Ika Nur Fitriani_pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe ...

May 4, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 PEMANFAATAN EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALE LINN. VAR. RUBRUM) UNTUK BAHAN PEMBUATAN DEODORAN HERBAL ALAMI Ika Nur Fitriani, Rizki Nor Amelia, dan Anggi Ristiyana Puspita Sari Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal yang tepat untuk pembuatan deodoran yang berbahan ekstrak rimpang jahe merah dan mengetahui efektivitas dari deodoran stick ekstrak jahe merah tersebut apabila dilihat dari uji organoleptik dan uji bakteri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat tahapan, yaitu pembuatan ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Linn var Rubrum.), pembuatan deodoran stick, pengujian bakteri di laboratorium, dan uji organoleptik. Hasil penelitian ini adalah ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Linn var Rubrum.) yang mempunyai kadar oleoresin 2,85345 % berpotensi digunakan sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus. Proses pembuatan deodoran stick dari ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Linn var Rubrum.) memiliki dua tahap, yaitu pembuatan ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Linn var Rubrum.) dengan metode maserasi dan mencampurkan ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber officinale Linn var Rubrum.) dengan natrium stearat dan propilen glikol hingga berbentuk padat. Uji organoleptik menyatakan warna dan tampilan, aroma, dan sensasi di kulit baik. Uji daya hambat ekstak jahe merah (Zingiber) terhadap pertumbuhan bakteri Sthapylococcus aureus dilakukan dengan media Mueller-Hinton Apray Agar. Analisis sidik ragam Anova, aktifitas antibakteri pada bakteri S. Aureus menunjukkan bahwa . konsentrasi tidak menunjukkan pengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa produk deodoran jahe memiliki aktivitas antibakteri yang sama terhadap pertumbuhan S. Aureus Hasil pengujian terhadap masing-masing konsentrasi 10%, 20%, dan 30% diperoleh daya hambat berturut-turut 11,33mm, 11,33mm, dan 11 mm. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa deodoran efektif dan optimum pada konsentrasi 10%. Kata kunci : Deodorant stick, Ekstrak rimpang jahe merah, Staphylococcus aureus, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bromhidrosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan bau badan ternyata bukan merupakan masalah sepele bagi kebanyakan orang. Banyak orang beranggapan bahwa bau badan disebabkan karena adanya keringat yang berlebih. Namun faktanya tidak demikan. Sebenarnya keringat hanya berbau lemak tetapi karena setiap bakteri pada rambut ketiak berperan dalam proses pembusukan, maka hal inilah yang menimbulkan bau tidak sedap. Seiringan dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diciptakanlah deodoran yaitu semacam bahan pencegah bau badan yang mengandung wangi-wangian dan antibakteri. Selain itu, deodoran juga mengandung suatu zat aktif yang disebut antiperspirant. Zat ini berfungsi untuk menyerap keringat yang berlebihan, sehingga badan akan tetap kering dan nyaman. Justru yang menjadi permasalahannya adalah antiperspirant diindikasikan sebagai salah satu pencetus kanker, terutama kanker payudara. Antiperspirant menyebabkan pembuangan racun tubuh yang selama ini keluar bersama keringat menjadi terhambat. Racun tersebut kemudian terakumulasi pada kelenjar getah bening dan lama-kelamaan dapat menimbulkan kanker. Indikasi ini diperkuat oleh hasil penelitian yang diumumkan Dr. Philippa Darbre, Februari 2004. Senyawa kimia sintetik paraben yang biasa digunakan dalam kosmetik atau deodoran agar