1. LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI PANGAN 1 TRANSFER MASSA UAP AIR MELEWATI FILM KEMASAN PE DAN PP Oleh: KELOMPOK 1 1. Adinda Safira (H0912001) 2. Ananda Adi Prasetya (H0912010) 3. Anisha Ayuningtryas (H0912013) 4. Cecilia Retno Ayu M (H0912028) 5. Dhita Ekariski (H0912037) 6. Esthi Nanda (H0912047) 7. Fransiska Puteri (H0912056) 8. Guruh Panji (H0912061) PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 2. ACARA IV TRANSFER MASSA UAP AIR MELEWATI FILM KEMASAN PE DAN PP I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara IV Transfer Massa Uap Air melewati Film Kemasan PE dan PP ini adalah untuk: a. Menentukan laju transfer massa uap air melewati film kemasan PE dan PP. b. Menentukan pengaruh laminasi kedua kemasan tersebut secara teori seri maupun paralel terhadap laju transfer massa uap airnya. II. Tinjauan Pustaka a. Tinjauan Alat dan Bahan Desikator adalah wadah untuk mengeringkan suatu spesimen dan menjaganya dari kelembaban udara. Desikator sederhana laboratorium adalah wadah yang pada bagian dasarnya berisi silika gel atau bahan kimia pengering lainnya. Desikator dilengkapi dengan penutup kaca yang dilapisi oleh vaselin. Vaselin atau petroleum jelly merupakan hidrokarbon golongan alkana dengan 20 hingga 30 atom karbon yang berasal dari minyak bumi. Vaselin berfungsi sebagai penutup celah antara penutup dan wadah desikator sehingga tidak ada aliran udara masuk atau keluar dari desikator (Humaidah, 2011). Silika gel lebih efektif karena selektifitas penyerapannya tinggi. Pori silika gel hanya dapat menyerap ukuran molekul air. silika gel lebih selektif menyerap air daripada zeolit yang selain menyerap air juga menyerap IPA. Hal ini juga dapat dilihat dari berat zeolit setelah proses yang memiliki gradien berat lebih besar daripada gradien berat silika gel (Silviana, 2008). Film didefinisikan sebagai lembaran yang fleksibel yang tidak mengandung bahan metalik, dengan ketebalan tidak lebih dari 0,01 inchi atau 250 mikron. Film terbuat dari turunan selulosa dan sejumlah resin thermoplastik, terdapat dalam bentuk gulungan lembaran dan tabung yang 3. dapat digunakan sebagai pembungkus, kantong, tas dan sampul. Polipropilen merupakan salah satu jenis plastik yang umum digunakan untuk membuat kantong plastik serta paling mudah didapatkan di pasaran. Polipropilen memiliki titik leleh yang tinggi, transparan serta mempunyai kekedapan yang cukup bagus. Karenanya bagus untuk produk-produk makanan yang perlu disterilisasi dan perlu kekedapan terhadap uap air maupun oksigen (Pudjiastuti, 2012). Polyethylene merupakan volume terbesar dari plastik tipis berlapis tunggal yang digunakan dalam industry pengemasan fleksibel. Keuntungan yang terbesar adalah kemampuannya untuk ditutup sehingga member tutup yang rapat terhadap cairan. Polyethylene dengan kepadatan tinggi member perlindungan yang baik terhadap air dan meningkatkan stabilitas terhadap panas. Polypropylene lebih kaku, kuat dan ringan daripada polyethylene dengan daya tembus uap air yang rendah. Plastik tipis yang tidak mengkilap mempunyai daya tahan yang cukup rndah terhadap suhu tetapi bukan penahan gas yang baik ( Buckle, 1985). Pengemasan dapat dibuat dari satu atau lebih bahan yang berfungsi untuk mempertahankan dan melindungi makanan hingga ke tangan konsumen, sehingga kualitas dan keamanannya dapat dipertahankan. Plastik banyak digunakan