah Satu Alat Komunikasi Yang Juga Digunakan Sebagai Sarana Komunikasi Antara PPOK Pusat Dengan Kapal Milik. Alat Ini Mengggunakan Satelit Sebagai Sarana Komunikasi. Satelit Yang Digunakan Pada Fasilitas Ini Menggunakan Satelit PALAPA. Gambar 8. Telepon Satelit · Program Meta-Fisheries Program Meta-Fisheries merupakan program ship tracking yang menggunakan satelit milik perancis. Program ini digunakan untuk mengetahui dimana posisi kapal dan kecepatan kapal tersebut serta jarak kapal tersebut ke tembat tujuan dapat diukur. Biaya yang harus dikeluarkan untuk program ini senilai RP. 300.000.000 per kapal setiap bulannya, Mengingat tingginya biaya hanya beberapa kapal saja yang didaftarkan di aplikasi ini, Kapal-kapal yang didaftarkan hanya kapal yang memiliki trayek yang ramai. Program akan mengupdate secara automatis setiap 2 jam sekali. Sebenarnya untuk tracking banyak sekali aplikasi yang bisa digunakan, banyak juga yang gratis tetapi biasanya tidak up to date. Contohnya find ship, menggunakan AIS untuk tracking kapal tetapi update setiap seminggu sekali. Untuk itu PT. DLU tidak pernah menggunakan Find ship ataupun aplikasi-aplikasi lain yang gratis. Gambar 9. Program Meta-Fisheries · BMKG Pantauan BMKG dibutuhkan untuk membantu laporan harian karena laporan harian juga terdapat kondisi lapangan operasional. Meskipun biasanya laporan cuaca sudah didapatkan dari crew kapal tapi untuk memverifikasi terkadang juga dilihat di BMKG atau jika laporan dari cabang maupun dari crew kurang lengkap juga menggunakan prakiraan dari BMKG. Gambar 10. Laporan BMKG Gelombang per tanggal 3 Februari 2015 Selain PPOK, subdivisi ini juga menghandle masalah penjadwalan kapal untuk kapal-kapal lintas panjang dan satu rute lintas pendek yang beroperasi di kalianget-jangkar-sapudi-Raas. Jadwal untuk rute lintas pendek diatur oleh ASDP setempat kecuali untuk rute kalianget-jangkar-sapudi-Raas karena di daerah tersebut belum ada kapal lain yang masuk, sehingga PT. DLU bermain sebagai single player disini. Sedangkan untuk penjadwalan lintas panjang rawan mengalami keterlambatan akibat menunggu muatan dan cuaca buruk. Jika mengalami keterlambatan maka jadwal harus di update (rescheduling). Biasanya keterlambatan akibat menunggu muatan, pihak DLU menjalin kerjasama dengan beberapa ekspedisi dimana pihak ekspedisi-ekspedisi tersebut memiliki keterbatasan armada truck sehingga tidak jarang kapal harus menunggu truck-truck bongkar-muat di gudang terlebih dahulu dan kembali ke tempat asal menggunakan kapal yang sama. Faktor-faktor pertimbangan dalam membuat jadwal: · Jadwal disusun berdasarkan rencana pengoperasian kapal · Memperhatikan kondisi lintasan · Kondisi lingkungan (pasang-surut, cuaca) · Memperhatikan demand/pelanggan (karena banyak EMKL memiliki armada yang terbatas sehingga kapal menunggu) Dalam membuat jadwal kapal juga dituntut untuk selalu berkoordinasi dengan Manajer Cabang mengenai kondisi disana. Untuk saat ini jadwal lintas panjang masih fleksibel karena masih bergantung oleh muatan yang ada. Sedangkan faktor-faktor pertimbangan penentuan rute antara lain; · Karakteristik alur pelayaran (jarak, kondisi alur) · demand · karakteristik kapal (jenis, dimensi) · Posisi ramp door kapal · Karakteristik dermaga (kedalaman, ketinggian dermaga) · Pasang-surut di pelabuhan tujuan Pasang-surut menjadi salah satu pertimbangan karena berpengaruh jika kapal datang, terutama jika pelabuhan tujuan terletak di muara sungai. Kondisi alur di muara sungai yang cenderung sempit dan kedalaman yang bervariasi sangat membutuhkan bantuan air pasang untuk memasuki alur tersebut. Dan atau jika ketinggian dermaga terlalu tinggi atau terlalu rendah juga akan menyulitkan proses bongkar-muat kendaraan sehingga membutuhkan bantuan air pasang-surut. Pemasaran Subdivisi marketing bertanggungjawab atas penjualan tiket maupun strategi pemasaran serta penentuan tariff ke pelanggan. Dalam struktur organisasi subdivisi marketing dikepalai oleh asisten marketing pusat yang membawai staf marketing pusat, dan staf marketing cabang. PT. DLU juga memiliki mitra kerja dalam mendukung kegiatan operasionalnya, mitra kerjanya tersebut antara lain pihak agen tiket dan ekspedisi muatan. Berbeda dengan fungsi agen pada umumnya yang juga berfungsi untuk mengurusi dokumen permohonan pelayanan kapal, agen PT. DLU hanya berfungsi untuk penjualan tiket saja. Penjualan tiket selain melalui agen juga bisa ke kantor cabang maupun online. Sedangkan untuk laporan-laporan untuk pencapaian muatan, setiap hari staf marketing cabang harus membuat laporan muatan harian (penumpang, kendaraan, dan bagasi) yang mana dalam laporan tersebut mencakup prosentase tingkat kapasitas muat dari setiap keberangkatan kapal. Selain laporan muatan harian, pihak marketing juga memiliki database pelanggan. Tujuan database pelanggan ini untuk mengetahui daerah tujuan pelanggan yang mana nantinya daerah tersebut akan menjadi target pemasaran sehingga pelanggan akan lebih mudah mendapatkan info jadwal kapal dengan maksud pelanggan tetap menggunakan jasa DLU. Selain database pelanggan, pihak marketing juga memiliki database mitra usaha yaitu agen tiket dan ekspedisi. Tujuannya tentu untuk memelihara hubungan baik antara mitra usaha sehingga agen akan lebih giat lagi menjual tiket dan ekspedisi akan tetap menggunakan jasa DLU. Gambar 11. Database Mitra Usaha Ekspedisi Kegiatan-kegiatan marketing meliputi: · Kegiatan promosi Kegiatan promosi tentu saja kegiatan pemasaran guna untuk meningkatkan jumlah produksi. Promosi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan media cetak brosur, pamflet, ataupun poster-poster. · Kunjungan ke mitra usaha Tujuannya menjalin hubungan jangka panjang dengan mitra usaha. PT. DLU juga bisa menarget pihak ekspedisi yang menjalin kerjasama, dan pihak ekspedisi juga berhak meminta “ditunggu”. Ini juga yang biasanya menyebabkan keterlambatan keberangkatan kapal akibat menunggu muatan karena biasanya muatan belum siap. · Pemantauan terhadap competitor Pemantauan terhadap competitor dilakukan dengan laporan market share antara competitor. Data di dapat dari Pelabuhan. · Penganalisaan pasar baru Penganalisaan pasar baru dengan mengetahui pembukaan pabrik baru di daerah tertentu atau yang sedang hangat sekarang analisa tentang isu penghapusan low cost carrier yang akan membawa dampak pada pelayaran nasional. · Perkembangan database pelanggan Database pelanggan dilakukan dengan pengisian form oleh pelanggan saat pembelian tiket di agen maupun di cabang. · Strategi dan pengembangan distribusi (tahunan) Standard Operasional Prosedur (SOP) Pihak marketing juga membuat standart operasional procedure promosi, penanganan penumpang rombongan, pemasangan iklan, laporan data muatan, laporan database, pemesanan space kendaraan dan daftar kendaraan cadangan, penentuan tariff over bagasi, penunjukan agen tiket, penanganan pembatalan tiket penumpang, pengiriman dan serah terima kendaraan baru/kendaraan titipan, pemberian discount untuk mitra usaha-pelanggan rombongan-kendaraan provit, pengenaan sistem baru tiket jasa angkut kendaraan, dan aturan pengenaan tariff kendaraan. SOP Promosi Disini diatur mengenai standar alat promosi berikut penempatannya. Alat promo standart disesuaikan dengan tempat dimana alat promo tersebut akan diletakkan. Tabel 2. Peralatan dan Perlengkapan