ISOLASI DNA LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Matakuliah Genetika 1 Yang Dibina Oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd. Oleh: Kelompok 12 Putri Dhamira 100341404624 Rizky Alfarizy 120341421984 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Februari 2014 A. TOPIK Isolasi DNA B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah jenis detergen berpengaruh terhadap hasil isolasi DNA pada buah? 2. Apakah jenis buah berpengaruh terhadap proses isolasi DNA? C. TUJUAN 1. Mengetahui pengaruh jenis detergen terhadap hasil isolasi DNA pada buah. 2. Mengetahui pengaruh jenis buah terhadap hasil isolasi DNA pada buah. D. DASAR TEORI Pada umumnya, sel mengandung dua asam nukleat yaitu DNA dan RNA. DNA terletak dalam kromosom, yang dijumpai dalam nukleus, mitokondria, dan kloroplas. Sedangkan RNA dijumpai di dalam nukleus, sitoplasma dan ribosom. Di dalam sel mahluk hidup terdapat DNA, dimana zat ini disebut sebagai cetak biru kehidupan karena mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pembawa hereditas yang menentukan struktur protein dan proses metabolisme lain (Hays, 2005 dalam Jamilah 2005). DNA (Deoxyribose Nucleid Acid) merupakan struktur makromolekuler yang disusun oleh sub unit yang disebut mitokondria (Gardner, 1991). Setiap nukleotida tersusun atas gugus fosfat, gula karbon lima (pentosa) yang disebut gula dioksiribosa, dan basa nitrogen misalnya adenine, guanine, timin, dan sitosin. Pada model witson dan krick, molekul mempunyai dua rantai polinukleotida, tiap rantai terdiri atas gugus fosfat dan gugus gula secara berselang seling. Gugus fosfat terikat pada atom 5â dan satu gula terikat secara kovalen pada atom karbon 3â dari gula berikutnya. Dua rantai tersebut yang saling terpilin seperti tangga spiral ganda yang disebut heliks ganda. DNA ditemukan pada semua makhluk hidup dari mikroorganisme sampai organisme tingkat tinggi missal: manusia, hewan dan tanaman. DNA terdapat da dalam sel dan inti sel. DNA dapat diekstrak dari segala macam organ yang terdapat pada bagian tubuh mahluk hidup bersel, misalnya pada tumbuhan dapat diekstrak dari daun, buah maupun dari batangnya (Muladno, 2002). Untuk mendapatkan DNA murni dari suatu sel dalam jaringan tubuh makhluk hidup dapat dilakukan suatu teknik isolasi DNA. Zubaidah (2004: 38) menyatakan bahwa isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis maupun bagian tanaman dapat menimbulkan masalah berbeda, antara lain karena adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA dan juga mempengaruhi enzim-enzim seperti polimerase, ligase, endonuklease restriksi, atau enzim untuk kegiatan molekuler lain yang dapat menyebabkan DNA tidak dapat digunakan untuk aplikasi penelitian. Ekstraksi atau isolasi DNA merupakan teknik dasar yang harus dikuasai dalam teknologi DNA rekombinan hal ini dikemukakan oleh Abdul Hamid (2001). Isolasi DNA ini dimaksudkan untuk mendapatkan DNA murni. Selain itu Muladno (2002) menjelaskan bahwa cara ekstraksi DNA dari berbagai sumber pada prinsipnya adalah sama, akan tetapi ada beberapa modifikasi tertentu yang biasanya dilakukan agar dapat menghancurkan inhibitor pada masing-masing sumber tersebut. Prinsip teknik isolasi DNA ada berbagai tahap reaksi dengan tujuan yang berbeda-beda pada setiap tahapnya. Tahap pertama adalah penghancuran dinding sel, tahap ini dapat dilakukan secara mekanis dan enzimatis. Tahap kedua adalah melisis sel, cara ini tergantung dari jenis selnya. Tahap ketiga adalah pemurnian DNA dari sisa-sisa molekul penyusun sel, seperti protein dan lain-lain. Isolasi DNA dapat dilakukan dengan menggunakan