tahan lama, ditemukan dalam 18 dari 20 kasus tumor payudara (Sudirman dkk, 2010:4). Munculnya indikasi deodoran yang dapat menimbulkan kanker ini menyebabkan banyak orang merasa takut dan khawatir. K-113 Ika Nur Fitriani, Rizki Nor Amelia, dan Anggi Ristiyana Puspita Sari Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe … Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah. Hampir semua jenis flora yang ada di dunia dapat ditemukan disini, salah satunya adalah tanaman jahe. Tanaman jahe adalah salah satu dari berbagai jenis rempah-rempah yang sangatlah penting khasiatnya. Tanaman jahe sendiri telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi masyarakat, baik sebagai bumbu dapur maupun obatobatan. Begitu akrabnya sehingga setiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis), dan lali (Irian) (Sutrisno Koswara: 2010). Sebenarnya tanaman jahe merupakan tanaman kuno yang berasal dari daerah sekitar Asia dan India bagian selatan. Manfaat rimpang (rhizom) jahe sebagai bahan obat-obatan sudah lama dikenal di negara Cina berdasarkan prasasti berbahasa Sansekerta (Sumeru Ashari, 1995:441). Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, umumnya dikenal tiga varietas jahe, yaitu : jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Dari ketiga jenis jahe tersebut jahe merah merupakan bahan yang paling cocok digunakan untuk bahan dasar farmasi, ramuan, dan obat-obatan dikarenakan jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa yang paling pedas. Jahe merah juga mengandung antiflamasi dan antibakteri sehingga efektif dalam mengusir bau badan (Abioby, 2010). Oleh karena itu deodoran jahe merah tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat diajukan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi optimal (perbandingan kadar antara ekstrak rimpang jahe merah dengan natrium stearat dan propilen glikol) dalam pembuatan deodoran ekstrak rimpang jahe merah? 2. Bagaimana efektivitas deodoran ekstrak rimpang jahe merah tersebut apabila dilihat dari segi hilangnya bau setiap satu jamnya dan adanya iritasi pada kulit? 3. Bagaimana efektivitas deodoran ekstrak rimpang jahe merah dilihat dari daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus ? C. Tujuan Program Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kondisi optimal (perbandingan kadar antara ekstrak rimpang jahe merah dengan natrium stearat dan propilen glikol) yang tepat untuk pembuatan deodoran yang berbahan ekstrak rimpang jahe merah. 2. Mengetahui efektivitas dari deodoran ekstrak jahe merah tersebut apabila dilihat dari segi hilangnya bau setiap satu jamnya dan adanya iritasi pada kulit. 3. Mengetahui efektivitas deodoran ekstrak rimpang jahe merah dilihat dari daya hambat terhadap bakteri PEMBAHASAN Dalam mempersiapkan ekstrak rimpang jahe merah, tahap pertama yang dilakukan adalah membersihkan jahe merah dari kotoran dengan cara mencuci bersih, tetapi kulit rimpang jahe merah tidak dikelupas karena kandungan jahe merah juga terdapat pada kulitnya. Agar luas permukaan rimpang jahe merah lebih besar, peneliti mengiris tipis rimpang jahe merah sehingga laju reaksi berlangsung lebih cepat selain itu dapat mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan ekstraksi. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu 300C selama 1 jam pada kondisi vakum agar rimpang jahe merah tidak lagi mengikat air. Ekstrak rimpang jahe merah diperoleh melalui metode maserasi. Tahap yang dilakukan adalah memblender irisan rimpang jahe merah yang telah dikeringkan dan direndam dengan pelarut. Pelarut yang digunakan yaitu alkohol 96%. Menurut Singh (dalam Sarah, 2011) prinsip metode maserasi yaitu terjadinya peristiwa leaching pada komponen aktif dalam bahan yang memiliki sifat kelarutan yang sama dengan pelarut yang digunakan. Oleoresin merupakan senyawa polar sehingga pelarut yang K-114 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 digunakan yaitu etanol 96% yang juga bersifat polar. Etanol yang digunakan 96% bukan 70% karena etanol ini lebih murni, apabila etanol 70% maka masih terdapat 30% pengotor yang lain seperti metanol, air, dan masih banyak impurities lainnya. Proses memblender rimpang jahe merah ditambahkan dengan alkohol 96% dengan perbandingan rimpang jahe merah:alkohol 96% adalah 1:4. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan memerasnya dan diperoleh ekstrak rimpang jahe merah. Dengan menggunakan ekstrak rimpang jahe merah tesebut, tahap berikutnya adalah membuat formula deodoran dengan tiga variasi konsentrasi. Berikut ini adalah variasi formula deodoran dengan perbandingan kadar ekstrak rimpang jahe merah:natrium stearat:propilen glikol. sampel I = 2,5 : 7,5 :15 sampel II = 5 : 5 :15 sampel III= 7,5 : 2,5 :15 Oleh karena natrium stearat tidak dijumpai di pasaran, maka peneliti membuatnya dengan cara reaksi penetralan, yaitu mencampurkan asam stearat dengan NaOH 1M. Natrium stearat ini berfungsi untuk memadatkan deodoran. Hasil yang diperoleh dari proses pencampuran bahan untuk memperoleh deodoran padat ternyata kurang memuaskan. Deodoran padat yang dihasilkan terlalu kenyal dan kurang padat, selain itu warnanya juga kurang menarik begitu juga dengan aroma yang dihasilkan. Hal ini disebabkan ekstrak rimpang jahe merah yang kurang murni karena ekstrak hasil metode maserasi masih terdapat endapan dan zat aktif yang belum terserap sepenuhnya. Pada dasarnya masih terdapat berbagai proses lanjutan agar diperoleh ekstrak murni setelah metode maserasi, seperti metode kromatografi, tetapi metode kromatografi ini kurang efektif untuk mendapatkan minyak atsiri dari rimpang jahe merah karena alat kromatografi dapat rusak apabila dimasuki serbuk jahe. Hal ini karena zat yang terkandung dalam ekstrak rimpang jahe merah mudah rusak dalam alat kromatografi. Berbagai literatur menyebutkan ternyata pengambilan ekstrak jahe merah tidak menggunakan metode maserasi yang dilanjutkan kromatografi, tetapi metode soxhlet yang paling efektif. Metode tersebut lebih sesuai dibandingkan dengan metode lain dan dapat diperoleh ekstrak yang murni. Karena alasan ini, peneliti kemudian memilih mendapatkan ekstrak rimpang jahe merah murni dengan metode soxhlet. Tahap pertama yang dilakukan dalam metode soxhlet adalah membungkus rimpang jahe merah yang telah dikeringkan dan diblender dengan menggunakan kertas saring kemudian memasukkannya ke dalam alat soxhlet. Dalam membungkus rimpang jahe merah, peneliti menambahkan kapas pada kertas saring agar sampel tidak keluar selama proses soxhletasi berlangsung. Pemblenderan rimpang jahe merah kali ini tidak ditambahkan alkohol 96% karena tujuan proses memblender ini hanya agar luas permukaan rimpang jahe merah lebih besar sehingga proses ekstraksi dengan metode soxhlet berlangsunng lebih cepat. Pelarut yang digunakan sama seperti pada metode maserasi yaitu alkohol 96% karena alkohol 96% memiliki sifat yang sama dengan oleoresin yaitu bersifat polar. Selain alasan tersebut, peneliti memilih alkohol 96% sebagai pelarut karena bersifat volatil (mudah menguap). Tahap berikutnya adalah menuangkan alkohol 96% dengan perbandingan alkohol 96% dan rimpang jahe merah adalah 4:1 ke dalam alat soxhlet. Kemudian memasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat sebelum reaksi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya letupan-letupan