Promosi Tempat Alat Promosi Penempatan Kantor Cabang Poster Kapal Dibingkai, pada ruang tunggu Papan Jadwal Di depan pintu masuk kantor Spanduk di atas pintu masuk Brosur Pada meja informasi Foto (Foto kapal dan ruang akomodasi serta hiburan) Dibingkai, pada ruang tunggu Sertifikat Dibingkai, pada ruang tunggu Papan Pengumuman Ruang penjualan tiket Agen Utama Poster Kapal Dibingkai, pada ruang tunggu Papan Jadwal Depan pintu masuk Spanduk agen Depan kantor agen Brosur Meja informasi atau ruang tunggu Foto (Foto kapal dan ruang akomodasi serta hiburan) Ruang tunggu calon penumpang Terminal Poster Dapat dilihat jelas oleh semua orang Spanduk Dapat dilihat jelas oleh semua orang Flayer Harus ada petugas yang membagikan kepada semua orang. Daerah Pabrik dan Perkebunan Spanduk Dapat dilihat jelas oleh semua orang Brosur Dapat dilihat jelas oleh semua orang Flayer Harus ada petugas yang membagikan kepada semua orang. SOP Penanganan Penumpang Rombongan Prosedur ini mengatur ketentuan penanganan penumpang rombongan. · Dikatakan penumpang rombongan apabila jumlah penumpang minimal dalam satu rombongan adalah 20 (dua puluh) orang. · Penanganan penumpang rombongan menjadi tanggungjawab langsung staf marketing kantor cabang · Penumpang didata oleh staf marketing kantor cabang dan menyimpannya sebagai database penumpang rombongan. · Data yang diinginkan nama rombongan, asal rombongan, tujuan, pimpinan rombongan, alamat, tujuan melakukan kunjungan, dll. · Harga tiket rombongan dapat dibedakan dengan harga tiket penumpang umum yaitu diberi satu potongan khusus dengan tujuan mengikat kerjasama yang lebih erat untuk masa yang akan datang. · Kepala cabang dimana rombongan itu berasal harus berkoordinasi dengan kepala cabang tempat tujuan mengenai fasilitas dan pelayanan penumpang rombongan tersebut. · Staf marketing kantor cabang harus mempersiapkan jumlah tiket sesuai dengan jumlah rombongan dan memberikannya langsung kepada ketua rombongan atau orang yang diwakilkan · Apabila rombongan tersebut membutuhkan tiket PP maka Staf marketing kantor cabang dapat berkoordinasi dengan Staf marketing kantor pusat untuk pemenuhannya. · Sebelum rombongan masuk kapal, staff layanan jasa di kapal harus menyiapkan ruangan khusus dan penyambutan. · Staf layanan jasa kantor cabang berkoordinasi dengan staff layanan jasa di kapal perihal penyambutan oleh pramugari. · Pemberian bingkisan atau souvenir kepada rombongan yang dipandang mempunyai pertimbangan khusus. · Perihal besarnya potongan harga khusus atau diskon dikoordinasikan terlebih dahulu ke marketing kantor pusat. · Saat rombongan masuk maupun keluar, petugas informasi memberikan ucapan selamat dating dan selamat jalan secara khusus · Staf marketing cabang memfollow up rombongan tersebut untuk mengetahui kepuasan pelanggan SOP Pemasangan Iklan pada Media Cetak dan Radio Penginformasian jadwal pada media cetak dan radio. Biasanya dilakukan di media cetak atau radio yang merupakan daerah asal penumpang maupun daerah tujuan penumpang. · Penginformasian jadwal dititik beratkan pada penginformasian jadwal di media cetak dan radio · Penginformasian menggunakan radio dilakukan dengan 2 sistem yaitu sistem dibacakan secara langsung dan dengan variasi lagu. · Cabang harus mengirimkan bukti setiap iklan yag direlease melalui Koran maupun spot iklan radio ke pusat. SOP Laporan Data Muatan Mengatur kelengkapan data muatan yang harus dimiliki bagian marketing. Adapun data yang harus dimiliki adalah; · Laporan Dharma Muatan Harian (menjelaskan perolehan muatan harian pada setiap keberangkatan kapal) · Laporan Rekapitulasi Dharma Muatan (menjelaskan perolehan pada satu lintasan setiap bulannya) · Laporan Rekapitulasi Dharma Muatan Kompetitor (menjelaskan perolehan muatan kompetitor pada satu lintasan setiap bulannya) · Laporan Market Share (menjelaskan prosentase perolehan muatan pada satu muatan, dari keseluruhan demand yang ada) · Laporan Arus Penumpang (menjelaskan arus penumpang pada setiap keberangkatan kapal) · Laporan Arus Kendaraan (menjelaskan arus kendaraan pada setiap keberangkatan). SOP Pemesanan Space Kendaraan Mengatur tentang ketentuan serta tata cara booking space kendaraan serta penempatan daftar cadangan. · Pengalokasian muatan kendaraan di geladak kendaraan kapal. Menggunakan sistem 80% diperuntukkan bagi pelanggan dengan kategori loyal dan 20% diperuntukkan penjualan umum. · Setiap calon pengguna jasa dapat melakukan booking space dengan persyaratan yang telah ditetapkan. · Batas akhir waktu booking maksimal 24 jam sebelum kapal berangkat. · Calon pemakai jasa harus berhubungan langsung dengan petugas ticketing bagian kendaraan yang ditunjuk. · Menyertakan nama, alamat yang jelas, serta tanggal pelayaran. · Mencantumkan data kendaraan (jumlah, jenis kendaraan, nopol, jenis muatan) · Menyertakan fotocopy kendaraan yang dikirim, atau ada surat permintaan resmi dari EMKL yang bersangkutan. · Memberikan uang muka sebesar 10% dari total keseluruhan nilai tariff kendaraan yang akan dikirim. · Kendaraan yang tidak mendapatkan space, dimasukkan daftar cadangan. · Pembatalan 24 jam sebelum waktu keberangkatan kapal dikenakan sangsi 25% dari uang muka dan pembatalan sampai dengan 12 jam sebelum kapal berangkat dikenakan sangsi 50% dari uang muka, pembatalan kurang dari 3 jam sebelum keberangkatan kapal mendapat sangsi 100% dari uang muka dan space dapat dijual lagi. · Kendaraan yang masuk daftar cadangan akan mendapat prioritas utama megisi 20% space untuk penjualan umum pada keberangkatan berikutnya. SOP Pengenaan Tarid Kelebihan Bagasi (Over Bagage) Mengatur tentang pengenaan tariff bagi penumpang yang mambawa barang bawaan melebihi yang ditentukan atau barang memang ingin dibagasikan oleh penumpang (over bagasi). Tarif over bagasi dibagi menjadi 3 golongan, sesuai dengan yang tertera di tiket penumpang. · Golongan A : tarif yang dikenakan kepada barang bawaan untuk penumpang VIP dan kelas I yang melebihi 60 kg/ 0.60 m3 . · Golongan B : tarif yang dikenakan kepada barang bawaan untuk penumpang kelas II dan kelas III yang melebihi 50 kg/ 0.50 m3 . · Golongan C : tarif yang dikenakan kepada barang bawaan untuk penumpang kelas ekonomi yang melebihi 40 kg/ 0.40 m3 . Sedangkan pengenaan tarif juga dibagi beberapa zona tarif antara lain: Tabel 3. Zona Tarif Kapal PT. DLU Zona Daerah Asal Daerah Tujuan Zona 1 dengan tiket warna Biru Surabaya Banjarmasin, Batulicin, Kumai, Sampit, Makassar. Semarang Sampit, Kumai, Banjarmasin, Pontianak Balikpapan Batulicin Makassar Baubau Ende Kupang Maumere kupang Zona 2 dengan tiket warna Kuning Surabaya Balikpapan, Ende, Maumere, Baubau Zona 3 dengan tiket warna Merah Surabaya Kupang, Pontianak Pengenaan Tarif: a. Barang over bagasi akan dikenakan tariff pengenaan dengan berat minimal 10 kg, sehingga apabila kelebihan bagasi kurang dari itu maka tetap dikenakan tariff berat minimum. b. Pengenaan tariff dihitung berdasarkan kelipatan 10 kg dengan pembulatan ke atas. c. Besaran tariff over bagasi dikenakan adalah zona tariff sebesar: a. Zona 1: RP. 3000,- per 10 kg pertama b. Zona 2: RP. 3500,- per 10 kg pertama c. Zona 3: Rp. 4500,- per 10 kg pertama d. Untuk memudahkan dalam pemberian tiket, dikeluarkan pecahan tariff a. Zona 1: 3000, ; 30.000, ; 300.000 b. Zona 2: 3500, ; 35.000, ; 350.000 c. Zona 3: 4500, ; 45.000, ; 450.000 