PENGETAHUAN OPSWANGER KONFIDENSIAL KONFIDENSIAL 12 OPERASI LAWAN INSURJENSI 1. Umum. Operasi lawan insurjensi adalah Operasi yang melibatkan satuan tempur, aparat teritorial dan intelijen serta unsur Polri, Pemda maupun masyarakat setempat. Operasi ini pada hakekatnya adalah suatu pekerjaan, usaha dan tindakan militer yang terencana untukmemperebutkan / memenangkan hati dan pikiran penduduk setempat yang kemudian dilajutkan secara fisik mencari dan menghancurkan insurjensi dengan aksi dan pertempuran lawan insurjensi. 2. Konsep dasar Operasi Lawan Insurjensi. a. Penyelesaian masalah insurjensi harus diarahkan kepada penyebab terjadinya gerakan tersebut yaitu organisasi subversi dan bukan kekuatan bersenjatanya semata-mata. Dalam hal ini maka operasi lawan insurjensi adalah suatu operasi dengan kerjasama antara penguasa sipil dan Angkatan Bersenjata baik di pusat maupun di daerah. Usaha bersama ini digunakan untuk melakukan tekanan secara serentak kepada insurjensi yang mencakup semua bidang. Secara umum maka operasi tersebut mencakup empat (4) macam tahap sebagai berikut : pembersihan, mempertahankan apa yang telah dicapai selanjutnya meningkatkan kondisi daerah, konsolidasi serta stabilisasi dalam rangka meningkatkan ketahanan masyarakat. b. Pembersihan ( âClearingâ ). Daerah-daerah yang telah disusupi oleh subversi, sel-sel bawah tanah dan mungkin satuan insurjensi pertama-tama harus dibersikan lebih dahulu dari anasir tersebut. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah penyelidikan untuk menemuka daerah basis insurjensi, dengan sasaran meliputi kekuatan dan kelemahan musuh, keadaan medan dan kondisi, politik, ekonomi, sosial budaya serta penduduk. Operasi-operasi pembersihan dapat dilakukan dengan gabungan intelijen, operasi tempur, teritorial dan kamtibmas dengan titik berat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Operasi tempur terutama ditujukan untuk menghancurkan insurjen di daerah basisnya. Dengan adanya tekanan-tekanan ini maka insurjensi mungkin akan mengabaikan personelnya didalam daerah tersebut atau menyusupkannya keluar daerah. Untuk menghadapi hal ini maka satuan-satuan ditempatkan sedemikian rupa sehingga menutup kemungkinan pihak insurjensi untuk memusatkan pasukannya atau meloloskan diri keluar daerah atau mencegah perkuatan dari daerah lain. Pembersihan daerah ini menjadi dasar untuk pembangunan basis operasi awal bagi pembersihan secara total seluruh daerah yang kacau dari pengaruh insurjensi dengan operasi-operasi lawan insurjensi selanjutnya. / c. Mempertahankan â¦. c. Mempertahankan dan meningkatkan kondisi daerah yang telah dikuasai ( âHoldingâ ). Daerah-daerah yang telah dibersihkan tetap dikuasai oleh satuan-satuan operasional TNI, sehingga tidak memungkinkan insurjensi untuk kambuh atau melaksanakan kegiatannya. Kegiatan penting yang perlu dilakukan adalah menata kembali pemerintahan dan pranata masyarakat untuk selanjutnya melaksanakan pembangunan guna menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pembinaan ketahanan Nasional. Dengan meningkatakan kehidupan masyarakat dalam semua aspek kehidupan seperti pertanian, kesehatan, sarana komunikasi dan lain-lain akan lebih nmenimbulkan semangat penduduk untuk membantu pasukan lawan insurjensi serta melakukan tindakan yang positif guna mencegah penyusupan kembali insurjensi serta melaporkan sel-sel yang ditinggalkannya. Keadaan tersebut harus dipertahankan serta ditingkatkan sehingga tercapai suatu kondisi yang mendukung untuk tindakan berikutnya. d. Konsolidasi ( âWinningâ ). Kodisi penduduk diuasahakan sedemikian rupa sehingga kehidupannya normal, kegiatan berjalan seperti sedia kala dan pendudk menaruh kepercayaan kepada pemerintah. Dalam hal ini dilakukan