sebagai bahan pengemas makanan karena mempunyai banyak keunggulan antara lain: fleksibel, ekonomis, transparan, kuat, tidak mudah pecah, dapat digabung dengan bahan kemasan lain, tahan panas dan stabil. Pertambahan berat cawan dengan plastik PP dan PE dapat diketahui dari perubahan warna silica gel. Semakin pudar warna biru, menunjukkan semakin banyak uap air yang telah diserap oleh silica gel tersebut (Wafiroh, 2010). Penggunaan plastik sebagai pengemas adalah untuk melindungi produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak, serta mengurangi kecenderungan bahan pangan mengeras. 4. Tabel Permeabilitas bahan kemasan (ml μ/cm2 hari atm) pada 10o C Plastik tipis Permeablitas terhadap O2 Linear low density polyethylene (LLDPE) 15,7 High density polyethylene (HDPE) 0,1 Low density polyethylene (LDPE) 6,7 Polypropylene (PP) 3,2 Oriented polypropylene (OPP) 2,1 Polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inci, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik, memiliki sifat Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 120o C. Kedap terhadap air, uap air dan gas. Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang beraroma (Azriani, 2006). Plastik dibagi menjadi dua klarifikasi utama berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan kegunaannya : plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik-plastik komoditi dicirikan oleh volumenya yang tinggi dan harga yang murah; plastik ini bisa diperbandingkan dengan baja dan alumunium dalam industry logam. Plastik komoditi pada prinsipnya terdiri dari empat jenis polimer utama : polietilena polipropilena, poli (vinil klorida) dan polistirena (Stevens, 1995). PE singkatan dari Poly Ethylene, fungsinya dalam dunia kemasan terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat. PP singkatan dari Poly Propylene, fungsinya dalam dunia kemasan sering dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya, sebagai seal layer, maupun sebagai kemasan yang berdiri sendiri. Jenis plastik di atas relatif lebih aman digunakan untuk makanan/bahan pangan adalah Polyethylene yang tampak bening dan Polypropylene yang lebih lembut dan agak tebal. Permeabilitas merupakan 5. kemampuan gas atau uap air melewati suatu unit permukaan pengemas tiap satuan waktu tertentu. Permeabilitas bahan pengemas dipengaruhi oleh jenis bahan pengemas, ketebalan bahan pengemas, suhu dan beberapa parameter lainnya seperti kelembaban relatif. permeabilitias dapat dilihat dari karakteristik penyusun suatu pengemas atau bahan pengemas. Menghitung konstanta permebilitas melalui hubungan pertambahan berat dan waktu. Makin tinggi kecepatan transmisi plastik maka makin tinggi pula permeabilitasnya karena kecepatan transmisi berbanding lurus dengan permeabilitas. (Mareta, 2011). Polipropilen (pp) termasuk jenis plastik olefin dengan sifat-sifat dan penggunaan sangat mirip dengan polietilen (pe), yaitu: ringan dengan densitas 0,9 g/cm3; mudah dibentuk; dapat tembus pandang dan jernih dalam bentuk film; lebih kuat dan lebih kaku dari pe sehingga tidak mudah sobek; mudah dalam penanganan dan distribusi; permeabilitas terhadap uap air rendah, permeabilitas terhadap gas sedang; tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen; tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150ºC sehingga dapat dipakai untuk mensterilkan bahan pangan; mempunyai titik lebur yang tinggi sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim panas yang baik. Polipropylen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk kemasan minyak dan sari buah. Kemasan pp pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl, sedangkan pada suhu tinggi akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin dan asam nitrat kuat (Broto, 2011). Poli etilena sering diberi warna hitam dengan jelaga. Poli propilena sering berwarna abu-abu muda. Berat jenisnya sekitar 0,9g/cm3 . Poli etilena dapat tergores oleh kuku. Sedangkan polipropilena tidak. Bahan sintetik ini tahan terhadap hydrogen fuorida encer, asam klorida, hydrogen bromide, asam sulfat, asam-asam lemah dan basa anorganik yang encer. Bahan sintetik ini digunakan sebagai lembaran pembungkus ( Hauser, 1995). 6. b. Tinjauan Teori Kerapatan rendah pada lapisan polyetilen memiliki permeabilitas uap air 10-8 pada suhu 22o C. salah satu yang tidak dinginkan yang berasal dari lingkungan, karena memberikan kerusakan ialah air. Konsekuensinya, beberapa plastik memiliki informasi ketahanan terhadap air sebagai karakteristik dari plastik tersebut. Karakteristik ketahanan, atau menolak air disebut permeabilitas uap air. Dari penelitian sebelumnya telah diketahui permebilitas uap air pada polyetilen cukup rendah sebesar 2 x 10-8 scc/sec cm-cm-Hg (Hamilton, 1966). Dalam tahun-tahun terakhir konsumsi bahan plastik telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Masyarakat, pada umumnya, dan industri, di khusus, telah secara ekstensif dimasukkan plastik untuk menggantikan bahan lainnya. Degradasi termal sederhana memerlukan suhu tinggi dan biasanya mengarah ke produk yang luas distribusi dengan nilai ekonomis miskin. Sebaliknya, degradasi katalitik memungkinkan plastik retak harus dilakukan pada suhu yang lebih rendah, sedangkan distribusi produk dapat dikendalikan oleh pilihan yang tepat dari jenis katalis yang digunakan (Garcia, et al., 2005). Penggunaan berbagai katalis meningkatkan hasil produk volatil dan memberikan selektivitas yang lebih baik dalam distribusi produk. Katalitik degradasi polietilen dilakukan dalam reaktor fluidised-bed terbukti menjadi metode yang berguna untuk produksi hidrokarbon berpotensi berharga. Kondisi reaksi dan katalis yang cocok dapat memiliki kemampuan untuk mengontrol hasil produk dan produk distribusi dari degradasi polimer, berpotensi mengarah ke proses yang lebih murah dengan lebih berharga produk (Lin, et al., 2004). Polietilena tekanan tinggi merupakan bentuk plastik yang sedikit kenyal dan berkerapatan rendah (0,92 g/cc). polietilena tekanan tinggi digunakan secara luas untuk lapisan plastik, dan bahan pembungkus lainnya. polipropilena memiliki kesamaan banyak kesaman dengan 7. polietilena tekanan rendah, walau pun titik leburnya lebih tinggi (Pine et al, 1988). Penggunaan kemasan polipropilen menunjukkan masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan kemasan polietilen.Hasil uji lanjut Duncan 5% juga menunjukkan bahwa pengaruh kemasan berpengaruh terhadap nilai kekerasan pada nanas berlapis edibel. Penggunaan kemasan polipropilen dapat mengurangi kehilangan air oleh proses respirasi dan transpirasi karena memiliki peremabilitas yang lebih rendah sehingga dapat mempertahankan tekanan turgor nanas terolah minimal. Hal ini pula yang menyebabkan nanas terolah minimal tidak cepat rusak.Oleh karena itu dalam penelitian