SOP Penanganan serta Pengiriman Kendaraan Provit dan Kendaraan Titipan Prosedur ini mengatur tentang ketentuan tata cara penganan pengiriman kendaraan provit dan kendaraan titipan (tanpa pengemudi). · Kendaraan titipan : kendaraan umum (tidak baru) tanpa muatan yang dalam proses pengirimannya tidak menyertakan awak kendaraan (tanpa pengemudi), atau kendaraan yang dititipkan oleh pemiliknya untuk proses pengiriman ke tujuan kepada kita. · Kendaraan provit : kendaraan yang belum memiliki nomer kendaraan (baru) tanpa muatan. · Jatah space kendaraan provit pada setiap keberangkatan kapal akan diatur oleh staf marketing, berkoordinasi dengan bagian ticketing dan operasional dengan persetujuan dari manajer cabang. · Dalam tiket kendaraan provit, harus tertera nama instansi pengirimnya secara jelas (bukan tiket kosong) · Staf pemasaran melakukan koordinasi dengan bagian ticketing untuk pengaturan space kendaraan provit diatas kapal pada setiap pemberangkatan. · Kasie pasasi harus telah dapat menentukan jumlah space yang diperuntukkan untuk kendaraan provit, maksimal 12 jam sebelum keberangkatan kapal dengan melakukan koordinasi dengan bagian pemasaran. · Setelah komposisi space untuk kendaraan provit disepekati, staf pemasaran bertugas untuk menghubungi pelanggan kendaraan provit agar mempersiapkan seluruh unit yang akan dikirim sesuai dengan jatah space pengiriman saat keberangkatan tersebut, serta menginformasikan agar pelanggan kendaraan provit mempersiapkan pula kendaraan cadangan guna antisipasi kelebihan space diatas kapal · Staf pemasaran berkoordinasi dengan pemilik kendaraan provit/instansi yang ditunjuk untuk melakukan pengambilan tiket serta melakukan pembayaran yang dilakukan pada divisi yang bersangkutan di kantor cabang. · Tiket yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan jumlah unit kendaraan yang akan dikirim, sedangkan untuk unit cadangan tiket diserah terimakan kepada bagian pemasaran untuk diberikan jika diperlukan. · Setelah seluruh kendaraan tertata pada area parkir pelabuhan, dilakukan serah terima dari bagian staf pemasaran kepada bagian operasional kemudian bagian operasional yang bertanggungjawab terhadap pemuatan. · Jika terjadi kelebihan space, bagian operasional segera melakukan kontak dengan bagian pemasaran untuk mempersiapkan kendaran cadangan yang akan dimuat. · Setelah kendaraan termuat di kapal, bagian operasional melakukan serah terima kepada mualim I atau perwira yang ditunjuk. · Setelah kapal berangkat ada serah terima tiket sebagai bukti bahwa kendaraan telah terkirim. · Bagian pemasaran kemudian berkoordinasi dengan cabang tujuan mengenai muatan kendaraan provit tersebut. · Setelah kapal sampai di tempat tujuan, mualim melakukan serah terima kepada bagian operasional cabang tujuan, kemudian diserah terimakan kepada bagian pemasaran cabang tujuan. · Bagian pemasaran cabang tujuan melakukan serah terima kendaraan kepada pemilik kendaraan, dengan pengisian berita acara serah terima kendaraan. SOP Pengenaan Sistem Baru Tiket Jasa Angkut Kendaraan Prosedur ini mengatur tentang sistematis pengenaan tiket baru jasa angkut kendaran yang menggunakan transportasi armada kapal PT. DLU lintas panjang dengan cara PEMISAHAAN tiket jasa angkut kendaran dengan tiket awak kendaraan. · Staf ticketing melakukan penjualan tiket jasa angkut kendaraan sesuai dengan tariff yang berlaku tanpa adanya pemberian voucher bagi awak kendaraan. · Staf ticketing secara langsung menanyakan kepada yang bersangkutan mengenai jumlah awak kendaraan yang akan ikut pelayaran. · Staf ticketing mempersiapkan jumlah tiket sesuai dengan jumlah permintaan. · Jika kendaraan tersebut gol III, maka seluruh awak kendaraan diberikan tiket penumpang umum serta mendapat pelayanan seperti penumpang umum. · Jika kendaraan tersebut gol IV, gol V, dan gol VI maka 2 awak kendaraan diberikan tiket yang berstempel PENGEMUDI serta diberikan pelayanan sesuai dengan layanan bagi pengemudi dan awak kendaraan lainnya diberikan tiket penumpang umum serta mendapatkan layanan seperti penumpang umum. · Jika kendaraan tersebut golongan alat berat (AB) maka awak kendaraan wajib membeli tiket penumpang sesuai dengan kelas yang diinginkan. · Petugas ticketing memastikan bahwa tiket untuk awak kendaraan sesuai dengan ketentuan prosedur yang berlaku (sopir dan kernet) diberi stempel PENGEMUDI untuk mempermudah petugas porter dan layanan jasa kapal dalam memberikan layanan di atas kapal. · Sistem pembayaran bagi awak kendaraan mengikuti sistem pembayaran yang telah ditentukan oleh bagian keuangan. · Bagi pelanggan ekspedisi yang mendapatkan persetujuan melakukan pembayaran secara non tunai sesuai dengan ketentuan yang telah disetujui maka pengenaan pembayaran terhadap tiket awak kendaraan akan ditagihkan bersamaan dengan penagihan tiket jasa angkut kendaraan. · Petugas porter bertugas untuk memeriksa tiket seluruh kendaraan yang masuk kapal beserta awak kendaraannya. SOP Pengenaan Tarif Kendaraan Tabel 4. Golongan dan Jenis Muatan Lintas Panjang Layanan Jasa Sudah tidak diragukan lagi kapal-kapal milik PT. Dharma Lautan Utama memiliki layanan yang sangat baik jika dibandingkan dengan perusahaan pelayaran lain. PT. DLU juga sudah tidak asing lagi dengan penghargaan-penghargaan bergengsi untuk perusahaan pelayaran. Bahkan DLU juga menyabet gelar Perusahaan Penyedia Jasa Penyebrangan Terbaik 1 oleh Menteri Perhubungan RI. Penghargaan-perhargaan yang telah banyak diraih PT. DLU juga bentuk dari keunggulan layanan jasa yang diberikan. PT. DLU juga mendapat penghargaan dari museum Rekor-Dunia Indonesia atas rekor “Perusahaan Pelayaran Pertama yang Memiliki Pramugari sebagai bentuk Pelayanan kepada Pelanggan Sejak Tahun 1976”. Tak hanya penghargaan nasional yang didapat tetapi juga di kancah internasional. Penghargaan-penghargaan tersebut tidak dicapai dengan mudah. DLU harus terus mengembangkan pelayanan untuk mendapatkan penghargaan tersebut. pelayanan jasa di PT. DLU tidak dilaksanakan seluruhnya oleh perusahaan melainkan perusahaan menjalin hubungan kerjasama dengan mitra usaha sebagai contoh ialah cafétaria diatas kapal café tersebut tidak dikelola oleh perusahaan melainkan café yang ada diatas kapal dikelola oleh mitra usaha dari PT. Dharama lautan utama. Selain cafétaria PT. DLU juga menjalin kerjasama dengan penyedia catering untuk layanan makanan diatas kapal khususnya untuk kapal-kapal lintasan panjang. Konsep pelayanan yang ada di PT. Dharma Lautan Utama dibagi menjadi 3 konsep yaitu, kapasitas muat tepat waktu dan sesuai jadwal, kenyamanan, keselamatan dan keamanan, adapun bentuk pelayanan dari konsep tersebut dapat dilihat pada matrix berikut: Tabel 5. Daftar Layanan PT. Dharma Lautan Utama LAYANAN BAGI PELANGGAN LAYANAN BAGI PELANGGAN KENDARAAN KAPASITAS MUAT TEPAT WAKTU SESUAI JADWAL · Ketersediaan tempat yang layak dan representative baik berupa kursi maupun tempat tidur · Keberangkatan kapal yang sesuai jadwal dan tepat waktu · Geladak kendaraan harus bersih /bebas dari penempatan barang bekas daitas kapal · Tidak ada space yang dipakai untuk menyimpan barang bekas diatas kapal KENYAMANAN PRA KEBERANGKATAN KANTOR CABANG · Tersedia informasi jadwal kapal berupa brosure, poster, LCD, website, sms · Tersedianya beberapa fasilitas, ruang tunggu ber-AC, loket, toilet, dll · Layanan reservasi tiket secara on