perlakuan deterjen. Detergen telah lama dikenal masyarakat sebagai bahan bantu dalam proses mencuci, karena detergen memilki sifat sebagai bahan pengemulsi yang baik. Detergen memiliki ikatan kimia dengan gugus hidrofil yang bersifat polar dan gugus hidrofob yang bersifat non polar. Gugus hidrofob inilah yang bertanggung jawab dalam pengikatan kotoran dari bahan cuci, karena mampu mengikat senyawa non polar (protein dan lipid) dari lingkungan sekitar dan membentuk â protein-lipid-detergen kompleksâ, hal inilah yang menyebabkan detergen menjadi salah satu polutan bagi lingkungan perairan, karena kemampuan membentuk â protein-lipid-detergen kompleksâ dapat mengakibatkan rusaknya membran sel orgaisme (Machmud, 2006). Kandungan air pada beberapa buah yaitu semangka mengandung 92% air, jeruk, terkandung 85-90% air, nanas dengan daging buah berwarna kuning cerah ini memiliki kandungan air 90%, sedangkan kadar air pada buah melon mencapai 95% . E. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut: 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain: a. Blender b. Corong c. Pengaduk d. Timbangan e. Pipet f. Saringan tahu g. Saringan teh h. Gelas ukur i. Pisau j. Gelas aqua k. Tabung reaksi l. Rak tabung 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini, antara lain: a. Buah: semangka, jeruk, melon, dan nanas b. Aqudes c. Alkohol dingin 96% d. Deterjen: rinso, sunlight, dan wings e. NaCl f. Kertas saring F. PROSEDUR KERJA 1. Tahap Persiapan Persiapan buahMempersiapkan buah, yaitu buah semangka, jeruk, melon, dan nanas Mengupas masing-masing buah dan memotong kecil-kecil Memblender buah, dengan 200 gram pada masing-masing buah ditambah 200 ml air sampai buah hancur menjadi satu fasa dengan air . Menyaring hasil blenderan dengan saringan teh, kemudian menyaring dengan kain saringan tahu, kemudian menyaring dengan kertas saring hingga dihasilkan alikoot yang ditampung dalam beaker glass. 2. Membuat substratMemasukan 30 ml alikoot ke dalam beaker glass dan menambahkan salah satu jenis larutan detergen dan NaCl sebanyak 1 sendok Mengaduk campuran dengan hati-hati agar agar tidak berbuih Memasukkan 15 ml filtrat tersebut ke dalam tabung reaksi. Menambahkan alkohol dingin 96% ke dalam tabung reaksi melalui dindingnya sebanyak 5 ml Memasukkan 30 ml filtrat tersebut ke dalam tabung reaksi Mengamati hasil yang terbentuk, mencatat dan membahas G. HASIL PENGAMATAN Tabel 1.1 Data hasil pengamatan buah Buah Waktu yang diperlukan untuk terbentuknya DNA (detik) Banyak/sedikitnya awan Rinso Sunlight Wings Rinso Sunlight Wings Semangka 120 115 55 ++ +++ + Jeruk 90 43 39 ++ +++ + Melon 467 53,69 42,66 - + ++ Nanas 291 18 13,87 + + ++ Keterangan: + : sedikit, ++ : banyak, +++ : sangat banyak H. ANALISIS DATA Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada isolasi DNA yang dilakukan pada buah-buahan yaitu semangka, jeruk, melon, dan nanas dengan menggunakan berbagai macam detergen (rinso, sunlight, wings) yaitu sebagai berikut. Pada buah semangka, wings memerlukan waktu pembentukan DNA lebih cepat dari pada detergen lainnya yakni dengan waktu 55 detik. Dan sunlight memiliki ketebalan DNA yang sangat banyak dibandingkan dengan menggunakan detergen lainnya (rinso dan wings). Pada buah jeruk, wings memerlukan waktu pembentukan DNA lebih cepat daripada detergen lainnya yakni dengan waktu 39 detik. Namun, memiliki ketebalan DNA yang tipis dari pada detergen lainnya. Dan sunlight memiliki ketebalan DNA yang sangat banyak dibandingkan dengan menggunakan detergen lainnya (rinso dan wings). Pada buah melon, wings memerlukan waktu pembentukan DNA lebih cepat dari pada