kegiatan pembangunan, mengajak penduduk berpartisipasi dalam menanggulangi akibat-akibat kekacauan, sehingga tidak ada peluang bagi lawan untuk membangun kembali kekuatannya. e. Rehabilitasi (âWonâ). Bila kondisi telah kembali normal seperti sedia kala dimana penduduk dapat dengan bebas melakukan kegiatan masing-masing serta pemerintahan telah kembali, maka pemerintah telah memenangkan operasi lawan insurjensi. Selanjutnya penduduk tetap dibina agar percaya sepenuhnya dengan pemerintah dan dalam kondisi demikian, maka kesiapan untuk menghadapi insurjensi bila sewaktu-waktu muncul kembali akan lebih siap. Kegiatan selanjutnya adalah memelihara stabilitas politik, ekonomi dan keamanan serta melanjutkan program rehabilitasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kekacauan yang lalu. Dengan mengajak serta penduduk dalam setiap penaggulangan terhadap ancaman insurjensi maka penduduk akan merasa terpanggil, bahwa pada dasarnya penaggulangan terhadap insurjensi bukan semata-mata tugas pemerintah. 3. Dasar Penanggulangan. Penggulangan sengketa dalam negeri bertitik tolak pada insurjensi tentang bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dihadapi. Makin akurat insurjensi yang dimiliki, penetuan cara bertindak akan lebih tepat. Secara nasional usaha untuk mencegah dan menanggulangi ancaman keamanan dalam negeri harus diarahkan untuk menghancurkan semua prasarat dan kondisi yang memungkinkan berhasilanya operasi pihak lawan. Bersamaan dengan itu harus juga ada upaya yang terarah untuk memutuskan hubungan insurjensi dengan organisasi bawah tanah mereka baik di dalam meupun di luar negeri yang bergerak dibidang politik, ekonomi, sosial dan militer. Secara umum ada empat syarat yang menjadi dasar bagi usaha penanggulangan ancaman keamanan dalam negeri yaitu : / a. Seluruh â¦.. a. Seluruh potensi nasional harus dimobilisir dan upaya maksimum ditujukan pada pemaduan kegiatan militer dan politik. Walaupun secara umum upaya penanggulangan harus diarahkan pada segenap bidang kehidupan masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lawan, akan tetapi harus disadari bahwa penyelesaian akhirnya akan tergantung pada pendekatan politik dan militer. Adakalanya kemacetan pada bidang politik dapat dilanjutkan kembali melalui kemajuan operasi militer sedangkan intensitas operasi militer perlu disesuaikan dengan perkembangan dalam penyelesian politik. Kegiatan militer dan politik yang terkoordinir akan dapat mencegah timbulnya luang yang dapat terjadi dalam penyelesaian masalah dan juga akan dapat menghemat pengerahan tenaga dan dana yang dikeluarkan dalam operasi. b. Bantuan penduduk sangat penting untuk menghadapi insurjensi selain bermanfaat untuk kepentingan penduduk sendiri. Bila sengketa dalam negeri telah berkembang jauh menjadi gerakan insurjensi, maka sasaran utama yang akan diperebutkan oleh kedua belah pihak adalah dukungan dari rakyat. Bagaimanapun juga tidak akan seluruh rakyat menaruh simpati kepada pihak insurjensi. Melalui rakyat yang bersimpati kepada pemerintah yang merupakan sumber intelijen akan dapat diketahui seluruh kegiatan musuh di daerah tempat tinggal mereka. Penduduk harus diyakinkan bahwa bantuan mereka terhadap pemerintah adalah untuk kepentingan mereka juga dalam memelihara keamanan di daerahnya. c. Bantuan penduduk tidak dapat dimenangkan tanpa operasi militer yang efektif, guna menghadapi insurjensi dan organisasi politiknya. Hasil operasi militer biasanya cepat dapat diketahui oleh penduduk baik melalui pihak insurjensi atau phak pasukan sendiri. Bila operasi pasukan sendiri berhasil dengan baik, maka simpati penduduk akan dapat dimenangkan dan moril insurjensi akan turun. Dengan operasi yang efektif, maka momentum keberhasilan itu