line · Layana fasilitas ruang tunggu ber-AC, TV, Koran dan toilet · Layanan pramugari sebagai Guest Service Agent bagi calon pelanggan · Layanan hiburan TV chanel indovision · Layanan keamana oleh kamera CCTV dan personel security Terminal Penumpang · Layanan pemakaian gelang boarding · Pemutaran film & layar lebar · Pemeriksaan medis geratis · Layanan hiburan live show TERMINAL KENDARAAN · Prosedur penghormatan dan salm · Layanan informasi jadwal kapal · Layanan perkir kendaraan · Layanan pencucian ban dan kendaraan · Layanan coffee corner · Layanan pemeriksaan tekanan ban · Layanan valet kendaraan · Layanan penghormatan ketika kapal berangkat DI ATAS KAPAL · Tersedia fasilitas tangga menuju ruang penumang yang cukup dan representative · Tersedia fasilitas toilat yang cukup dan siap · Tersedia fasilitas kursi yang cukup dan siap digunakan · Tersedia fasilitas AC di ruang penumpang · Tersedia fasilitas kantin dan pujasera · Tersedia fasilitas musholla · Layanan hiburan (music, Tv/video, live elektone) · Tersedia ruang khusus pengemudi · Tersedia fasilitaskamar mandi khusus pengemudi · Tersedia fasilitas locker · Layanan makan prasmanan · Layanan kopi dan teh gratis selama pelayaran. · Layanan pijat · Layanan loundry · Layanan pangkas rambut PASCA KEDATANGAN · Penyediaan transportasi lanjutan · Layanan penjualan tiket trevel · Layanan pengeluaran kendaraan dari kapal KESELAMATAN DAN KEAMANAN KESELAMATAN · Tersedianya alat-alat keselamatan sesuaia dengan kapasitas maksimal pelanggan · Penyampaian informasi keselamatan (melalui pemutaran VCD keselamatan, figura, signet serta melalui penyanyi · Tersedianya peralatan ganjal dan lashing untuk mengikat kendaraan · Informasi keselamatan melalui signet keselamatan di geladak kendaraan · Tersedianya peralatan pemadam kebakaran di geladak kendaraan KEAMANAN · Tersedianya petugas security diatas kapal dalam jumlah yang cukup · Semua crew kapal berperan sebagai tenaga keamanan · Petugas security melakukan pengontrolan di area geladak kendaraan · Tersedia fasilitas cctv untuk memantau kondisi digeladak kendaraan Struktur Organisasi Subdivisi Layanan Jasa Gambar 12. Struktur Organisasi Subdivisi Layanan Jasa Dari bagan di atas, subdivisi ini di kepalai oleh Asisten Manajer Layanan Jasa Bapak Djoko. Asisten manajer membawai staf layanan jasa pusat dan chief pramugari (sementara posisi ini masih kosong, sehingga langsung menghandle pramugari). Pramugari Sejak tahun 1976 PT. Dharma Lautan Utama sudah memiliki pramugari dan bertahan sampai sekarang. Jumlah total pramugari yang dimiliki oleh PT. Dharma Lautan Utama saat ini 22 orang yang tersebar di beberapa tempat antara lain: Tabel 6. Daftar Jumlah Pramugari dan Penempatannya Surabaya 8 orang Semarang 2 orang Makassar 1 orang Lembar 1 orang Ketapang 2 orang Merak 8 orang Total 22 orang Peran pramugari ialah membantu di kantor cabang sebagai GSA (Guest Service Agent) atau dengan kata lain bertugas sebagai customer service. Sedangkan jika di lapangan pramugari bertugas mengarahkan penumpang ke ruang akomodasi penumpang. Selain itu pramugari juga berperan sebagai brand ambassador dari perusahaan sehingga pramugari dituntut untuk mengetahui seluk beluk perusahaan. Meskipun pramugari juga turun ke lapangan secara langsung, pramugari tidak turut serta dalam pelayaran kecuali di lintas pendek saja pramugari ikut berlayar. Contohnya di lintasan pendek ujung-kamal, merak-bakauheni, lembar-padangbay, dan ketapang-gilimanuk pramugari ikut berlayar. Armada PT. Dharma Lautan Utama PT. Dharma Lautan Utama melayani 2 (dua) lintasan utama, yakni lintas panjang dan lintas pendek. Pada masing-masing lintasan ditempatkan beberapa kapal untuk melayani penyeberangan pada lintasan tersebut. PT. DLU memiliki 40 armada, tetapi hanya 39 diantaranya yang beroperasi. 16 armada melayani rute lintas panjang (jarak jauh) dan sisanya melayani rute penyebrangan/ lintas pendek. Kapal yang beroperasi di lintas panjang disebut Sera dan yang melayani lintas pendek disebut Tango. Berikut daftar kapal PT. Dharma Lautan Utama yang ditempatkan pada lintas panjang dan lintas pendek: Tabel 7. Daftar Kapal PT. DLU pada Lintas Panjang Tabel 8. Daftar Kapal PT. DLU Lintas Pendek Perhitungan Biaya Transportasi KM. Kumala BBM Bersubsidi dan Non Subsidi Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya ini terdiri dari seluruh komponen yang dihasilkan pada saat kapal beroperasi. Baik itu pada saat 10 berada di laut atau sea time maupun ketika melakukan proses bongkar muat di pelabuhan atau port time. Komponen biaya transportasi laut terdiri dari: · Voyage cost (VC) · Operational cost (OC) · Cargo handling cost (CHC) · Capital cost (CC) Gambar 13. Komponen Voyage Calculation Voyage cost terdiri dari biaya bahan bakar (termasuk main engine dan auxiliary engine) dan port charges atau biaya masuk pelabuhan. Operational cost terdiri dari gaji kru, perbekalan, minyak pelumas, perawatan dan perbaikan, asuransi, serta administrasi. Cargo handling cost tergantung pada jenis muatan dan jenis alat bongkar muat. Sementara capital cost merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan kapa itu sendiri (beli, sewa, atau bangun sendiri). Sehingga biaya total transportasi (TC) dapat dirumuskan melalui rumus: 3 4 Biaya Pelayaran (Voyage Cost) Biaya ini merupakan biaya yang sifatnya variable yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran dilakukan. Komponen biaya ini terdiri dari biaya bahan bakar (mesin induk dan mesin bantu), ongkos pelabuhan, pemanduan, serta tunda. · Fuel Cost Konsumsi bahan bakar kapal tergantung dari beberapa variabel seperti ukuran, bentuk serta kondisi lambung, pelayaran muatan, kecepatan, kondisi perairan, jenis mesin, jenis bahan bakar dan kualitasnya. Biaya bahan bakar tergantung pada kondisi bahan bakar harian selama berlayar di laut dan di pelabuhan serta mempertimbangkan harga bahan bakar. Yang biasanya dipakai dalam pelayaran adalah jenis bahan bakar HSD (High Speed Diesel), MDO (Marine Diesel Oil), dan HFO (Heavy Fuel Oil). · Port Cost Ketika kapal berada di pelabuhan, biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi port dues dan port charges. Port dues merupakan biaya yang digunakan atas penggunaan fasilitas pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan, dan infrastruktur dengan mempertimbangkan volum muatan, berat muatan, GRT, dan biaya NRT kapal. Service charge meliputi jasa yang dipakai selama kapal berada di kawasan pelabuhan. Terdiri dari pemanduan dan penundaan. Biaya Operasional (Operating Cost) Biaya operasional merupakan biaya yang sifatnya tetap (fixed) untuk beberapa aspek dalam kelangsungan operasional kapal sehari-hari agar siap untuk berlayar. Biaya pengawakan, perawatan dan perbaikan, penyimpanan, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. · Manning Cost Yakni biaya untuk pengadaan ataupun penggajian ABK (Anak Buah Kapal). Sehingga termasuk di dalamnya adalah gaji pokok, tunjangan, asuransi sosial, dan uang pensiun. Besarnya biaya jenis ini tergantung dari jumlah dan struktur pembagian kerja yang berdasarkan ukuran teknis kapal. Struktur kerja pada kapal umumnya terdiri dari tiga bagian: deck department, engine department, dan catering department. · Store Cost Merupakan biaya perbekalan ketika kapal sedang berlayar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari para kru. Dikategorikan menjadi dua macam yakni keperluan kapal (suku cadang dan perlengkapan kapal) dan keperluan kru (bahan makanan). · Maintenance and Repair Cost Merupakan biaya perawatan dan perbaikan yang mencakup semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kapal tetap prima sesuai dengan kebijakan perusahaan maupun badan klasifikasi. Terdiri dari tiga macam: Survey klasifikasi, perawatan rutin, dan perbaikan. Survey klasifikasi merupakan hal yang wajib dilakukan dengan istilah regular dry docking. Diadakan tiap dua tahun sekali dan ada special survey untuk tiap empat tahun dengan tujuan asuransi dan kelas. Perawatan rutin terdiri dari mesin induk dan mesin bantu, cat, bangunan atas dan pengedokan lambung untuk memeliharanya dari marine growth yang menambah hambatan kapal. Biasanya biaya jenis ini akan semakin bertambah seiring umur kapal. Sementara perbaikan hanya terbatas pada kerusakan bagian kapal yang segera diperbaiki. · Insurance Cost Adalah biaya untuk asuransi sehubungan dengan risiko pelayaran yang dilimpahkan pada perusahaan asuransi. Komponen biaya ini terdiri dari premi yang besarnya bergantung pada pertanggungan dan umur kapal yang berujung pada seberapa besar risiko yang dibebankan melalui klaim asuransi. Makin tinggi risikonya maka semakin tinggi pula premi asuransinya. Umur juga berpengaruh. Makin tua maka makin tinggi preminya. Ada dua jenis asuransi yang digunakan perusahaan pelayaran: hull and machinery insurance (perlindungan terhadap badan kapal dan permesinannya) dan protection and indemnity insurance (asuransi terhadap kewajiban pihak ketiga seperti kecelakaan, meninggalnya kru atau penumpang, kerusakan dermaga ketika berlabuh, dan kehilangan atau kerusakan muatan). · Administration Cost Merupakan biaya pengurusan surat-surat kapal, sertifikat, ijin kepelabuhanan maupun fungsi administratif lainnya. Biaya ini sifatnya overhead yang berarti tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan jumlah armada yang dimiliki. Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) Biaya bongkar muat adalah biaya pelayaran yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran dalam rangka kegiatan bongkar muat. Kegiatan tersebut terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving, dan delivering. Kegiatan ini dilaksanakan oleh perusahaan bongkar muat. Ada dua jenis ketentuan tanggung jawab dalam pembiayaan bongkar muat: liner term dan Free In-Out (FIOS) term. Liner term adalah biaya yang ditanggung oleh perusahaan atau yang memiliki kapal. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab dari pelabuhan ke pelabuhan (tackle to tackle) yang terdiri dari: kondisi muatan dan biaya bongkar muat. FIOS term diberlakukan bila kapal disewa oleh penyewa dan semua biaya akan dibayarkan oleh penyewa kapal. Antara liner term dan FIOS term ini dapat dilakukan kombinasi sehingga menjadi LIFO term (Liner In Free Out) yang dimana pemuatan barang dilakukan secara liner sementara bongkar muatan dilakukan secara FIOS. Kombinasi yang kedua adalah FILO (Free In Liner Out) term yang merupakan kebalikan dari kombinasi sebelumnya. Biaya Modal (Capital Cost) Biaya modal merupakan biaya utama yang spesifik merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan pelayaran untuk pengadaan kapal. Biaya ini mencakup depresiasi kapal sesuai umur ekonominya, besarnya angsuran, bunga pinjaman pengadaan kapal. Pengadaan kapal dapat dibagi menjadi lima yaitu: · New build Opsi pengadaan kapal ini merupakan opsi yang menelan banyak investasi baik dari segi finansial maupun waktu. Ini dikarenakan perusahaan pelayaran harus mengontak pihak galangan untuk dibuatkan sebuah kapal baru. Hal ini akan memakan waktu dalam perencanaan, pembangunan, dan pengujian kapa tersebut. · Secondhand ship Pengadaan kapal bekas lebih masuk akal dibandingkan dengan pembuatan kapal baru. Hanya saja kondisi kapal bekas yang sudah dimakan usia menyebabkan keterbatasan umur ekonomis dalam operasional kapal tersebut. Hal ini belum termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan sewaktu-waktu pada saat kapal tersebut beroperasi. · Time charter Pengadaan kapal dengan metode sewa (charter) yang didasarkan pada basis harian. Sangat sesuai bagi shipper yang ingin terlibat dalam operasional kapal. Hal ini dikarenakan penyewa memiliki kuasa penuh terhadap operasional kapal (disponent owner). Kapal dengan metode ini disewa dengan opsi periode waktu tertentu sehingga satuan tarifnya merupakan satuan waktu (hari). · Bareboat charter Kapal disewa dalam keadaan kosong dan kepemilikan sepenuhnya berada di tangan pemilik kapal. Sementara manajemen dan operasional menjadi tanggung jawab penyewa. Sama seperti time charter, tarif untuk bareboat charter dalam satuan waktu. · Voyage charter Untuk metode pengadaan kapal secara voyage charter, kapal disewa untuk satu atau beberapa voyage tertentu dengan tarif yang telah fixed (satuan berat, biasanya per ton). Bila dilihat dari metode bagaimana kapal tersebut disewa maka dapat digolongkan bahwa ketika time charter pemilik kapal hanya dikenai biaya modal dan biaya operasional saja sementara biaya transportasi dan biaya bongkar muat dibebankan pada penyewa. Pada bareboat charter pemilik kapal hanya dibebani oleh biaya modal saja, sementara biaya operasional, transportasi dan bongkar muat ditanggung oleh penyewa. Sementara pada voyage charter ada dua pilihan: pemilik kapal menanggung biaya modal, operasional, dan transportasi sementara penyewa hanya biaya bongkar muat saja. Pilihan yang lain adalah pemilik kapal menanggung seluruh biaya yang ada. Gambar 14. Pengelompokkan Charter Kapal Analisis dan Perhitungan Dalam kerja praktik kedua di PT. Dharma Lautan Utama ini saya mengambil kasus peralihan BBM bersubsidi menjadi non-subsidi dan saya menggunakan KM. KUMALA dengan rute Surabaya-Banjarmasin. Sebelum melakukan perhitungan, terdapat beberapa data yang dibutuhkan dalam melakukan perhitungan biaya transportasi laut dari KM. Kumala ini, yakni spesifikasi dari KM. Kumala serta informasi tarif dan lainnya mengenai operasional KM. Kumala. Pengumpulan Data Sebelum melakukan perhitungan, hal yang terlebih dahulu akan dilakukan adalah pengumpulan data. Untuk menghitung biaya transportasi laut dari KM. Kumala, maka harus diketahui terlebih dahulu spesifikasi dari KM. Kumala, informasi tarif pelabuhan, biaya lainnya yang berpengaruh di operasional KM. Kumala. Berikut adalah data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan biaya transportasi laut KM. Kumala: Tabel 9. Spesifikasi KM. Kumala Dalam kegiatan operasinya semua kapal milik DLU menggunakan BBM bersubsidi tetapi jumlah dari BBM tersebut telah dijatah oleh pihak Pertamina dengan sistem Port to Port. System Port to port artinya BBM dijatah hanya untuk sekali trip bukan round trip, pihak DLU harus mengajukan permohonan pemenuhan BBM ke Pertamina lagi ketika akan kembali. Tidak jarang jatah dari pertamina kurang sehingga harus membeli BBM non subsidi sebagai tambahannya. Dalam bab ini akan dilakukan perhitungan bagaimana jika subsidi BBM dicabut/dilepas sehingga harus menggunakan BBM nonsubsidi apakah masih bisa memperoleh profit ataukah akan mengalami kerugian. Hari kerja KM. Kumala adalah 320 hari, hal tersebut dikarenakan selama 45 hari KM. Kumala akan melakukan docking tahunan. Selanjutnya, adalah