detergen lainnya yakni dengan waktu 42,66 detik. Dan memiliki ketebalan DNA yang banyak dibandingkan dengan menggunakan detergen lainnya (rinso dan wings). Pada buah nanas, wings memerlukan waktu pembentukan DNA lebih cepat dari pada detergen lainnya yakni dengan waktu 13,87 detik. Dan memiliki ketebalan DNA yang banyak dibandingkan dengan menggunakan detergen lainnya (rinso dan wings). H. PEMBAHASAN Isolasi DNA adalah usaha untuk memperoleh DNA murni. Dengan menggunakan beberapa tahapan, dan dengan bahan-bahan tertentu. Pada praktikum isolasi DNA ini digunakan buah semangka, jeruk, melon, dan nanas. Struktur DNA yang berhasil di isolasi adalah berupa gumpalan serabut-serabut putih seperti benang yang terletak diantara aliqut dan alkohol. Dalam isolasi DNA ini, semua bagian sel selain DNA harus dibuang, seperti dinding sel, membran inti, mitokondria, RE, AG, vakuola dan lisosom. Hal ini dilakukan dengan cara memblender buah-buahan yang akan di isolasi DNAnya. Selanjutnya detergen digunakan untuk merusak membran sel dan membran inti sehingga DNA yang diinginkan dapat keluar dari dalam sel (Jamilah, 2005). Pada praktikum kali ini menggunakan detergen sunlight, rinso, dan wings. Tahap pertama isolasi DNA adalah penghancuran dinding sel (Abdul Hamid, 2001), dengan cara mekanis, yaitu dengan memblendernya lalu menyaring hasil blender. Karena bahan yang digunakan adalah buah maka upaya menghancurkan dinding sel lebih mudah karena tidak banyak mengandung selulosa, lignin, pektin dan bahan pengeras dinding sel yang lain (Kartini, 2001). Selain itu, usaha memblender dan menyaring hasilnya bertujuan untuk memperluas permukaan sel, agar reaksi-reaksi dapat berlangsung lebih cepat, karena secara kimiawi semakin luas permukaan reaktan maka reaksi kimia akan semakin cepat (Anshori, 1994). Tahap kedua isolasi DNA adalah melisiskan sel. Cara ini dilakukan dengan menambahkan deterjen dan garam ke dalam campuran. Pemberian deterjen berfungsi untuk membuka atau memecah membran sel (baik membran sitoplasma maupun membran nukleus). Molekul deterjen dan lemak terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala yang suka dengan air (hidrofil) dan bagian ekor yang benci dengan air (hidrofob). Bagian yang hidrofob akan berikatan dengan molekul lemak dan protein yang menyusun membran sel. Sedangkan bagian yang hidrofil akan berhubungan dengan air (Genetic Science Learning Center The University of Utah, 2005). Sedangkan pemberian NaCl bertujuan sama dengan deterjen, yaitu melisiskan membran sel, tetapi bekerja pada molekul oligosakarida dan glikoprotein pada membran. Kedua molekul ini akan dilisiskan oleh NaCl. Selain itu keadaan hipertonis yang ditimbulkan oleh penambahan garam juga dapat mengakibatkan sel mengalami lisis. Tahap ketiga adalah pemurnian DNA. Cara ini dilakukan dengan menambahkan alkohol adingin 96 %. Alkohol berfungsi untuk memisahkan DNA dengan molekul-molekul yang lain, seperti protein. Alkohol mempunyai molekul yang lebih padat dan ringan daripada air sehingga akan berada di atas permukaan campuran. Protein dan lemak akan berada pada bagian bawah sedangkan DNA akan memisah dan berada pada daerah alkohol. Dari hasil isolasi DNA yang dilakukan, diketahui bahwa jenis detergen berpengaruh terhadap hasil isolasi DNA dan jenis detergen tertentu memberikan pengaruh waktu terbentuknya DNA dan tergantung jenis buah pada kadar air berbeda. Dari data dapat diketahui bahwa detergen wings pengaruh paling cepat terbentuknya DNA pada buah semangka, jeruk, melon, dan nanas. Isolasi DNA, detergen berfungsi untuk melisiskan barier (penghalang) sel secara kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran sel antara lain lisozim yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang menyebabkan kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang berfungsi untuk menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan keseluruhan struktur selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler yang dapat merusak DNA (ion Mg2+ merupakan kofaktor penting bagi DNAse yang biasa "memakan" DNA). Selain lisozim dan EDTA, bisa juga digunakan detergen seperti sodium dodesil sulfat (SDS) karena detergen ini bisa menyebabkan hilangnya molekul lipid pada membran sel, sehingga bisa meusak struktur membran sel (Tim Dosen Biologi FMIPA UB, tanpa tahun: 19-20). Menurut Jamilah, (2005: 11) menyatakan bahwa detergen bisa menyebabkan kerusakan membran sel engan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium EDTA dan lauryl sulfat yang memiliki fungsi yang sama dengan dodesil sulfat. Dollard (2005, dalam Jamilah, 2005: 11) menambahkan bahwa detergen ini kemudian membentuk kompleks dengam lipid dan protein dan menyebabkannya terpresipitasi ke dalam larutan. Pada saat penghancuran jaringan sampel pada awal proses isolasi DNA, terjadi pelepasan senyawa polifenol dan polisakarida. Senyawa polifenol yang teroksidasi akan mengadakan ikatan kovalen dengan DNA yang membentuk suatu senyawa kompleks berwarna kecokelatan, sedangkan polisakarida mengalami kompresipitasi dengan asam nukleat saat presipitasi dengan penambahan alkohol sehingga terbentuk suatu matriks seperti lem dalam jumlah berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan DNA menjadi kental, sulit larut secara sempurna dan sulit di pipet meskipun telah dilarutkan dalam buffer TE. Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandang media, DNA yang baik adalah DNA yang serupa pintalan benang. (Zubaidah, 2004: 38) Garam digunakan untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang dikandung oleh garam mampu memblokir (membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu kutub yang bisa menyebabkan molekul-molekul saling tolak menolak satu sama lain sehingga pada saat ion Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA, DNA akan terkumpul (Dollard, 1994, dalam Jamilah, 2005: 21). Dari pernyataan diatas, nampak bahwa selain digunakan untuk menghilangkan protein dan karbohidrat dan menjaga kesetabilan pH lysing buffer, garam juga membantu proses pemekatan DNA. Konsentrasi DNA yang terpresipitasi tergantung dari beberapa hal, antara lain: keenceran sumber DNA yang digunakan dan suhu ethanol. Semakin encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit (Zubaidah, 2004: 38). Sementara semakin dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin pekat. (Dollard, 2005, dalam Jamilah, 2005: 21). Menurut Dollard (2005, dalam Jamilah, 2005: 21-22) pada saat penambahan ethanol, larutan akan tampak terbalik untuk beberapa saat, dan pada akhirnya ethanol akan berada di bagian atas tabung, sementara filtrat berada di bagian dasar tabung karena ethanol memiliki densitas (kerapatan) yang lebih kecil dibandingkan air. DNA akan tampak nyata sebagai strands (unting) putih atau suatu bahan yang kental dengan gelembung udara yang terperangkap di dalamnya. Gelembung ini yang akan menyebabkan DNA naik ke bagian atas larutan. Ditinjau dari jenis buah yang digunakan sebagai sumber DNA, buah yang memiliki kadar air rendah menghasilkan presipitasi DNA yang lebih baik daripada buah yang kadar airnya tinggi. Buah nanas menunjukkan kualitas DNA terbaik disusul selanjutnya berturut turut buah melon, semangka dan jeruk. Hal ini sejalan dengan