dapat terus dipelihara dengan berbagai operasi non militer untuk merebut dan memperluas simpati serta dukungan penduduk hingga pada akhirnya memisahkan insurjensi dari para pendukungnya. d. Dukungan biasanya diperoleh melalui suatu kelompok kecil yang aktif. Ini berarti bahwa insurjensi harus dibersihkan lebih dahulu dari suatu daerah tertentu, untuk memungkinkan seluruh daerah dapat dikendalikan dan penduduk serta tokoh masyarakatnya dikuasai. Setelah itu, daerah yang telah dibebaskan tersebut selanjutnya merupakan basis operasi militer dan pembinaan politik, untuk melancarkan usaha-usaha menumpas insurjensi. Pelajaran yang sangat berguna yang telah diangkat dari pengalaman menumpas insurjensi adalah bahwa tidak ada suatu program politik, ekonomi, sosial, psikologi atau militer yang dapat berhasil dengan cara bergerak sendiri-sendiri untuk menghadapi berbagai masalah yang terjadi sebagai akibat insurjensi. Yang diperlukan adalah suatu pendekatan yang memadukan semua usaha penanggulangan, yang diterapkan dalam proporsi yang tepat pada ruang dan waktu yang tepat / 4. Asas â¦.. 4. Asas-asas Operasi Lawan Insurjensi. a. Asas-asas umum. 1) Tujuan operasi lawan insurjensi bertujuan untuk menumpas insurjensi, memulihkan keamanan dan menanggulangi segenap masalah yang dapat menggangu stabilitas keamanan yang timbulsebagai akibat insurjensi, sehingga kehidupan normal, tertib, aman dan sejahtera dapat dipulihkan secepat-cepatnya. Pelaksanaan operasi, bagaimanapun kecilnya akan dapat membawa pengaruh terhadap masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu serta terhadap penghidupan dan perikehidupan penduduk. Oleh karena itu, maka pemilihan sasaran agar dikoordinasikan sebaik-baiknya dengan pemerintah daerah setempat, sehingga hasil yang akan dicapai, benar-benar bermanfaat bagi daerah tersebut terutama bagi kepentingan tahapan stabilisasi dikemudian hari dan yang mendapat dukungan dari penduduk. 2) Ofensif. Aksi yang ofensif sebagaimana terdapat dalam peperangan konvensional, membutuhkan daya imajinasi untuk dapat diterapkan dalam operasi ini. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi baik penduduk yang bersikap apatis atau mungkin pula bermusuhan. Kaum insurjensi hanya muncul dan bertempur bila mereka yakin kemenangan dapat mereka capai. Suatu ofensif yang mendalam tanpa intelijen yang baik, dimana medan kurang menguntungkan, biasanya akan kurang efektif. Bilamana operasi ini dilakukan, insurjensi akan mudah meloloskan diri ke daerah penyelaman atau bergabung dengan penduduk desa, terutama apabila pertempuran yang menentukan tidak memberi peluang kemenangan bagi mereka. Dalam operasi lawan insurjensi, setiap operasi yang dilancarkan harus didasarkan pada perhitungan dan keyakinan akan berhasil, dan bukan atas dasar besarnya pasukan. Operasi yang bersifat ofensif sangat perlu untuk membatasi kegiatan insurjensi di sekitar daerah yang dikuasai dan untuk memperoleh inisiatif di daerah yang akan dibersihkan atau akan diduduki. Hal ini hanya dapat dicapai dengan patroli yang terus menerus dan dengan operasi lainnya yang ditujukan untuk memberi pengamanan dan mencegah insurjensi mendapat batuan dari penduduk. 3) Pendadakan. Tanpa adanya pendadakan, maka prospek berhasilnya operasi lawan insurjensi akan kecil sekali. Pendadakan tidak mungkin dicapai, tanpa intelijen yang baik, yang merupakan syarat utama bagi semua operasi militer. Langkah-langkah berikut ini perlu dilaksanakan dalam membantu tercapainya pendadakan : a) Pelaksanaan rencana yang matang, berani, rahasia dan cepat pada semua tingkatan. b) Penyesatan melalui kegiatan dan gerakan pura-pura. c) Kemahiran dan kerahasiaan gerakan memasuki daerah operasi. / 4) Pengamanan â¦.. 