Industry Update Jalan Tol Vol 7

May 3, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

9 April, 2015 Office of Chief Economist Industry | Update Volume 7, April 2015  Permintaan akan jalan tol masih relatif tinggi. Panjang jalan tol yang beroperasi di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya. Selama 36 tahun (dari 1978 sampai 2014, jalan tol yang dibangun di Indonesia hanya sepanjang 820,2 km. Sementara panjang jalan tol di Malaysia mencapai 3,000 km, Korea Selatan mencapai 2,623 km dan China mencapai 65,065 km. Jika dilihat periode waktunya, jalan tol di Indonesia banyak dibangun pada jaman orde baru (1978-1999) secara rata-rata mencapai 26,3 km per tahun. Sementara pada 2011-2014, rata –rata panjang jalan tol yang dibangun sebesar 15,7 km per tahun.  Kedepan, Pemerintah berencana membangun jalan tol sepanjang 1000 km selama 2015-2019 atau rata- rata sekitar 200 km per tahun. Hal tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Penambahan jalan tol 1000 km terdiri dari Trans Sumatera, Trans Jawa, Tol Samarinda-Balikpapan dan Tol Manado-Bitung. Berdasarkan data Jasa Marga, diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol 1.153 km sebesar Rp. 132,9 triliun atau sekitar Rp. 115,27 miliar per km jalan tol.  Pada tahun 2015, Pemerintah berencana membangun jalan tol sepanjang 125 km. Rencana jalan tol yang mulai konstruksi pada tahun 2015 antara lain jalan tol Serpong-Kunciran, Kunciran-Cengkareng, Pasir Koja- Soreang, dan Manado-Bitung. Perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol tersebut sebesar Rp. 11 triliun. Sementara ruas tol Trans Sumatera yang rencananya akan dibangun tahun ini adalah ruas tol Tanjung Morawa (Medan) – Kualanamu.  Pembangunan jalan tol 1000 km selama 5 tahun diperkirakan sulit tercapai. Mengingat pembangunan jalan tol selama 36 tahun hanya mencapai 820,2 km atau rata-rata 22,8 km per tahun, kami perkirakan sulit untuk membangun jalan tol 1000 km pada 5 tahun ke depan (2015-2019) atau rata-rata 200 km per tahun. Hal ini dikarenakan pembangunan jalan tol terkendala masalah pembebasan lahan. Pembebasan lahan masih menjadi masalah utama dalam pembangunan jalan tol. Terlambatnya pembebasan lahan menyebabkan biaya investasi semakin meningkat atau terjadi cost over run yang harus ditanggung investor. Salah satu strategi pemerintah untuk mencapai target 1000 km jalan tol Jalan Tol No Keterangan Panjang (km) 1 Jalan Baru 2,650 2 Pemeliharaan Jalan 46,770 3 Jalan Tol 1,000 Trans Sumatera 410 Trans Jawa 452 Tol Samarinda-Balikpapan 99 Tol Manado-Bitung 39 820.2 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 19 78 -1 99 9 20 00 -2 00 5 20 06 -2 01 0 20 11 -2 01 4 To ta l 820 3,000 2,623 65,065 89,030 Indonesia Malaysia South Korea China US Histori Jalan Tol yang Beroperasi di Indonesia (km) Sumber: BPJT Perbandingan Panjang Jalan Tol di Berbagai Negara (km) Sumber: BPJT dan berbagai sumber Rencana Pembangunan Jalan dalam RPJMN 2015-2019 Sumber: RPJMN 2015-2019 hal 2 Industry UpdateVolume 7, April 2015 adalah dengan memberlakukan regulasi yang lebih baik terutama terkait aturan pengadaan lahan.  Percepatan pembebasan lahan menjadi katalis positif utama pembangunan jalan tol di tahun 2015. Pemerintah mengimplementasikan UU No.2 Tahun 2012 terkait pengadaan lahan mulai tahun 2015. Berdasarkan UU tersebut, pembebasan lahan untuk kepentingan umum merupakan tanggung jawab Pemerintah yang dilakukan oleh Panitia Pembebasan Tanah (P2T) dan terdapat kepastian waktu pengadaan lahan yang mencapai 312-552 hari kerja.  