ini, plastik polipropilen direkomendasikan sebagai kemasan terbaik untuk pengemasan nanas terolah minimal (Nasution, 2012). Kemasan yang dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat mempertahankan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi perlindungan terhadap produk dari kotoran, pencemaran, dan kerusakan fisik, serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air. Salah satu jenis kemasan bahan pangan yaitu plastik. Faktor yang mempengaruhi konstanta permeabilitas pada kemasan plastik antara lain adalah jenis permeabilitas, ada tidaknya ikatan silang (cross linking), suhu, bahan tambahan elastis (plasticer), jenis polimer film, sifat dan besar molekul gas, serta kelarutan bahan Jenis permeabilitas film bergantung pada bahan yang digunakan, dan permeabilitas film polyethylene (PE) lebih kecil daripada polypropylene (PP). Hal ini menunjukkan bahwa gas atau uap air akan lebih mudah masuk pada bahan pengemas jenis PP daripada PE. Ikatan silang sangat ditentukan oleh kombinasi bahan yang digunakan. Konstanta PE dan biaxiallyoriented polypropylene (BOPP) lebih baik daripada konstanta PE pada PP. Peningkatan suhu juga mempengaruhi pemuaian gas yang menyebabkan terjadinya perbedaan konstanta permeabilitas. Keberadaan air akan menimbulkan perenggangan pada pori-pori film sehingga 8. meningkatkan permeabilitas. Polimer film dalam bentuk kristal atau amorphous akan menentukan permeabilitas. Permeabilitas low density polyethylene (LDPE) mencapai tiga kali permeabilitas high density polyethylene (HDPE) (Herawati, 2008). III. Metode a. Alat dan Bahan 1. Alat a. Mangkuk WVTR b. Film: PP & PE c. Desikator 2. Bahan a. Desikan berupa silika gel b. Film plastik PE & PP c. Malam (wax) b. Cara Kerja 1. Penentuan laju transfer massa uap air melewati kemasan PE & PP Kemasan PE & PP Bahan Desikan Diukur (mm) Dipotong mengikuti permukaan mangkuk WVTR 9. Wax Dimasukkan ke dalam mangkuk WVTR Direkatkan ke sekeliling mangkuk WVTR Berat dihitung Diinkubasi 4 hari Mangkuk WVTR ditimbang dihari kedua Mangkuk WVTR ditimbang dihari ketiga Mangkuk WVTR ditimbang dihari keempat 10. IV. Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Percobaan Tabel 4.1 Data inkubasi sampel Sumber: Laporan Sementara Grafik 4.1 Hubungan hari ke-n dan gram PP 0,08 Grafik 4.1 yakni grafik hubungan hari ke-n dan gram PP 0,08 merupakan grafik yang dapat dikatakan sebagai grafik linier, namun pada hari ke-2 menuju hari ke-4 terjadi fase statis, atau tidak adanya perubahan masa 114.8 115 115.2 115.4 0 2 4 6 PP0,08(gram) hari ke-n Grafik hubungan hari ke-n dan gram PP 0,08 Series1 Linear (Series1) Jenis kemasan Kelompok Berat wadah per hari (gram) Diameter WVTR0 1 2 3 4 PP 0,08 1 115,4 115,5 115,5 115,6 115,7 8,75x 10-2 2 110,8 110,9 111,0 111,1 111,1 8,75 x 10-2 3 118,5 118,5 118,7 118,7 118,7 8,775 x 10-2 Rata-rata 114,9 114,97 115,07 115,13 115,17 8,76 x 10-2 PP 0,03 4 110,7 110,8 110,9 111,0 111,0 8,3 x 10-2 5 110,1 110,1 110,1 110,1 110,2 8,65 x 10-2 6 113,3 113,5 113,5 113,5 113,7 8,65 x 10-2 Rata-rata 113,37 111,77 111,5 111,53 111,63 8,54 x 10-2 PE 0,03 7 119,6 119,7 119,8 119,9 119,9 8,34 x 10-2 8 114,4 114,6 114,6 114,6 114,6 8,75 x 10-2 9 115,5 111,5 111,6 111,6 111,0 9,1 x10-2 Rata-rata 116,5 115,27 115,33 115,37 113,6 8,73 x 10-2 11. Grafik 4.2 Hubungan hari ke-n dan gram PP 0,03 Pada grafik 4.2 grafik hubungan hari ke-n dan gram PP 0,03 