4) Pengamanan. Pihak insurjensi tidak akan henti-hentinya melakukan usaha pencarian informasi dan berbagai keperluan lainnya, bersama dengan usahanya dalam subversi, melancarkan ancaman yang bahkan dapat lebih besar daripada dalam perang yang konvensional. Pengamanan materiil, terutama senjata merupakan masalah yang harus dihadapi oleh setiap prajurit, karena pihak insurjensi dengan segala cara akan berusaha melengkapi pasukannya dengan senjata yang dapat mereka rampas. Oleh karena itu masalah pengamanan bukan hanya urusan bagian tertentu saja, akan tetapi merupakan tugas dari setiap orang dalam suatu satuan. 5) Kekenyalan. Prinsip kekenyalan, meliputi kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan tindakan yang segera untuk mengeksploatasi keuntungan dari suatu perobahan situasi, atau sebagai akibat adanya intelijen yang baru. 6) Pemusatan tenaga. Pemusatan tenaga harus dilaksanakan dengan rahasia. Dasar-dasar bagi pemusatan tenaga yang efektif adalah : a) Satuan yang mobil yang dapat bergerak dengan beban perorangan untuk lintas medan menghindari jalan umum dan kampung-kampung. b) Penggunaan angkutan udara. c) Penggunaan alat angkut personel dan perlengkapan yang cocok untuk lintas medan dan lintas air, terutama melalui medan yang terpotong-potong, sungai, rawa dan pesawahan. 7) Penghematan tenaga. Luasnya tugas-tugas militer dalam operasi lawan insurjensi cenderung akan menyerap tenaga militer yang cukup besar terus meningkat apabila tindakan penghematan tenaga tidak diterapkan secara efektif, tanpa penghematan tenaga sukar memperoleh kekenyalan dalam aksi yang ofensif, yang keduanya sangat penting dalam memperoleh kemenangan. 8) Kerjasama. Hubungan timbal balik antara militer dan aparat sipil dalam operasi lawan insurjensi menggambarkan perlunya keterpaduan yang erat dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi, mulai dari tingkat nasional hingga tingkat satuan terkecil. Tanpa kepercayaan dan kerjasama mereka, maka semua usaha akan sia-sia. Hubungan ini harus didasarkan pada disiplin militer yang baik, penghayatan akan doktrin TNI serta pengertian yang benar tentang adat istiadat, kebiasaan serta agama dan kepercayaan masyarakat setempat. / 9) Moril â¦.. 9) Moril. Pemeliharaan moriil yang tinggi penting sekali, terutama karena garis komando yang biasa kadang-kadang terputus dan banyak hal yang penyelesainnya sangat tergantung pada inisiatif dan aksi yang agresif baik dari perorangan ataupun kelompok. Sebagai bahan pembantu, seorang komandan dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Kebijaksanaan yang jelas dalam keadaan istirahat dan pergantian pasukan. b) Partisipasi anggota dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi masyarakat sekitarnya. c) Kegiatan olah raga bersama penduduk setempat. d) Mempelajari bahasa setempat, sejarah dan adat istiadatnya. e) Briefing yang rutin, untuk menyampaikan informasi, agar setiap prajurit mengikuti perkembangan situasi. 10) Adminsitrasi. Masalah administrasi adalah masalah besar dalam operasi lawan insurjensi. Sebagian besar pembekalan ulang kadang-kadang sulit dilakukan, karena medan yang sukar ditempuh. Untuk itu, maka pembekalan melalui udara dan penentuan tempat-tempat pembekalan yang tepat sangat diperlukan. Dalam operasi lawan insurjensi, maka evakuasi korban merupakan masalah administrasi yang penting, karena dapat menimbulkan pengaruh psikologis kepada pasukan sendiri. Kebutuhan akan kecepatan evakuasi juga akan menunjukkan betapa pentingnya angkutan udara dalam masalah bantuan administrasi. b. Asas-asas khusus. 