saat ekstraksi berlangsung juga untuk meratakan pemanasan. Ekstraksi dilakukan pada kisaran suhu 40°C-50°C sebanyak 12 kali sirkulasi. Hal ini bertujuan agar semakin banyak minyak yang terekstrak dari sampel. Metode soxhlet ini dilanjutkan dengan mengevaporasi residu yang diperoleh untuk memisahkan minyak atsiri rimpang jahe merah dengan pelarut. Pemisahan ekstrak rimpang jahe merah dengan pelarut menggunakan rotary vacum evaporator selama 4 jam. Hal ini dilakukan agar minyak yang diperoleh benar-benar murni. Proses pengambilan ekstrak rimpang jahe merah dengan metode soxhlet tersebut diperoleh hasil untuk setiap 50 gram jahe merah sebanyak 15 mL minyak atsiri. Uji oleoresin ekstrak rimpang jahe merah dilakukan di Laboratorium Chemix untuk membuktikan bahwa ekstrak rimpang jahe merah yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak rimpang jahe merah melalui metode sohxlet ini terdapat 2,8545% oleoresin. Hal ini sesuai teori yaitu kadar oleoresin jahe merah berkisar antara 2,5%-3%. Untuk selanjutnya, pembuatan deodoran padat menggunakan ekstraksi rimpang jahe merah hasil proses soxhletasi. Variasi formula yang digunakan sama dengan pembuatan deodoran padat K-115 Ika Nur Fitriani, Rizki Nor Amelia, dan Anggi Ristiyana Puspita Sari Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe … sebelumnya. Hasil deodoran padat yang kedua ini memang masih kurang memuaskan karena aroma yang dihasilkan juga kurang sedap dan teksturnya kurang padat, meskipun begitu terdapat perbedaan dengan deodoran padat yang sebelumnya yaitu warna yang dihasilkan tampak lebih baik. Deodoran padat yang dihasilkan baik menggunakan ekstrak rimpang jahe merah hasil metode maserasi maupun metode sohxlet ternyata tidak tahan lama. Deodoran ini tidak dapat memadat hingga jangka waktu sekitar tiga minggu, semakin lama deodoran ini tak lagi memadat dan cenderung mencair. Deodoran tersebut kemudian diuji dengan menggunakan uji organoleptik. Penelitian pendahuluan dari pengambilan ekstrak jahe dengan metode maserasi diperoleh data sebagai berikut : Konsentrasi ekstrak jahe Zona hambat 20% 7mm 40% 7mm 60% 6mm 80% 5mm 100% 7mm Data tersebut menunjukkan konsentrasi optimum pada ≤40%, semakin tinggi konsentrasi daya hambat menjadi semakin menurun karena bakteri menjadi resisten sehingga zona hambat menurun. Hal ini membuat peneliti menguji konsentrasi pada 10%, 20%, dan 30% pada penelitian selanjutnya. Metode maserasi mempunyai beberapa kekurangan diantaranya hasil ekstrak yang didapat belum murni dan seharusnya masih ada tahap lanjutan sehingga peneliti mengubah metode pengambilan ekstrak jahe dengan metode soxhletasi. Ekstrak yang didapat pada metode soxhletasi lebih murni daripada maserasi. Hasil uji kepekaan difusi terhadap Staphylococcus aureus. Nomor koloni bakteri 1 2 3 Diameter zona hambat B C 11 11 12 12 11 11 Tabel 1. Hasil penelitian uji bakteri A 0 0 0 D 11 11 11 E 11 12 12 Diameter zona hambat yang terbentuk dari percobaan ditunjukkan dalam satuan milimeter. Zona hambat yang terbentuk menunjukkan adanya efek antimikroba dari deodoran ekstrak rimpang jahe merah dengan berbagai variasi konsentrasi. Tabel 3 diatas menunjukkan perbedaan zona hambat pada setiap antibiotik yang terbentuk di kertas cakram. Apabila dirata-rata, maka diperoleh rata-rata zona hambat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. No 1 2 3 4 5 Konsentrasi deodoran Rata-rata zona hambat (mm) 0% 0 10% 11,33 20% 11,33 30% 11 100% 11,67 Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat antibiotik K-116 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 15 rata-rata zona hambat (mm) 10 5 0 A B C Konsentrasi (%) D E Grafik 