terdapat dua fase statis, yakni pada hari ke nol hingga hari ke-2 dan pada hari ke-2 menuju hari ke-4, tetapi secara umum grafik ini juga menggambarkan sebuah grafik linier, dimana hari ke-n berbanding lurus dengan perubahan massa. Grafik 4.3 Hubungan hari ke-n dan gram PE 0,03 Untuk grafik 4.3 grafik hubungan hari ke-n dan gram PE 0,03. Terjadi fase statis sebanyak 2 kali pula, dimana di hari ke 0 hingga ke-1 dan pada hari ke-3 hingga hari ke-4, grafik ini juga menunjukan bahwa perubahan massa berbanding lurus dengan massa inkubasi. 111.3 111.4 111.5 111.6 111.7 0 2 4 6 PP0.03(gram) hari ke-n Grafik hubungan hari ke-n dan gram PP 0,03 Series1 Linear (Series1) 115.15 115.2 115.25 115.3 115.35 115.4 115.45 0 1 2 3 4 5 PE0.03(gram) hari ke-n Grafik hubungan hari ke-n dan gram PE 0,03 12. C. Pembahasan Pada acara IV “Transfer Massa Uap Air Melewati Film Kemasan PE Dan PP” didapatkan beberapa data dari perubahan massa sampel. Sampel yang digunakan berupa mangkuk WVTR yang diisi dengan siliki gel, kemudian dilaminasi dengan PP dan PE lalu direkatkan dengan plastisin (laminasi), hal tersebut dilakukan untuk mencegah adanya uap air yang masuk kedalam mangkuk WVTR. Percobaan ini juga ditujukan untuk melihat resistensi uap air pada plastik atau kemasan PP dan PE dengan mencari nilai permebilitas kemasan. Permeabilitas uap air menurut Hamilton (1966) adalah suatu karakteristik dari plastik, yakni ketahanan terhadap uap air untuk menolak. Nilai suatu permebilitas tiap jenis plastik tidaklah sama. Hal ini menunjukkan bahwa nilai permeabilitas akan menggambarkan tingkat kekuatan plastik dalam menolak uap air. Pada percobaan kali ini, plastik yang digunakan berjenis Polipropilen dan polietilena dengan ketebalan 0,08mm , 0,03mm untuk polipropilen, dan 0,03mm polietilena. Polipropilen (pp) termasuk jenis plastik olefin dengan sifat-sifat dan penggunaan sangat mirip dengan polietilen (pe), yaitu: ringan dengan densitas 0,9 g/cm3; mudah dibentuk; dapat tembus pandang dan jernih dalam bentuk film (Broto, 2011). Sedangkan polietilena menurut Buckle (1985) merupakan volume terbesar dari plastik tipis berlapis tunggal yang digunakan dalam industry pengemasan fleksibel. Keuntungan yang terbesar adalah kemampuannya untuk ditutup sehingga memberi tutup yang rapat terhadap cairan. Berdasarkan hal tersebut maka jenis kemasan dan ketebalan akan mempengaruhi besarnya nilai permeabilitas. Seperti yang dikatakan juga oleh Mareta (2011) permeabilitias dapat dilihat dari karakteristik penyusun suatu pengemas atau bahan pengemas, permeabilitas bahan pengemas dipengaruhi oleh jenis bahan pengemas, ketebalan bahan pengemas, suhu dan beberapa parameter lainnya seperti kelembaban relatif. Suatu kemasan plastik yang 13. lebih tebal maka nilai permeabilitas semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika plastik film semakin tipis maka permebilitas akan semakin besar. Besar permeabilitas dapat melalui hubungan pertambahan berat dan waktu (Mareta,2011). Percobaan sendiri dilakukan selama 4 hari untuk melihat apakah ada perubahan berat pada sampel. Seperti yang terlihat pada tabel 4.1 beberapa sampel menunjukan adanya kenaikan berat terhadap berat awal, namun beberapa sampel juga ada yang tidak menunjukkan perubahan berat. Pada sampel yang menunjukan perubahan, yakni kenaikan berat dihipotesis akibat adanya uap air yang masuk kedalam sampel melalui plastik