1) Pemerintah mempunyai sasaran yang jelas dalam menciptakan suatu pemerintahan yang bersih, efektif dan berwibawa. Sebagaimana halnya negara-negara yang sedang membangun, maka masalah menanggulangi ancaman dari dalam negeri, adalah merupakan salah satu masalah dari banyaknya masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Operasi lawan insurjensi pada dasarnya dalah suatu pertarungan untuk merebut dan dukungan penduduk atau rakyat banyak. Untuk menangani masalah-masalah komplek seperti ini, maka diperlukan struktur pemerintahan yang bersih, sehat, kuat dan bekerja secara efektif untuk merebut kepercayaan, simpati dan dukungan penduduk. 2) Pemerintah harus bertindak sesuai dengan hukum dan peraturan. Bilamana pihak insurjensi melakukan aksi teror, maka pemerintah tidak boleh melakukan tindakan pembalasan yang tidak sesuai dengan hukum, walaupun mungkin menganggap hukum yang ada kurang memadai untuk menghadapinya. Suatu pemerintahan dari suatu negara hukum yang dalam melaksanakan fungsinya tidak sesuai dengan hukum, akan sulit mengharapkan rakyatnya juga bertindak sesuai dengan hukum. / 3) Pemerintah â¦.. 3) Pemerintah harus mempunyai rencana yang menyeluruh dan terpadu. Rencana operasi lawan insurjensi tidak boleh hanya meliputi masalah tindakan pengamanan dan operasi militer saja. Ia juga harus meliputi semua aspek politik, sosial, ekonomi, psikologis dan hal-hal lainnya yang mempunyai pengaruh terhadap insurjensi itu sendiri. Di samping itu harus ada keseimbangan antara kegiatan militer dan sipil, dengan koordinasi yang baik disegala bidang. 4) Pemerintah harus memberi prioritas untuk menghancurkan subversi politik baru kemudian insurjensi secara pisik. Penghancuran subversi politik, terutama harus dilakukan pada tahap pembentukan kekuatan sebelum insurjensi dimulai dan diteruskan hingga insurjensi dapat ditumpas. Tanpa menghancurkan subversi organisasi politiknya di kota maupun di desa, maka insurjensi tidak akan dapat diselesaikan. Sebagai gambaran dapat dilihat dari diagram berikut : C A B Bila organisasi politik subversi pada A dapat dihancurkan, maka insurjensi pada B dan C akan kekurangan perbekalan, anggota dan intelijen, sehingga lambat laun anggotanya menjadi berkurang karena terbunuh atau menyerah. Dalam proses penghancuran organisasi politik tersebut, maka perhatian intelijen harus diarahkan untuk mengidentifikasikan dan sedapat mungkin menumpas semua anggota organisasi subversi yang karena satu dan lain hal berusaha menembus garis pemisah antara insurjensi dan penduduk. 5) Dalam tahap awal operasi lawan insurjensi, maka pemerintah harus mengamankan basis operasi lebih dahulu. Pengamanan basis operasi dari gangguan insurjensi menjadi lebih penting karena sebagian sumber-sumber menghadapi insurjensi berada di daerah operasi. Gangguan insurjensi ke basis operasi harus dicegah, dimana berada sebagian besar penduduk dan instalansi yang menggerakan operasi militer dan roda pemerintahan. / 5. Dasar â¦.. 5. Dasar-dasar Operasi Lawan Insurjensi. a. Bertempur dengan agresif dan cepat. Jangan memberikan kesempatan kepada insurjensi untuk menghindari pertempuran atau menghilang dan nanti timbul serta menyerang ditempat lain. Sekali terjadi kontak dengan insurjensi, maka usahakan untuk diikat terus menerus sampai dapat dihancurkan. b. Berilah tekanan dengan serangan dan patroli tempur secara terus menerus. Usahakan supaya insurjensi tidak sempat untuk mengambil inisiatif dan jangan memberikan kesempatan bagi mereka untuk konsolidasi agar moril mereka turun serta tidak sempat untuk melaksanakan rencana-rencananya. c. Rahasiakan arah dan tujuan gerakan untuk mencegah penghadangan serta terciptanya pendadakan, di samping itu kedudukan harus dirahasiakan untuk mencegah penyergapan. Kerahasiaan adalah pangkal daripada pendadakan atau pengamanan terhadap penyergapan dan penghadangan, terjaminnya kerahasiaan berarti terjaminnya keamanan dari pendadakan, penghadangan