1. Hubungan zona hambat dengan konsentrasi produk melalui soxhletasi Uji statistik dari data penelitian yang diperoleh berupa uji Anove One Way. Karena terdapat variabel numerik yang berdistribusi normal dan terdapat lebih dari dua kelompok, maka digunakan uji Anova One Way untuk mengukur perbandingan rata-rata antara konsentrasi produk. Signifikansi dari uji homogenitas variansi untuk menilai ada kelompok yang memiliki perbedaan varian atau tidak. Didapatkan sig 0,6300 (p>0,05), maka didapat bahwa varian data adalah sama sehingga dapat langsung dilakukan penilaian uji Anova atau data tidak perlu ditransformasi. Pada uji Anova didapatkan nilai p=0,00 yang artinya tidak terdapat perbedaan pada tiap kelompok konsentrasi produk. Karena varians data sama maka uji berikutnya adalah valid. Analisis sidik ragam Anova, aktifitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus Aureus menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tidak menunjukkan pengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa produk deodoran jahe memiliki aktivitas antibakteri yang sama terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Perlakuan macam konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (F hitung < F tabel: α= 0,05). Konsentrasi 10% dan 20% memiliki zona hambat yang sama yaitu 11, 33 mm sedangkan pada konsentrasi 30% zona hambat 11,00 mm. Pengujian bakteri pada konsentrasi yang semakin tinggi justru mempersempit zona hambat. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi akan menjadi resisten terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat di kulit. ANOVA VAR00001 Between Groups Within Groups Total Sum of Squares ,222 1,333 1,556 df 2 6 8 Mean Square ,111 ,222 F ,500 Sig. ,630 Hasil dari uji bakteri ini didapatkan bahwa konsentrasi formula deodoran jahe optimum pada 10% dan 20%. Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap produk deodoran ini. Dalam melakukan uji organoleptik, peneliti menyebar angket. Kondisi optimal diperoleh melalui parameter warna dan tampilan, bau, kelengketan, dan iritasi terhadap kulit. Parameter hilangnya bau tidak dapat digunakan sebagai tingkat keefektifan karena bau sudah hilang dalam jangka waktu beberapa menit. Deodoran ini juga dapat digunakan sebagai obat gatal karena pernah diujicobakan kemudian dapat menghilangkan gatal. Dalam angket yang dibagikan kepada responden, responden diminta untuk mengisi skor pada parameter sesuai dengan pendapat mereka. Nilai A berarti sangat baik, B berarti baik, C berarti cukup, D berarti kurang, dan E berarti sangat kurang. Skor untuk masing-masing skor tersebut secara berturut-turut adalah lima, empat, tiga, dua, dan satu. Dengan begitu, peneliti dapat mengolah datanya menggunakan uji hedonik. Berikut ini disajikan pengolahan data untuk uji organoleptik sesuai dengan parameternya. Apabila semua data K-117 Ika Nur Fitriani, Rizki Nor Amelia, dan Anggi Ristiyana Puspita Sari Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe … telah diolah, keefektifan produk deodoran berdasar uji organoleptik ditentukan sesuai keterangan pada tabel 3. Total skor 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 Keterangan Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik Tabel 3. Keterangan skor yang diperoleh Parameter pertama yaitu warna dan tampilan. Berdasarkan dari hasil ketiga sampel yang diujikan kepada dua puluh responden atau panelis, sampel yang memperoleh skor tertinggi adalah sampel pertama dengan konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah adalah 10%. Parameter kedua adalah aroma dan diperoleh skor tertinggi pada konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah 30%. Parameter ketiga adalah sensasi deodoran di kulit dan diperoleh skor tertinggi pada konsentrassi ekstrak rimpang jahe merah 10%. Secara keseluruhan, sampel yang memperoleh skor tertinggi adalah sampel pertama yaitu sampel dengan konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah sebesar 10%. Sampel pertama ini dapat dikatakan baik, meskipun parameter aroma memiliki nilai terendah diantara sampel yang lain. Panelis P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Warna dan tampilan Aroma I II III I II III 5 5 4 3 4 5 4 3 2 3 2 2 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 4 5 4 4 3 2 2 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 5 3 4 5 2 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 5 5 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4 80 76 75 69 71 75 Tabel 4. Perolehan skor pada uji organoleptik Sensasi di kulit I II 5 5 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 2 2 3 4 4 5 4 4 4 4 77 74 III 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 5 4 4 74 K-118 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 KESIMPULAN 1. Kondisi optimal dari uji organoleptik dan uji bakteri pada konsentrasi ekstrak jahe 10% dengan perbandingan ekstrak jahe merah 2,5 mL; natrium stearat 7,5mL; dan propilen glikol 15 mL. 2. Deodoran yang berfungsi sebagai deodoran herbal alami ini efektif karena tidak adanya iritasi pada kulit, namun tidak dapat dilihat dari segi hilangnya bau setiap satu jam karena sudah hilang dalam waktu beberapa detik. DAFTAR PUSTAKA Abioby. 2010. Tanaman untuk Bahan Deodoran Alami. Diunduh dari http://id.shvoong.com/howto/health/2071705-tanaman-untuk-bahan-deodoran-alami/#ixzz1Qmz48bMy pada 30 Juni 2011 : 13.14 WIB. Aamprogresif. 2011. Jenis Tanaman Jahe. Diunduh dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2119224-jenis-tanamanjahe/#ixzz1Qmx9PVVW oleh aamprogresif pada30 Juni 2011 : 09.33WIB. Marsudiyanto.2010.Khasiat Jahe Merah. Diunduh dari http://bu.marsudiyanto.info/khasiat-jahemerah.html pada 30 Juni 2011 : 10.05 WIB. Mirza. 2010. Informasi tentang Jahe. Diunduh dari http://labeurjahe.com/index.php/informasi-tentang-jahe.html pada 29 Juni 2011 : 11.17 WIB. Muj.____. Obat-obatan Gaya Hidup. Diunduh dari http://www.kelas-mikrokontrol.com/jurnal/iptek/bagian-2/obat-obatan-gaya-hidup.html pada 30 Juni 2011 : 10.56 WIB. Shanaz Nadia Idris, dkk. 1992. Bromhidrosis. Diunduh dari http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:1SdcTy2omisJ:www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09 _Bromhidrosis.pdf/09_Bromhidrosis.pdf+pengertian+bromhidrosis&hl=id&gl=id&pid=bl&srci d=ADGEESiVBQ048LxKqD6jYmNDZ_TKQQvDyFzTidGuX6i8CwxXsUQ5tSbYtVyOqB0q paT1CQ8FfPxAugasb4E4vWGZk4g7sid8lFbp0ZvEsqiNNqyGi96XpK743DfbZoSt4LdcwWQ T6r&sig=AHIEtbTQmxUITAqMQUjXJtAzVrUj5s5frg pada 20 Juli 2011 : 19.30 WIB. Sudirman dkk. 2010. “Pemanfaatan Kapur Sirih sebagai Deodoran Alternatif Pencegah Terjadinya Bau Badan (Bromhidrosis)”. PKM-AI. Jurusan PPKn, UNM. Sumeru Ashari.1995.Hortikultura Aspek Budidaya.Jakarta: UI Press. Sutrisno Koeswara.2010.Tanaman Jahe Serta Kandungan Rimpangnya. Diunduh dari http://www.agrilands.net/read/full/agritips/ pada 29 Juni 2011 : 09.45 WIB. Yani Pribadi Kusuma Wardhani. 2002. “Mempelajari Metode Pembuatan Deodoran Batang dengan Penambahan Karagenan serta Analisis Sifat Fisik dan Kimia”. Skripsi S1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Sarah Fathia.2011.”Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen”. Skripsi S1. IPB K-119 Ika Nur Fitriani, Rizki Nor Amelia, dan Anggi Ristiyana Puspita Sari Pemanfaatan Ekstrak Rimpang Jahe … K-120


Comments

Copyright © 2024 UPDOCS Inc.