Untuk mendukung implementasi UU tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 pada tanggal 17 Maret 2015. Perpres tersebut merupakan perubahan ketiga atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012. Dalam perpres tersebut dinyatakan bahwa pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dapat bersumber terlebih dahulu dari dana Badan Usaha selaku Instansi yang memerlukan tanah yang mendapat kuasa berdasarkan perjanjian. Pendanaan Pengadaan Tanah oleh Badan Usaha kemudian dibayar kembali oleh Pemerintah melalui APBN/APBD atau dapat berupa perhitungan pengembalian nilai investasi.  Selain masalah pengadaan lahan, resiko lain yang dihadapi adalah kenaikan biaya konstruksi. Struktur biaya operasional industri jalan tol terbesar pada biaya konstruksi (38,6%) dan biaya pemeliharaan jalan tol (20,1%). Pertumbuhan IHPB pada triwulan I tahun 2015 mengalami penurunan, namun rata-rata pertumbuhan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) konstruksi pada Januari 2014 – Maret 2015 sebesar 7,48% masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan IHPB konstruksi pada 2012-2013 sebesar 4,34%.  Penundaan kenaikan tarif dari Pemerintah juga dapat menyebabkan tingkat pengembalian investasi jalan tol berkurang. Penyesuaian tarif tol ditentukan berdasarkan UU No.38 Tahun 2004 dan PP No. 43 Tahun 2013. Penyesuaian tarif tol dihitung berdasarkan inflasi dan dilakukan setiap dua tahun sekali serta berdasarkan Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), terdapat tarif di 20 ruas tol yang rencananya akan naik pada tahun 2015. Namun, rencana kenaikan tarif tol tersebut dapat ditunda karena tergantung pada hasil evaluasi standar pelayanan minimum (SPM) jalan tol oleh Kementerian PU. Faktor resiko lainnya adalah perbaikan transportasi publik yang berpotensi mempengaruhi volume kendaraan di jalan tol. Koridor Panjang (km) IRR (%) LAMPUNG-PALEMBANG 358 16.69 PALEMBANG-PEKANBARU 610 12.9 PEKANBARU-MEDAN 548 15.62 MEDAN-BANDA ACEH 460 9.05 PALEMBANG-BENGKULU* 303 8.87 PEKANBARU-PADANG* 242 9.78 MEDAN-SIBOLGA* 175 6.77 TOTAL 2,628 Beban Pengumpu lan Tol, 13.7% Beban Pelayanan Pemakai Jalan Tol, 7.3% Beban Pemelihar aan Jalan Tol, 20.1% Beban Kerjasama Operasi, 4. 3% Beban Konstruksi , 38.6% Beban Umum dan Administr asi, 15.6% Beban Lain- Lain, 0.4% 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 0 20 40 60 80 100 120 140 Ja n- 12 Ju l-1 2 Ja n- 13 Ju l-1 3 Ja n- 14 Ju l-1 4 Ja n- 15 IHPB Konstruksi Indonesia Pertumbuhan % yoy (sumbu kanan) Rencana Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera *Koridor pendukung Struktur Biaya Usaha Industri Jalan Tol Sumber: Jasa Marga Sumber: BPS Perkembangan IHPB Konstruksi Indonesia hal 3 Industry UpdateVolume 7, April 2015  PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI). menargetkan ekspor sekitar 50 ribu unit kendaraan jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) pada 2019 mendatang. Perseroan mengatakan, target ekspor tersebut diharapkan bisa tercapai seiring dengan beroperasinya pabrik baru perseroan Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut berkapasitas 160.000 unit per tahun dan diharapkan selesai pada tahun 2017. Jenis kendaraan yang akan diekspor Mitsubishi nantinya diperkirakan berjenis multi purpose vehicle (MPV). Pada tahap awal, perseroan berencana mengekspor ke Thailand, Filipina, dan Vietnam sebagai negara tujuan ekspor dan akan diperluas ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan pada 2019.  Pemerintah Kabupaten Jayapura bersama dengan PT Semen Indonesia Tbk berencana akan membangun pabrik semen terintegrasi pertama di Provinsi Papua dengan nilai USD150 juta. Ground breaking pembangunan pabrik semen dengan kapasitas 1 juta ton semen per tahun ditargetkan pada Januari 2016. Dengan demikian, operasional pabrik ditargetkan pada tiga tahun mendatang. Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis PT Semen Indonesia Tbk mengatakan pembangunan pabrik semen ini diharapkan dapat memenuhi permintaan kebutuhan semen di Provinsi Papua yang mencapai sekitar 800.000 ton pada 2014. Kedepannya, pabrik tersebut diharapkan dapat memasok permintaan semen di daerah sekitar papua seperti Maluku dan ekspor ke Papua New Guinea.  Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyatakan 50% ekspor komoditas batubara nasional belum menggunakan mekanisme surat kredit berdokumen dalam negeri atau Letter of Credit (L/C). Direktur Eksekutif APBI mengatakan pada umumnya perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi I dan PKP2B Generasi II yang belum memakai L/C tersebut. Mekanisme penggunaan L/C berpotensi mengganggu kegiatan ekspor batubara. Asosiasi berharap pemerintah dapat melakukan penangguhan sampai akhir tahun 2015 sehingga ekspor dapat berjalan normal. Sebagai tambahan informasi, produksi batu bara nasional tahun ini mencapai 425 juta ton. Sekitar 110 juta ton dari produksi itu untuk kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation. 20 40 60 80 100 120 140 A p r- 1 2 Ju l- 1 2 O ct -1 2 Ja n -1 3 A p r- 1 3 Ju l- 1 3 O ct -1 3 Ja n -1 4 A p r- 1 4 Ju l- 1 4 O ct -1 4 Ja n -1 5 A p r- 1 5 Quote of The Week “The total infrastructure investment needed in the Asia Pacific region between 2010 and 2020 is approximately $US8 trillion” The Asia Development Bank News Crude Oil Daily Price (USD/Barrel) Sumber: Bloomberg Coal (USD/Ton) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Ap r-1 3 Ju n- 13 Au g- 13 Oc t-1 3 De c- 13 Fe b- 14 Ap r-1 4 Ju n- 14 Au g- 14 Oc t-1 4 De c- 14 Fe b- 15 Ap r-1 5 Sumber: Bloomberg Rubber (USD/Kg) Sumber: Bloomberg hal 4 Industry UpdateVolume 7, April 2015 Commodities Unit Last Price* MoM Ytd YoY Oil - London Exchange USD/barrel 54.2 -10.9% -2.7% -47.8% Oil - New York Exchange USD/barrel 49.1 -0.9% -7.8% -50.7% Coal USD/Metric Ton 53.9 -14.0% -10.5% -29.7% Aluminum USD/Metric Ton 1795.0 -1.4% -1.1% -7.2% Copper USD/Metric Ton 5980.0 1.3% -5.1% -10.4% Nickel USD/Metric Ton 12975.0 -7.2% -13.6% -19.8% Tin USD/Metric Ton 16655.0 -6.2% -14.1% -28.0% Gold USD/troy oz 1202.6 -0.4% 1.5% -6.8% Platinum USD/troy oz 1153.8 -3.0% -4.6% -19.7% Pulp USD/ton 759.3 0.8% 2.2% -0.8% Rubber Tokyo USD/kg 1.7 -6.5% 4.7% -27.6% Palm Oil USD/ton 645.0 -8.2% -11.9% -28.3% Soybean USd/bushel 986.0 -2.7% -4.3% -18.4% Cocoa USD/metric ton 2795.9 -8.1% -5.9% -7.5% * Closing date: 4/6/2015 Source: Bloomberg Commodities Price Movement Disclaimer Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is available upon request. Composite Index Performance Composite Index Trading Day Closing Price Ytd YoY Agricultural Index 4/6/2015 2248.5 -4.36% -1.01% 3/30/2015 2261.6 -3.80% -0.91% 3/23/2015 2291.1 -2.55% 0.35% Mining Index 4/6/2015 1296.2 -5.31% -7.22% 3/30/2015 1292.6 -5.58% -6.27% 3/23/2015 1307.4 -4.50% -4.52% 4/6/2015 477.7 -12.13% -15.22% 3/30/2015 475.3 -12.57% -11.52% 3/23/2015 480.2 -11.68% -12.31% 4/6/2015 1387.3 6.14% -0.04% 3/30/2015 1417.8 8.47% 8.88% 3/23/2015 1396.3 6.82% 8.76% Consumer Index 4/6/2015 2317.0 6.38% 15.84% 3/30/2015 2312.6 6.18% 17.39% 3/23/2015 2311.4 6.13% 20.53% 4/6/2015 560.4 6.75% 23.61% 3/30/2015 553.2 5.39% 27.37% 3/23/2015 550.3 4.84% 26.07% 4/6/2015 1091.0 -5.97% 6.10% 3/30/2015 1094.3 -5.69% 9.74% Transportation Index 3/23/2015 1115.1 -3.89% 12.51% 4/6/2015 998.8 13.68% 14.22% 3/30/2015 983.0 11.88% 14.28% 3/23/2015 971.5 10.57% 14.52% Source: Bloomberg, Jakarta Stock Exchange Trade, Service and Investment Index Basic Industries & Chemical Index Miscellaneous Industries Index Property & Real Estate Index Infrastructure, Utilities, and Published by: Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Phone: 62-21-5245557 Fax: 62-21-5210430 Analyst: M. Ajie Maulendra Nadia Kusuma Dewi Sindi Paramita Adjie Harisandi Mamay Sukaesih Araminta Setyawati


Comments

Copyright © 2025 UPDOCS Inc.