dan penyergapan maupun memungkinkan pendadakan oleh musuh. d. Perhatikan selalu tindakan keamanan terutama medan kritik dengan berprinsip lebih baik mandi keringat daripada bermandikan darah. Melaksanakan pengamanan berarti menghindari korban yang tidak perlu akibat kurangnya perhatian terhadap medan sekitarnya. e. Batasi pertahanan yang statis dan laksanakan pertahanan aktif. Pertahanan tidak hanya menunggu musuh secara pasif, tetapi adakan patroli intai untuk pengamanan serta patroli tempur untuk mendahului menghancurkan musuh. f. Adakan perembesan ke dalam organisasi insurjensi dan hancurkan potensi insurjensi dari dalam. Susupkan tenaga sendiri ke dalam organisasi insurjensi untuk memecah persatuan dan hancurkan insurjensi dari dalam dengan memecah belah, melakukan tindakan untuk menimbulkan kebencian penduduk dan lain-lain. g. Bertindaklah bijaksana terhadap penduduk yang dikuasai insurjensi. Di daerah yang telah dikuasai oleh insurjensi bilamana telah dibebaskan, maka penduduk harus dilindungi dan diamankan agar tidak menjadi korban intimidasi kembali. 6. Taktik dan Tehnik Insurjensi. Untuk dapat melawan insurjensi perlu diketahui prinsip taktik dan tehnik mereka yaitu : a. Banyak akal. Ada 7 (tujuh) ketentuan untuk dapat bertempur secara cerdik : / 1) Lakukan â¦. 1) Lakukan serangan penipuan pada satu titik, sementara dititik / tempat yang lain melakukan serangan sesungguhnya agar pasukan pemerintah tidak sempat melindungi dirinya. 2) Bergerak secara berloncatan baik terlihat ataupun tidak, agar pasukan pemerintah tidak dapat mengetahui secara pasti dimana kedudukan insurjensi yang sebenarnya, sehingga tidak dapat menyerang insurjensi. 3) Hindari titik kekuatan pemerintah dan hanya menyerang titik lemahnya yaitu pasukan kawal belakang, pasukan yang sedang istirahat, atau yang sedang mengundurkan diri. 4) Dalami bilamana saat yang tepat untuk maju ataupun mundur. Jika pasukan pemerintah yang menyerang lebih kuat, insurjensi akan melakukan pengunduran dan akan segera melaksanakan serangan balas pada beberapa titik lemah yang ditemukan. 5) Serang, hancurkan dan mundur dengan berbagai cara agar pasukan pemerintah tidak dapat bereaksi atau mengerahkan perkuatan untuk mengepung ataupun melancarkan serangan udara. 6) Insurjensi tidak bertempur bila tidak yakin akan berhasil, untuk ltu lebih baik mundur. 7) Insurjensi tidak boleh menggunakan taktik yang sama secara tetap, karena hal tersebut hanya akan menguntungkan pasukan pemerintah untuk menghancurkan insurjensi dengan mudah dan mengembangkan inisiatifnya. b. Inisiatif. Berbagai ketentuan tentang inisiatif adalah : 1) Harus menguasai keadaan dan berusaha mencari serta mengetahui keadaan pasukan pemerintah, sikap pimpinanya dan daya tempurnya, moril serta keuletan pasukannya. 2) Harus menanggulangi berbagai titik lemah yang terdapat dipihak sendiri seperti : Kurangnya persenjataan, munisi, obat-obatan dan bahan makanan. 3) Harus berusaha bagaimana agar dapat mengetahui semua titik lemah pemerintah, kemudian memanfaatkan semua kelemahan tersebut untuk menghancurkannya dengan cara menyerang. 4) Capailah sesuatu yang tampaknya seperti tidak mungkin, dalam rangka memaksa pemerintah mengikuti kemauan kita dan cegah usaha pemerintah untuk menuntun atau mendikte kita. 5) Jika pasukan pemerintah melindungi dirinya dengan baik tanpa adanya titik lemah, kita harus menciptakannya sebelum melancarkan suatu serangan. / c. Kemauan â¦.. c. Kemauan menyerang. Jika memberi kesempatan kepada pemerintah untuk menyerang dan membatasi diri dari pertahanan yang pasif, maka kita dapat melindungi penduduk dan lagi akan mudah untuk dihancurkan. Untuk itu harus diusahakan menyerang pasukan pemerintah, dalam memaksanya untuk