pendapat Muladno (2005) bahwa dalam proses pembuatan sumber DNA untuk isolasi DNA, hendaknya jangan terlalu encer, karena semakin encer sumber DNA, DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit karena sel yang lisis di dalam air tentu lebih sedikit jika dibandingkan dengan sumber DNA yang lebih kental. Dollard (2005, dalam Jamilah, 2005: 21) menambahkan bahwa semakin encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Kecepatan pembentukan DNA juga dipengaruhi oleh jenis detergen yang digunakan, dalam hal ini detergen wings memiliki kualitas paling baik dalam pembentukan DNA pada ekstrak buah. Ini karena dalam detergen bubuk, kandungan senyawa kimia untuk melisiskan sel terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada detergen jenis lain. Pada percobaan isolasi DNA ini, terdapat perbedaan waktu terlepasnya DNA dari sel. Pada buah semangka, perlakuan yang memerlukan waktu paling cepat untuk melepas DNA adalah pada wings, kedua pada sunlight dan yang terakhir pada rinso. Pada buah jeruk, wings memberikan waktu paling cepat dalam melepaskan DNA, diikuti sunlight pada urutan kedua, dan rinso yang terakhir. Sementara ketebalan DNA yang dibentuk, sunlight menghasilkan DNA yang paling tebal, kemudian rinso dan wings. Pada buah melon, attack memberikan waktu paling cepat dalam melepas DNA, kemudian bukrim dan sunlight. Memberikan pengaruh yang paling besar dalam melepaskan DNA. Namun, jumlah DNA yang dihasilkan sedikit. Pada buah nanas, perlakuan yang memerlukan waktu paling cepat untuk melepas DNA adalah pada wings, kedua pada sunlight dan yang terakhir pada rinso. Total pengaruh dari semua detergen terhadap satu jenis buah adalah sebagai berikut: waktu paling cepat yang dibutuhkan untuk melepaskan DNA adalah pada buah nanas, urutan kedua adalah pada jeruk, urutan ketiga melon dan yang terakhir adalah semangka. Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa ada perbedaan pengaruh detergen waktu dalam melepaskan DNA pada jenis buah tertentu, dimana tidak semua buah letal terhadap kandungan dari suatu detergen. Hal ini terjadi karena pada buah terdapat perbedaan pigmen yang masih berikatan dengan DNA, dimana pigmen ini memiliki ukuran atau kemampuan yang berbeda dalam melepaskan diri dengan DNA pada setiap detergen, sehingga perbedaan waktu terlepasnya DNA dari sel tersebut juga menunjukkan bahwa kemampuan setiap detergen dalam merusak membran sel tidak sama. I. DISKUSI 1. Jelaskan fungsi reagen-reagen pada praktikum isolasi DNA berikut: a. Deterjen b. Garam c. alkohol 2. Apa fungsi pemblenderan buah pada proses isolasi DNA? 3. Mengapa pada proses pengadukan tidak boleh berbusa? 4. Mengapa alcohol yang ditambahkan harus dalam keadaan dingin? 5. Mengapa pada macam deterjen yang berbeda diperoleh kuantitas DNA dan waktu pembentukan yang berbeda? 6. Mengapa pada macam buah yang berbeda diperoleh kuantitas DNA dan waktu pembentukan yang berbeda? Jawaban 1.a. Deterjen berfungsi untuk memecah membran sel (baik membran sitoplasma maupun membran nukleus). Molekul detergen dan lemak terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala yang suka dengan air (hidrofil) dan bagian ekor yang benci dengan air (hidrofob). Bagian yang hidrofob akan berikatan dengan molekul lemak dan protein yang menyusun membran sel. Sedangkan bagian yang hidrofil akan berhubungan dengan air. b. Fungsi garam dapur adalah untuk melisiskan sel yaitu dengan membuat kondisi hipertonis sehingga sel mengalami plasmolisis, NaCl juga melisiskan membran sel, bekerja pada molekul oligosakarida dan glikoprotein pada membran. c. Alkohol dingin berfungsi untuk memisahkan