informasi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional KM. Kumala. Berikut adalah rincian biayanya: Tabel 10. Rincian Biaya Operasional KM. Kumala Cost Information 1 Fuel Oil Subsidi Rp/liter 7,900 2 Marine Diesel Oil Rp/liter 7,900 3 Minyak Pelumas Rp/drum 4,500,000 4 Perbekalan dan Storage Rp/hari 20,000 5 Asuransi Rp/hari 100,000 6 Administrasi Rp/hari 50,000 Selain itu tarif pelabuhan yang dikeluarkan adalah untuk pelabuhan tanjung perak dan pelabuhan Banjarmasin. Adapun tarif pelabuhan di tanjung perak dan pelabuhan trisakti adalah sebagai berikut: Tabel 11. Tarif Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Trisakti Selain, spesifikasi KM. Kumala dan biaya yang dibutuhkan untuk operasional KM. Kumala, adapun data lain yang dibutuhkan untuk dapat membandingkan pendapatan yang didapatkan jika bahan bakar minyak subsidi tidak lagi diizinkan oleh Pemerintah. Berikut adalah daftar tariff dari pelayanan KM. Kumala: Tabel 12. Daftar Tarif Penumpang dan Kendaraan pada KM. Kumala Tarif penumpang tersebut adalah untuk tarif penumpang dewasa. Sedangkan untuk bayi adalah sebesar Rp. 40,000.00 untuk semua rute pada lintas panjang. Perhitungan Biaya Transportasi Laut KM. Kumala Biaya transportasi laut terdiri dari biaya operasional dan biaya voyage karena kapal merupakan kapal RORO sehingga tidak ada biaya bongkar muat dan capital cost karena kapal sudah melebihi umur ekonomisnya. Biaya Operasional (Operating Cost) Seperti yang sudah dijelaskan pada subbab 5.2 mengenai biaya operasional, biaya operasional terdiri dari 6 (enam) komponen, yakni : 0. Biaya pengawakan kapal 0. Biaya perbekalan kapal dan crew kapal 0. Biaya perawatan dan perbaikan 0. Biaya asuransi 0. Biaya administrasi 0. Biaya lubricating oil Pertama ialah biaya pengawakan kapal, awak kapal pada KM. Kumala berjumlah 29 (dua puluh sembilan) orang, dengan rincian biaya masing-masing jabatan berbeda. Adapun rincian biaya pengawakan KM. Kumala adalah sebagai berikut: Tabel 13. Rincian Biaya Pengawakan Kapal KM. Kumala No. Jabatan Jumlah (orang) Salary (Rp/bulan) Jumlah (Rp/bulan) 1 Nahkoda 1 11,000,000 11,000,000 2 KKM 1 10,538,000 10,538,000 3 Mualim I 1 10,475,000 10,475,000 4 Mualim II 1 10,475,000 10,475,000 5 Mualim III 1 10,475,000 10,475,000 7 Markonis 1 10,275,000 10,275,000 8 Masinis I 1 9,878,000 9,878,000 9 Masinis II 1 9,878,000 9,878,000 10 Masinis III 1 9,878,000 9,878,000 12 Serang 1 9,616,000 9,616,000 13 Mandor mesin 1 9,485,000 9,485,000 14 Electrician 1 9,221,000 9,221,000 15 Juru mudi 4 8,500,000 34,000,000 16 Oiler 5 7,901,000 39,505,000 17 Kelasi 5 7,500,000 37,500,000 18 Layanan jasa 1 6,000,000 6,000,000 19 Medis 1 7,244,500 7,244,500 20 Satpam 1 5,000,000 5,000,000   Total 29     Total Biaya untuk Manning KM. Kumala = 250,443,500 Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa biaya untuk pengawakan kapal KM. Kumala per bulannya adalah sebesar Rp 250,443,500.00. Sehingga, biaya pengawakan kapal KM. Kumala untuk satu tahunnya adalah sebesar Rp 3,005,322,000. Biaya pengawakan akan ditambahkan dengan tunjangan bagi ABK (Anak Buah Kapal) yang diestimasikan sebesar 40% salary per trip. Jumlah trip dalam satu tahun adalah sebanyak 183 trip. Jadi, biaya pengawakan tiap trip adalah sebesar Rp 16,422,525 ditambah dengan tunjangan per trip sebesar Rp 6,569. Sehingga total biaya pengawakan KM. Kumala adalah sebesar Rp 22,991,534 per trip. Selain awak kapal, terdapat sub kontraktor yang bekerja di atas KM. Kumala yang bertugas pada bagian kebersihan dan konsumsi dari penumpang. Berikut rincian biaya untuk sub kontraktor pada KM. Kumala: Tabel 14. Rincian Biaya Sub Kontraktor di KM. Kumala Dari tabel 14 tersebut, didapatkan hasil bahwa total biaya sub kontraktor yang bekerja di KM. Kumala adalah sebesar Rp 720,000,000.00 per tahunnya, dan dengan jumlah trip per tahunnya adalah 183 trip, maka biaya sub kontraktor per trip adalah sebesar Rp 3,934,426.00. Sehingga, total biaya pengawakan kapal dan sub kontraktor KM. Kumala adalah sebesar Rp 26,925,961.00 per trip. Untuk total biaya per roundtrip adalah sebesar Rp 53,851,921.00. Biaya Perbekalan Biaya perbekalan ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari crew kapal dan penumpang dari KM. Kumala serta kebutuhan KM. Kumala. Sehingga, biaya perbekalan ini dibedakan menjadi 2 (dua), yakni perbekalan untuk kapal dan perbekalan untuk ABK dan penumpang kapal. Biaya perbekalan untuk kapal adalah sebesar Rp 3,000,000.00 per trip. Sehingga biaya per roundtrip adalah sebesar Rp 6,000,000.00. Selanjutnya adalah biaya perbekalan untuk ABK dan penumpang kapal. Biaya perbekalan untuk ABK dan penumpang ini terdiri dari kebutuhan air bersih dan kebutuhan bahan makan. Untuk kebutuhan air bersih disesuaikan dengan jumlah orang yang berada di dalam kapal dan diestimasikan kebutuhan air untuk setiap orangnya. Adapun rincian jumlah orang yang berada di atas kapal adalah sebagai berikut: Tabel 15. Jumlah Orang yang Berada diatas KM. Kumala Diketahui bahwa jumlah orang yang berada di atas kapal dalam keadaan penumpang penuh adalah 704 orang. Selanjutnya, estimasi kebutuhan air bersih dan frekuensi penggunaan air bersih tersebut. Sehingga dapat diketahui berapa banyak kebutuhan air bersih yang dibutuhkan sekali trip. Berikut adalah estimasi dan frekuensi penggunaan air bersih: Tabel 16. Estimasi Kebutuhan air bersih setiap orang per hari Estimasi kebutuhan air bersih per orang adalah 34 liter/hari. Sehingga total kebutuhan air bersih per trip adalah sebesar 23,936 liter. Ditambah dengan estimasi kebutuhan air bersih untuk kegiatan memasak sebesar 150 liter/trip. Sehingga, totalnya adalah sebesar 24,086 liter/trip. Harga air bersih adalah Rp 300.00 per liter. Maka, biaya untuk air bersih adalah sebesar Rp 7,225,800.00 per trip. Selanjutnya adalah kebutuhan bahan pangan untuk ABK dan penumpang KM. Kumala. Kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan jumlah orang yang ada di dalam kapal dan disetimasikan kebutuhan makanan untuk setiap orangnya. Estimasi harga per orangnya sekali makan adalah Rp 10,000.00. Dalam rute Surabaya – Banjarmasin, diberikan makan sebanyak 2 (dua) kali, maka total biaya makan adalah Rp 14,080,000.00 per trip. Dari perhitungan komponen-komponen biaya perbekalan untuk kapal dan ABK serta penumpang tersebut, total dari keseluruhan komponen tersebut adalah sebesar Rp 24,305,800.00 per trip. Dan untuk biaya per roundtrip adalah sebesar Rp 48,611,600.00. Biaya Perawatan dan Perbaikan Biaya perawatan dan perbaikan kapal ini merupakan biaya survey dan perawatan kapal tahunan. Biaya survey dan perawatan kapal tahunan ini dibebankan kepada kapal untuk setiap trip. Biaya suvey dan perawatan kapal per tahunnya adalah sebesar Rp 1,376,890,000.00. Dari biaya yang telah diketahui tersebut, bisa didapatkan besarnya biaya yang dikenakan untuk sekali trip adalah Rp 7,523,989.00. Adapun biaya per roundtrip adalah sebesar Rp 15,047,978.00. Biaya Asuransi dan Administrasi Biaya asuransi dan administrasi yang dibayarkan adalah sebagai berikut: Tabel 17. Rincian Biaya Asuransi dan Administrasi KM. Kumala No. Jenis Nominal (Rp) Satuan 1 Asuransi 32,000,000 /tahun 2 Administrasi 16,000,000 /tahun   Total 48,000,000 /tahun     262,295 /trip 524,590 /roundtrip Dari tabel 17 tersebut didapatkan hasil dari total biaya asuransi dan administrasi