bertahan, menguras tenaganya, mencegah memperluas radius gerakan, pegang teguh inisiatif dan halangi berbagai usaha pemerintah. d. Keteguhan. Sikap teguh dalam suatu serangan berarti siap menyerang pasukan pemerintah dengan cepat setiap saat dengan keyakinan akan berhasil meraih kemenangan. e. Kerahasiaan. Selama mata-mata pasukan pemerintah masih tersebar disegala tempat, maka kerahsiaan harus dijaga, tidak hanya oleh pasukan sendiri tetapi juga oleh penduduk. Pasukan harus mempertahankan kerahasiaan sebelum, selama dan setelah operasi dan juga dalam setiap tugas dan kegiatan rutin. f. Kecepatan. Dalam rangka menghindari titik kuat dan untuk merobahnya menjadi titik lemah, kecepatan harus dimiliki agar kita memiliki keuntungan waktu. Kegiatan menciptakan titik lemah harus cepat karena pasukan pemerintah tidak akan tinggal diam jika kegiatan memakan waktu yang lama. g. Kesempurnaan. Para kader dan insurjensi harus diteguhkan hatinya untuk menghancurkan pasukan pemerintah secara tuntas. Sebelum pelaksanaan setiap operasi adalah penting untuk menentukan jumlah personel pasukan pemerintah yang perlu dimusnahkan dan jumlah senjata yang harus dirampas, dikaitkan dengan sarana yang kita miliki dan kenyataan berdasarkan perkiraan kekuatan pasukan pemerintah. 7. Penyusunan Pasukan Lawan Insurjensi. Pasukan lawan insurjensi pada umumnya disusun dalam : a. Pasukan kerangka. 1) Tugas-tugasnya : a) Menguasai daerah yang menjadi sumber penghidupan pasukan insurjensi. b) Secara berangsur-angsur mengembangkan dan meluaskan yang dikuasai guna mempersempit / memperkecil ruang gerak pasukan insurjensi. 2) Daerah tugasnya : Titik berat pada daerah yang dikuasai (daerah putih) dan daerah yang diperebutkan (daerah kelabu). / 3) Komposisi â¦.. 3) Komposisi pasukan terdiri dari : a) Unsur-unsur tempur dan bantuan tempur. b) Unsur-unsur teritorial dan polisi. c) Unsur Wan Kamra / Hansip. d) Unsur pemerintahan sipil (dalam keadaan tertentu). b. Pasukan pemukul. 1) Tugas-tugasnya : a) Pada fase pertama (awal operasi), dengan daya gerak yang tinggi mematahkan daya tempur dan ofensif lawan untuk membantu pasukan kerangka dalam pelaksanaan tugasnya. b) Melakukan serangan pendadakan dan cepat secara terus menerus untuk tetap memelihara inisiatif dan selanjutnya menghancurkan insurjensi. c) Melakukan aksi ofensif mendalam, jauh di daerah yang dikuasai insurjensi untuk mencegah insurjensi berkonsolidasi atau membagun kekuatan. d) Menghancurkan insurjensi jika sudah dilokalisasikan. 2) Daerah tugasnya : Memperluas daerah yang diperebutkan (daerah kelabu) untuk menjadi daerah putih dan menjadikan daerah pangkalan insurjensi (daerah hitam) menjadi daerah kelabu. 3) Komposisi pasukan terdiri dari : a) Satuan tempur yang telah dipersiapkan. b) Satuan khusus (Kopassus, Linud, dll). c) Dapat dibantu oleh satuan bantuan tempur, bantuan administrasi, aparat intelijen, aparat teritorial, polisi dan Hansip/Wan Kamra. c. Pasukan cadangan. 1) Tugas-tugasnya : a) Melakukan eksploitasi (memperbesar hasil). b) Memelihara kekenyalan bertindak. c) Melaksanakan pengamanan dan pengawalan. d) Dalam keadaan tertentu dapat menggantian tugas pasukan pemukul. e) Melakukan pembersihan setelah penghancuran. / 2) Daerah â¦.. 2) Daerah tugasnya : a) Penyiapan pasukan. Dapat berada di daerah belakang ataupun daerah putih untuk kecepatan bergerak biasanya ditempatkan di daerah putih. b) Penugasan. Dapat ditugaskan disemua daerah. Biasanya ditempatkan di daerah kelabu. 3) Komposisi pasukan terdiri : a) Unsur tempur. b) Unsur teritorial. c) Unsur Polri. d) Unsur Wan Kamra / Hansip. Partai politik âKUNINGâ (Komite Pusat) Komando insurjensi âKUNINGâ Insurjensi âKUNINGâ Sel-sel klandestin âKUNINGâ dalam masyarakat KONFIDENSIAL KONFIDENSIAL