DNA dengan molekul-molekul yang lain, seperti protein. Alkohol mempunyai molekul yang lebih padat dan ringan daripada air sehingga akan berada pada permukaan campuran. Protein dan lemak akan berada pada bagian bawah sedangkan DNA akan memisah dan berada pada daerah alkohol. selain itu alkohol dingin akan mempercepat pembentukan fase gel DNA, karena dalam ke dalam panas akan memperlambat pembentukan gel. 2. Dalam isolasi DNA ini, semua bagian sel selain DNA harus dibuang, seperti dinding sel, membran inti, mitokondria, RE, AG, vakuola dan lisosom. Hal ini dilakukan dengan cara memblender buah-buahan yang akan di isolasi DNAnya. Selain itu, usaha memblender bertujuan untuk memperluas permukaan sel, agar reaksi-reaksi dapat berlangsung lebih cepat, karena secara kimiawi semakin luas permukaan reaktan maka reaksi kimia akan semakin cepat. 3. Pada saat pembutan larutan deterjen harus diaduk dengan hati-hati agar tidak berbuih karena pengadukan larutan bertujuan untuk membantu pengerusakan membran sel oleh detergen, tetapi jika pengadukannya cepat dan keras akan menimbulkan buih yang dapat menyebabkan rusaknya DNA sehingga proses isolasi DNA akan sulit diamati dan menghalangi penyatuan DNA di daerah atas antara alkohol dengan aliqut. selain itu, Pengadukan dilakukan untuk memperbesar pergerakan partikel sel dan detergen agar reaksi berlangsung cepat, dimana detergen bereaksi merusak membran sel. Pengadukan yang terlalu keras atau cepat akan menyebabkan larutan berbuih, hal ini akan menyebabkan terbentuknya rongga udara pada hasil akhir sehingga DNA yang didapatkan tidak murni. 4. Karena alkohol dingin akan mempercepat pembentukan fase gel DNA, karena dalam keadaan panas akan memperlambat pembentukan gel. 5. Kandungan dalam detergen berbeda produk satu dengan produk lain, ada yang banyak adapula yang sedikit sehingga kecepatan pembentukan DNA juga berbeda karena kecepatan pemecahan sel juga berbeda. 6. Jenis buah juga berpengaruh terhadap terhadap hasil isolasi DNA, yaitu pada bauh yang kandungan airnya sedikit, maka daya isolasinya akan semakin lama. Selain itu, pigmen yang terkandung dalam juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses isolasi DNA. J. KESIMPULAN 1. Dari hasil isolasi DNA yang dilakukan, diketahui bahwa jenis detergen berpengaruh terhadap hasil isolasi DNA dan jenis detergen tertentu memberikan pengaruh waktu terbentuknya DNA. 2. Jenis buah juga berpengaruh terhadap terhadap hasil isolasi DNA, yaitu pada bauh yang kandungan airnya sedikit, maka daya isolasinya akan semakin lama. Selain itu, pigmen yang terkandung dalam juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses isolasi DNA. K. DAFTAR PUSTAKA Gardener, EJ dkk. 1991. Principle of Genetic. New York: Jhon Wiley and Sons. INC. Genetics Science Learning Center at the University of Utah. 2005. DNA Extraction, (online), (http://gslc.genetics.utah.edu/basic/howto/DNA_Extraction.html, diakses 18 Februari 2014) Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Detergen, Penambahan Garam Dan Ekstrak Nanas (ananas comulus (L) mers) Terhadap Hasil Isolasi DNA Berbagai Macam Buah Sebagai Topik Praktikum Matakuliah Genetika. Skripsi. Malang: Program Serjana Pendidikan Biologi Kartini, Endang. 2001. Sitologi. Malang : Universitas Negeri Malang. Machmud, wildan. 2006. Penentuan LC 50 48 Jam Detergen dan Pengaruhnya Terhadap Mortalitas Larva Ikan Mas (Cyprus Corpio) Ras Punten dengan tipe Ploidi Yang Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Biologi Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Toha, Abdul Hamid. 2001. Deoxiribosa Nuclear Acid. Bandung: Alfabeta .