KM. Kumala selama satu tahun yakni sebesar Rp 48,000,000.00. Dan untuk per trip adalah sebesar Rp 262,295.00, dan per roundtrip adalah sebesar Rp 524,590.00. Biaya Lubricating Oil Kebutuhan lubricating oil KM. Kumala adalah sebesar 6,000 liter/bulan. Oli yang digunakan oleh KM. Kumala adalah oli meditran pertamina seharga Rp 26,500.00 per liter. Maka biaya yang dikeluarkan untuk lubricating oil adalah sebesar Rp 159,000.00 per bulan, dan per tahunnya adalah sebesar Rp 1,908,000,000.00. Jadi, biaya yang harus dikeluarkan untuk lubricating oil per trip adalah sebesar Rp 10,426,229.00. Sehingga, biaya untuk roundtrip adalah sebesar Rp 20,852,459.00. Total Biaya Operasional Total biaya operasional adalah total biaya seluruh komponen dari biaya operasional, yakni total biaya dari pengawakan kapal, perbekalan kapal dan ABK, asuransi dan administrasi, serta lubricating oil. Total biaya operasional KM. Kumala adalah sebesar Rp 138,888,548.63 per roundtrip, dan Rp 69,181,979.23 per trip. Biaya Pelayaran (Voyage Cost) Pada subbab 5.1 telah dijelaskan mengenai biaya pelayaran (voyage cost). Biaya pelayaran ini terdiri dari beberapa komponen biaya, yakni: 0. Biaya pelabuhan 0. Biaya bahan bakar minyak Biaya Pelabuhan Biaya pelabuhan ini merupakan biaya yang dikenakan untuk pelayanan kapal saat berada di pelabuhan, baik pelabuhan asal maupun pelabuhan tujuan. Biaya pelabuhan dibedakan menjadi dua, yaitu: 0. Biaya karena penggunaan fasilitas pelabuhan (tambatan dan kolam labuh) 0. Biaya penggunaan jasa di pelabuhan (pandu dan tunda) Biaya pelabuhan yang harus ditanggung oleh KM. Kumala di Surabaya adalah: a. Biaya Pandu Pandu yang dilakukan KM. Kumala dari Surabaya adalah dengan 2 (dua) kali gerakan, yaitu dari ambang luar ke dermaga dan sebaliknya. Sehingga biaya yang harus dibayar adalah = Tarif pokok = 150.000 x 2 gerakan = 300,000 Rp Tarif Variabel = 30 x GT Kapal x 2 gerakan = 345,840 Rp Total Biaya Pandu = 645,840 Rp = b. Biaya Labuh Labuh yang dilakukan KM. Kumala adalah ketika terjadi antrian di dermaga untuk sandar. Begitu juga saat menunggu muatan, maka kapal harus menunggu di perairan bila memang dermaga dalam kondisi ramai. Sehingga estimasi labuh yang diberikan saat di Tj. Perak adalah 1 kali labuh. Biaya Labuh = 95 x GT kapal x hari = 547,580 Rp c. Biaya Tunda Biaya tunda yang dikeluarkan oleh KM. Kumala adalah pada saat hendak melakukan tambat dan keluar tambatan. Untuk panjang yang dimiliki KM. Kumala, maka harus memakai tunda sebanyak 1 tunda dan waktu yang diperlukan adalah 1 jam. Maka Biaya yang harus dibayarkan adalah = Biaya Tetap = 1.300.000 x kapal x waktu = 1,300,000 Rp Biaya Variabel = 20 x GT kapal x waktu = 115,280 Rp Total Biaya Tunda = 1,415,280 Rp d. Biaya Tambat Biaya tambat yang dikeluarkan adalah dihitung berdasarkan GT kapal tiap etmal. Waktu estimasi yang diberikan ke kapal untuk tambat adalah 4-6 jam. Sehingga waktu yang digunakan adalah 0.25 etmal. Maka biaya yang dikeluarkan adalah = Biaya Tambat = 95 x GT kapal x etmal = 136,895 Rp e. Biaya Pintu Rampa KM. Kumala merupakan kapal ferry ro-ro yang bila melakukan bongkar muat kendaraan harus mengunakan pintu rampa. Dan penggunaan pintu rampa di dermaga akan dikenakan tarif tambahan sebesar 25% biaya tambat. Sehingga biaya untu pintu rampa adalah = 25% x biaya tambat = 34,223.75 Rp Sedangkan biaya pelabuhan yang dikeluarkan di Banjarmasin adalah sebagai berikut: a. Biaya Pandu Tarif pokok = 293,750 x 2 gerakan = 587,500 Rp Tarif Variabel = 53 x GT Kapal x 2 gerakan = 610,984 Rp Total Biaya Pandu = 1,198,484 Rp = b. Biaya Labuh Estimasi labuh yang diberikan saat di Trisakti adalah 1 kali labuh. Biaya Labuh = 82 x GT kapal x hari = 472,648 Rp c. Biaya Tunda Biaya yang harus dibayarkan adalah = Biaya Tetap = 1.653.750 x kapal x waktu = 1,653,750 Rp Biaya Variabel = 12 x GT kapal x waktu = 69,168 Rp Total Biaya Tunda = 1,722,918 Rp d. Biaya Tambat Biaya tambat yang dikeluarkan adalah dihitung berdasarkan GT kapal tiap etmal. Maka biaya yang dikeluarkan adalah = Biaya Tambat = 106 x GT kapal x etmal = 152,746 Rp e. Biaya Pintu Rampa KM. Kumala merupakan kapal ferry ro-ro yang bila melakukan bongkar muat kendaraan harus mengunakan pintu rampa. Dan penggunaan pintu rampa di dermaga akan dikenakan tarif tambahan sebesar 25% biaya tambat. Sehingga biaya untu pintu rampa adalah = 25% x biaya tambat = 38,186.50 Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk tarif pelabuhan adalah sebagai berikut: 1 Biaya Pandu = 1,844,324 Rp 2 Biaya Labuh = 1,020,228 Rp 3 Biaya Tunda = 3,138,198 Rp 4 Biaya Tambat = 289,641 Rp 5 Biaya Pintu Rampa = 72,410.25 Rp TOTAL 6,364,801 Rp Biaya Bahan Bakar Minyak Dari data sebelumnya, diketahui bahwa kebutuhan bahan bakar minyak KM. Kumala untuk rute Surabaya – Banjarmasin adalah sebesar 13 ton/trip. Pada perhitungan biaya bahan bakar minyak saat ini masih menggunakan BBM bersubsidi dengan harga Rp 7,900.00 per liter. Sehingga, didapatkan hasil sebagai berikut: Berat BBM = 13 ton Masa jenis = 0.85 ton/m3 Volume BBM = 15.29 m3 Jadi Volume BBM yang dibutuhkan adalah = = 15,294.12 liter/trip = 30,588.24 liter/roundtrip Maka Biaya yang dikeluarkan untuk BBM adalah = = 120,823,529.41 Rp/trip = 241,647,058.82 Rp/Round trip Total Biaya Pelayaran Total biaya pelayaran adalah total biaya seluruh komponen dari biaya pelayaran, yakni total biaya pelabuhan dan bahan bakar minyak. Total biaya pelayaran KM. Kumala adalah sebesar Rp 241,647,058 per roundtrip, dan Rp 120,823,529 per trip. Total Biaya Transportasi KM. Kumala Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, total biaya transportasi laut KM. Kumala adalah total seluruh biaya yang dikeluarkan untuk satu kali trip atau roundtrip. Jadi, total biaya transportasi KM. Kumala adalah total dari biaya operasional dan biaya pelayaran yakni sebesar Rp 193,450,204.00 per trip, dan Rp 386,900,409 per roundtrip. Perbandingan Biaya BBM Subsidi dan Non Subsidi Perbandingan biaya bahan bakar minyak yang menggunakan subsidi dan non subsidi akan berdampak pada biaya pelayaran KM. Kumala. Biaya bahan bakar minyak bersubsidi adalah sebesar Rp 7,900.00 per liter dan untuk bahan bakar minyak non subsidi adalah sebesar Rp 12,700.00 per liter. Sehingga, biaya pelayaran KM. Kumala saat menggunakan bahan bakar minyak non subsidi adalah sebesar Rp 394,835,389 per roundtrip. Maka, total biaya transportasi KM. Kumala yang menggunakan bahan bakar minyak non subsidi adalah sebesar Rp 533,723,938.00 per trip dan untuk per roundtrip adalah sebesar Rp 266,861,969.06. Pendapatan KM. Kumala Seperti yang telah dijelaskan pada subbab pengumpulan data sebelumnya, KM. Kumala dapat menampung penumpang sebanyak 580 penumpang, kendaraan golongan II sebanyak 10 unit, golongan III sebanyak 5 unit, golongan IV sebanyak 2 unit dan golongan V sebanyak 33 unit. Dengan rincian tarif penumpang dan kendaraannya sebagai berikut: Tabel 18. Rincian Tarif Penumpang dan Kendaraan KM. Kumala No. Jenis Muatan Jumlah Tarif 1 Penumpang 580 260,000 2 Kendaraan a. Gol. II 10 350,000 b. Gol. III 5 2,800,000 c. Gol. IV 2 9,100,000 d. Gol. V 33 13,250,000 Selanjutnya adalah perhitungan pendapatan KM. Kumala jika seluruh muatan dapat dimuat pada KM. Kumala. Berikut adalah rincian pendapatan KM. Kumala jika muatan penuh (100%): Tabel 19. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan 100% dengan Total Biaya Transportasi No. Jenis Muatan Jumlah Tarif Pendapatan Subsidi Pendapatan Non Subsidi 1 Penumpang 580 260,000 150,800,000.00 150,800,000.00 2 Kendaraan a. Gol. II 10 350,000 3,500,000.00 3,500,000.00 b. Gol. III 5 2,800,000 14,000,000.00 14,000,000.00 c. Gol. IV 2 9,100,000 18,200,000.00 18,200,000.00 d. Gol. V 33 13,250,000 437,250,000.00 437,250,000.00 Total 623,750,000.00 623,750,000.00 Cost/Trip 193,450,204.35 266,861,969.06 Gross Profit 430,299,795.65 356,888,030.94 Pada tabel 19 diatas, dapat dilihat bahwa total pendapatan KM. Kumala saat muatan penuh 100% adalah sebesar Rp 623,750,000.00 per trip dengan rute Surabaya – Banjarmasin. Sedangkan Total biaya yang dikeluarkan oleh KM. Kumala dengan bahan bakar minyak yang bersubsidi adalah sebesar Rp 193,450,204.35. Sehingga, gross profit KM. Kumala adalah sebesar Rp 430,299,75.65 per trip. Sedangkan, untuk total biaya yang dikeluarkan oleh KM. Kumala jika menggunakan bahan bakar minyak non subsidi adalah sebesar Rp 266,861,969.06, sehingga gross profit yang didapatkan adalah Rp 356,888,030.94. Jadi, meskipun KM. Kumala menggunakan bahan bakar minyak non subsidi, dengan memuat muatan sebanyak 100%, maka masih bisa teratasi. Selanjutnya adalah perubahan muatan KM. Kumala ketika hanya 50% muatan yang dilayani oleh KM. Kumala. Walaupun muatan yang dilayani hanya sebesar 50%, total biaya yang dikeluarkan oleh KM. Kumala akan sama. Berikut adalah rincian perbandingan biaya dan pendapatan KM. Kumala: Tabel 20. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan 50% dengan Total Biaya Transportasi No. Jenis Muatan Jumlah Tarif Subsidi Non-Subsidi 1 Penumpang 290 260,000 75,400,000 75,400,000 2 Kendaraan a. Gol. II 5 350,000 1,750,000 1,750,000 b. Gol. III 2.5 2,800,000 7,000,000 7,000,000 c. Gol. IV 1 9,100,000 9,100,000 9,100,000 d. Gol. V 16.5 13,250,000 218,625,000 218,625,000 Total 311,875,000 311,875,000 Cost/Trip 193,450,204 266,861,969.06 Gross Profit 118,424,796 45,013,030.94 Pada tabel 20 diatas, muatan yang dilayani KM. Kumala adalah sebesar 50%. Sehingga, dengan pendapatan yang berkurang menjadi 50% tersebut, KM. Kumala masih dapat mengatasi biaya operasional yang menggunakan bahan bakar minyak non subsidi. Dengan gross profit sebesar Rp 45,013,030.94 per trip untuk total biaya operasional dan pelayaran KM. Kumala menggunakan bahan bakar minyak non subsidi. Selain itu, perhitungan jumlah muatan yang dilayani oleh KM. Kumala juga dihitung pada saat kondisi muatan riil di lapangan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Tabel 21. Selisih Pendapatan KM. Kumala Muatan Kondisi Riil di Lapangan dengan Total Biaya Transportasi No. Jenis Muatan Jumlah Tarif Subsidi Non-Subsidi 1 Penumpang 25 260,000 6,500,000 6,500,000 2 Kendaraan a. Gol. II 10 350,000 3,500,000 3,500,000 b. Gol. III 7 2,800,000 19,600,000 19,600,000 c. Gol. IV 2 9,100,000 18,200,000 18,200,000 d. Gol. V 26 13,250,000 344,500,000 344,500,000 Total 392,300,000 392,300,000 Cost/Trip 193,450,204 266,861,969 Gross Profit 198,849,796 125,438,031 Tabel 21 merupakan tabel rincian dari pendapatan KM. Kumala pada saat melayani muatan di kondisi riil di lapangan pada saat saya survey langsung. Pada kondisi riil di lapangan, muatan yang dilayani oleh KM. Kumala adalah 25 penumpang, kendaraan golongan II berjumlah 10 unit, golongan III berjumlah 7 unit, golongan IV berjumlah 2 unit dan yang paling banyak adalah golongan V berjumlah 26 unit. PT. Dharma Lautan Utama memiliki strategi untuk memperbanyak muatan kendaraan golongan V agar dapat menutupi seluruh biaya operasional dan pelayaran dari KM. Kumala. Pada kondisi riil, pendapatan yang didapatkan KM. Kumala adalah sebesar Rp 392,300,000.00 per trip. Jika pendapatan tersebut dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan bahan bakar minyak non subsidi, pendapatan KM. Kumala tersebut masih dapat mengatasi tambahan biaya akibat bahan bakar minyak non subsidi. Pada perhitungan sensitivitas muatan pada kapsitas 100% dan 50%, tarif yang dibebankan pada penumpang dan kendaraan masih dapat mengatasi biaya pelayaran yang bertambah akibat pergantian bahan bakar subsidi menjadi bahan bakar non subsidi. Namun, perlu diketahui pada prosentase muatan berapa, pendapatan yang dihasilkan tidak dapat lagi mengatasi kenaikan dari biaya transportasi dari KM. Kumala. Maka dari itu, perhitungan senitivitas muatan selanjutnya adalah sensitivitas muatan sebesar 60%, 44% dan 35%. Berikut adalah hasil dari perhitungan sensitivitas muatan sebesar 60%, 44% dan 35%: Tabel 22. Sensitivitas Muatan KM. Kumala Prosentase Muatan Gross Profit Total Cost Revenue Subsidi Non Subsidi Subsidi Non Subsidi Subsidi Non Subsidi 100% 425,516,951 352,105,187 198,233,049 271,644,813 623,750,000 623,750,000 80% 300,766,951 227,355,187 198,233,049 271,644,813 499,000,000 499,000,000 60% 176,016,951 102,605,187 198,233,049 271,644,813 374,250,000 374,250,000 44% 76,216,951 2,805,187 198,233,049 271,644,813 274,450,000 274,450,000 35% 20,079,451 - 53,332,313 198,233,049 271,644,813 218,312,500 218,312,500 Pada tabel 22 diatas, dapat dilihat bahwa pada prosentase muatan sebesar 44% merupakan prosentase muatan minimal, supaya pendapatan dari KM. Kumala masih bisa mengatasi total biaya KM. Kumala dengan peningkatan bahan bakar subsidi. Apabila, muatan KM. Kumala kurang dari 44%, maka pendapatan tidak dapat lagi mengatasi besarnya total biaya transportasi KM. Kumala. Berikut adalah grafik dari sensitivitas muatan KM. Kumala dengan total biaya serta pendapatannya: Gambar 15. Grafik Sensitivitas Muatan dengan Total Biaya dan Pendapatan Grafik diatas menunjukkan bahwa pada prosentase muatan di bawah 40%, pendapatan yang didapatkan oleh KM. Kumala tidak bisa mengatasi total biaya yang dibutuhkan KM. Kumala dengan biaya bahan bakar minyak non subsidi. Sehingga, perlu adanya solusi untuk mengatasi kerugian yang terjadi akibat penurunan muatan dan kenaikan dari bahan bakar minyak. Salah satunya adalah dengan menaikkan tarif muatan dari KM. Kumala. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kerja praktek pada PT. Dhrama Lutan Utama, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 0. Rute penyeberangan yang dilayani oleh PT. Dharma Lautan Utama dibagi menjadi 2 (dua) yakni penyeberangan lintas pendek dan lintas panjang. Lintas panjang merupakan penyeberangan jarak jauh contohnya seperti rute penyeberangan Surabaya-Banjarmasin, sedangkan lintas pendek merupakan penyeberangan jarak pendek contohnya yaitu penyebeangan Ujung-Kamal, Merak-Bakauheni, dll. Terdapat 39 armada penyeberangan yang dimiliki oleh PT. Dharma Lautan Utama. 16 armada melayani penyebrangan lintas panjang dan selebihnya merupakan kapal penyeberangan lintas pendek. 0. Analisis yang dilakukan oleh penulis ialah analisis biaya pelayaran dari KM. Kumala apabila bahan bakar minyak subsidi yang digunakan KM. Kumala saat ini diganti dengan bahan bakar non subsidi. Pada hasil sensitivitas muatan yang dilakukan, prosentase muatan dibawah 40% merupakan prosentase muatan minimum dari KM. Kumala agar bisa mengatasi total biaya yang dikeluarkan oleh KM. Kumala. 0. Solusi yang bisa diberikan penulis adalah kenaikan dari tarif muatan pada KM. Kumala, agar dapat mengatasi kenaikan dari total biaya transportasi yang dibutuhkan oleh KM. Kumala. LAMPIRAN


Comments

Copyright © 2025 UPDOCS Inc.