yang kemudian diserap oleh silica gel. Pertambahan berat cawan dengan plastik PP dan PE dapat diketahui dari perubahan warna silica gel. Semakin pudar warna biru, menunjukkan semakin banyak uap air yang telah diserap oleh silica gel tersebut (wafiroh, 2010). Dari percoban yang telah dilakukan didapatkan besar nilai permebilitas untuk PP 0,08mm sebesar 0,9 mm atm/ m2. Untuk PP 0,03 sebesar 0,19 mm atm/m2 dan untuk PE 0,03 nilai permeabilitas yang didapat sebesar 0,2 mm atm/m2. Dari data yang didapatkan maka untuk PP dan PE dengan ketebalan yang sama memiliki permeabilitas yang berbeda, dimana permeabilitas PP lebih kecil dibandingkan dengan nilai permeabilitas PE, sehingga bisa dikatakan plastik PP tidak lebih mudah dimasuki oleh uap air dibandingkan dengan PE, dikarenakan nilai permeabilitas yang besar menunjukan akan makin banyaknya uap air yang melewati plastik. Praktikum menunjukan kualitas kemasan melalui besar nilai permeabilitas yang didapatkan. Oleh karena itu jika berdasarkan percobaan, plastik jenis PP dengan ketebalan 0,08 lebih baik digunakan untuk dijadikan pengemas karena lebih resisten terhadap uap air. Hasil percobaan sesuai dengan teori yang telah ada, yang menyatakan bahwa PP lebih direkomendasikan untuk dijadikan pengemas yang tahan terhadap uap air. Menurut Buckle (1985) Polypropylene lebih kaku, kuat dan ringan daripada polyethylene dengan daya 14. tembus uap air yang rendah, sehingga uap air akan lebih banyak masuk melalui plastik PE. Pada data percobaan yang ada dapat digambarkan dalam sebuah grafik hubungan antar lama waktu (hari inkubasi) dengan pertambahan berat pada sampel. Pada percobaan menggunakan PP 0,08, PP 0,03 dan PE 0,03 didapat bentuk grafik yang hampir sama, yakni terjadi kenaikan. Grafik ini juga menunjukan bahwa semakin lama waktu uap air yang kan masuk kedalam kemasan akan semakin banyak, sehingga hubunga pertamabahan berat dengan lamanya waktu inkubasi ialah berbanding lurus. Namun, jumlah uap air yang masuk pada sebuah kemasan akan saling berbeda tergantung ketebalan, jenis, dan permeabilitas kemasan. D. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Nilai permebilitas PP 0,08 dari percobaan sebesar 0,9296 mm . atm /m2 2. Nilai permeabilitas PP 0,03 dari percobaan sebesar 0,1949 mm . atm /m2 3. Nilai permeabilitas PE 0,03 dari percobaan sebesar 0,2858 mm . atm /m2 4. Nilai permeabilitas dipengaruhi oleh jenis kemasan dan ketebalan kemasan. Semakin tebal suatu kemasan maka nilai permeabilitas semakin besar. 5. Perhitungan permeabilitas dapat dihitung melalui perbandingan pertambahan berat dengan lamanya inkubasi. 6. Pertambahan berat yang terjadi pada sampel disebabkan silica gel menyerap uap air yang masuk melalui film plastik. Silica gel yang berwarna pudar menunjukan semakin banyak uap air yang diserap. 7. Permeabilitas bahan pengemas dipengaruhi oleh jenis bahan pengemas, ketebalan bahan pengemas, suhu dan beberapa parameter lainnya seperti kelembaban relatif. 8. Hubungan antara pertambahan berat sampel dengan lamanya waktu inkubasi adalah berbanding lurus. Plastik yang lebih baik dijadikan bahan kemasan adalah Plastik jenis Polipropilen. 15. DAFTAR PUSTAKA Azriani, Yulnia. 2006. Sripsi : Pengaruh Jenis Kemasan Plastik Dan Kondisi Pengemasan Terhadap Kualitas Mi Sagu Selama Penyimpanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Broto, Wisnu. 2011. Pengaruh Kemasan Terhadap Kualitas Dadih Susu Sapi. Jurnal Buletin Peternakan Vol. 35 No 2. Bogor. Buckle, KA. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Garcia, R.A., D.P. Serrano, D. Otero. 2005. Catalytic Cracking of HDPE Over Hybrid Zeolitik-Mesoporous Materials. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis Volume 74, Issues 1-2, August 2005, Pages 379-386. Hamilton. 1966. Water Vapor Permeability of Polyethylene and Oher Plastic Materials. The Bell System Technical Journal. USA. Hauser, H dkk. 1995. Teknologi Kimia. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Herawati, Heny. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian No 27 Vol 4. Ungaran. Jawa Tengah. Humaidah, Siti. 2011. Potensi Desikator untuk Inkubator Anaerob. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Lin, Y.H., M.H. Yang, T.F. Yeh, M.D. Ger. 2004. Catalytic Degradation of High Density Polyethylene Over Mesoporous and Microporous Catalysts in a Fluidised-Bed Reactor. Polymer Degradation and Stability 86, 2004, 121- 128. Mareta, Dea Tio. Shofia Nur A., 2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Vol. 7 (1) : 26-40. Nasution, Indera Sakti dkk. 2012. Pengaruh Penggunaan Lapisan Edibel (Edible Coating), Kalsium Klorida Dan Kemasan Plastik Terhadap Mutu Nanas (Ananas Comosus Merr.) Terolah Minimal. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (4) No.2. Banda Aceh. Pine, Stanley et al. 1988. Kimia Organik. Penuerbit ITB Bandung. Bandung. Pudjiastuti, Wiwik. Arie Listyarini, Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit sebagai Master Batch Polimer Biodegradable untuk Kemasan Makanan. Jurnal Riset Industri, Vol. VI (1) : 51-60. Silviana. 2008. Pengambilan Air Dari Sistem Isopropil Alkohol – Air Dengan Distilasi Adsorptif Menggunakan Zeolit Alam Dan Silika Gel. Reaktor, Vol. 12 No. 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP. Semarang. Stevens, Malcolm. 1995. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. Jakarta. Wafiroh, Siti. Tokok Ardiarto. Elok Triyustiyah Agustin. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film dari Komposit Kitosan-Pati Garut (Maranta arundinaceael) dengan Pemlastis Asam Laurat. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Vol. 13 (1) : 9-16. 16. Lampiran Analisis data Massa Rata-rata PP 0,08 Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Massa Rata-Rata PP 0,03 Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Massa Rata-rata PE 0,03 Hari ke-0 Hari ke-1 17. Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Perhitungan Luas Permukaan Tebal kemasan : 0,08mm Diameter Kemasan Rata-Rata : 8,76 x 10-2 m Luas Permukaan = πD2 = 60,240 x 10-4 m2 Tebal kemasan : PP 0,03 Diameter kemasan Rata-Rata : 8,54 x 10-2 m Luas Permukaan : πD2 = 57,251 x 10-4 m2 Tebal Kemasan : PE 0,03 Diamter Kemasan Rata-Rata : 8,73 x 10-2 m Luas Permukaan : πD2 : = 59,827 x 10-4 m2 Penetuan permeabilitas 1. Kemasan PP 0,08 Hasil Regresi : y = ax + b = 0,07x + 114,908 Maka slope = 0,07 18. Permeabilitas = = = 0,9296 mm . atm /m2 Kemasan PP 0,03 Hasil Regresi : y = ax + b = -0,0372x + 112,704 Maka slope = 0,0372 Permeabilitas = = 0,1949 mm . atm /m2 Kemasan PE 0,03 Hasil Regresi : y = ax + b = -0,057x + 116,354 Maka slope = 0,057 Permeabilitas = = 0,2858 mm . atm /m2
Comments
Report "ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 4 Transfer Massa Uap Air Melewati Film Kemasan PE dan PP"