GIZI 1.docx

April 5, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

GIZI IBU HAMIL Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro dan mikro) yang dibutuhkan oleh seorang ibu yang sedang hamil baik pada trimester I, trimester II, dan trimester III dan harus cukup jumlah dan mutunya dan harus dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan dan masalah. Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Resiko akan kesehatan janin yang sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang. Oleh karena itu, keluarga dan ibu hamil haruslah memperhatikan mengenai hal ini. Gizi atau nutrisi ibu hamil kondisinya sama saja dengan pengaturan gizi mengenai pola makan yang sehat. Cuman saja, ibu hamil harus lebih hati-hati dalam memilih makanan karena mengingat juga kesehatan janin yang sedang dikandungnya. Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi dari pada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu kurang, kemudian diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang dialami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya diperbaiki. Bersama dengan usia kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak berikut susunan syarafnya. Ibu hamil memerlukan makanan yang bermutu, tidak berlebihan dan kekurangan. Keinginan atau selera dari ibu hamil belum tentu sesuai dengan kebutuhan tubuh ibu dan si anak sehingga dibutuhkan menu makanan yang seimbang. Menu seimbang adalah menu yang semua zat gizinya dibutuhkan tubuh setiap hari. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh jumlahnya tidaklah sama, ada yang dibutukhkan dalam jumlah yang sedikit dan ada pula yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Dalam menu seimbang, perbandingan antara karbohidrat, protein, dan lemak dalam menu harian harus senantiasa sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir dan ditentukan atau dipengaruhi oleh status gizi ibu pada waktu melahirkan dan konsepsi. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil antara lain : 1. Umur 2. Berat badan 3. Suhu lingkungan 4. Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat gizi dalam makanan 5. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan 6. Aktivitas 7. Status kesehatan 8. Status ekonomi Selain harus memenuhi kebutuhan gizi yang cukup selama kehamilan, ibu hamil juga harus memperhatikan pengaturan makanan yang baik selama kehamilan agar kebutuhan gizi dapat terpenuhi dengan tepat. Tabel berikut menjelaskan tentang frekuensi penggunaan bahan makanan serta porsi yang harus terpenuhi oleh ibu hamil dalam sehari. Jenis Makanan Makanan pokok Frekuensi dan Jumlah Bahan Makanan/Hari (beras, 2 piring nasi (@200-250 gram) 80 gram roti 100 gram kentang kentang, makroni, mie) Protein hewani (daging, 90 gram daging/ikan 1 butir telur ikan, telur, ayam) Protein nabati (tahu, tempe, 60 gram kacang-kacangan kacang-kacangan) 100 gram tahu 100 gram tempe Sayuran Buah-buahan 3 mangkuk 2 porsi @ 100-150 gram Mentega/margarine/minyak 2 sdm mentega/margarine 3 sdm minyak Susu/yoghurt 1 gelas 9. Sumber: Kasdu, 2004 Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama hamil, antara lain: 1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar. 2. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari. 3. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi. 4. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada. 5. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar. 6. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool, kubis dan lain-lain. 7. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental. 8. Menghindari merokok dan minum-minuman keras. Tujuan penataan gizi pada ibu hamil adalah menyiapkan: 1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, dan plasenta. 2. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak. 3. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil. 4. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak. 5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah. 6. Perawatan gizi yang membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama masa kehamilan (diabetes gestasional). 7. Mendorong ibu hamil untuk sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup. Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Kebuthan zat gizi ibu hamil yang dihitung berdasarkan persentase peningkatan asupan gizi atas kebutuhan wanita tidak hamil menurut National Academy of Sciences sebagai berikut: Zat Gizi Kalori Protein Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin C Thiamin Riboflavin Niacin Vitamin B6 % 14% 68% 100% 25% 8% 17% 36% 23% 13% 27% Folate Vitamin B12 Kalsium Fosfor Magnesium Besi Seng Yodium Selenium Zat Gizi % 122% 10% 50% 50% 14% 100% 25% 17% 18% Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi sebagai berikut: 1. Kalori Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran 300-400 kkal perharinya. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta nasi sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa melengkapi. 2. Asam Folat Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifida (kondisi dimana tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau. 3. Protein. Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu. 4. Kalsium Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat terhindar dari penyakit osteoporosis. Ini disebabkan karena jika ibu hamil tidak memiliki kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium akan diambil dari tulang ibunya. Sumber kalsium yang baik terdapat pada susu, kacang-kacangan dan sayuran. 5. Vitamin A Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Namun meskiun vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, namun jangan sampai berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat membuat janin terganggu pertumbuhannya dan dapat menimbulkan cacat bawaan. Isotretinoin (asam 13-cic-retinoat) yaitu suatu analog vitamin A telah dibuktikan menyebabkan pola kelainan yang khas yaitu embriopati isotretinoin/embriopati vitamin A dengan ciri-ciri antara lain celah langit-langit, hidrosefali, cacat tuba neuralis dan cacat jantung. 6. Vitamin B12 Vitamin B12 bersama dengan asam folat berperan dalam sintesis DNA dan memudahkan pertumbuhan sel. Vitamin ini juga penting untuk keberfungsian sel sumsum tulang, sistem persarafan, dan saluran cerna. Bahan makanan yang merupakan sumber vitamin B12 adalah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu, dan keju. 7. Zat Besi Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat diperoleh pada hati, daging atau ikan. 8. Vitamin C Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi. Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi karena vitamin C banyak mengandung antioksidan. 9. Vitamin D Dapat menyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan. 10. Yodium Yodium dapat diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut. Kekurangan yodium pada ibu hamil akan mengakibatkan janin mengalami hipotiroid yang selanjutnya berkembang menjadi kretinisme. Kerusakan saraf sebagai akibat dari hipotiroid dapat menyebabkan retardasi mental. Kekurangan yodium juga dapat mengakibatkan bayi lahir mati, serta aborsi. Kebutuhan yodium dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi garam beryodium serta konsumsi bahan makanan yang bersumber dari laut. Jika ibu hamil tidak mengalami berbagai macam gejala seperti anemia, gusi berdarah dan gejala lainnya, maka ibu hamil tersebut dapat dikatakan telah mencukupi kebutuhan akan gizi dan nutrisinya. Hal yang lebih penting untuk mengecek kecukupan nutrisi selama kehamilan adalah tentunya melalui perkembangan berat badan selama kehamilan. GIZI PADA IBU MENYUSUI 1. Pengertian Gizi ibu menyusui adalah makanan sehat selain obat yang mengandung protein, lemak, mineral, air dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu menyusui dalam jumlah tertentu selama menyusui. 2. Prinsip Gizi bagi Ibu Menyusui Gizi pada ibu menyusui memiliki kaitan yang erat dalam produksi ASI. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka akan mempengaruhi gizi bayi pula seperti kenaikan berat badan bayi, integritas kulit bayi yang baik, kebiasaan makan bayi yang baik, dan mendukung perkembangan otak bayi. 3. Manfaat Gizi untuk Ibu Menyusui Gizi diperlukan ibu menyusui untuk : a) Pemulihan energi setelah persalinan b) Kesehatan ibu menyusui c) Menghasilkan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Menyusui a). Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari. b). Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein sehari. c). Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi. d). Aktivitas, aktivitas yang berat akan meningkatkan penggunaan energi pada wanita yang menyusuai sehingga akan memmpengaruhi gizi yang dibutuhkan e). Penyakit, Pada keadaan sakit akan meningkatkan kebutuhan gizi yang dibutuhkan ibu menyusui agar tidak mengganggu proses menyusui yang sedang berlangsung 5. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan a. b. Gizi atau makanan bergizi Minum air lebih banyak dari biasanya Berguna agar ASI-nya mencukupi, setiap hari ibu perlu minum air 6-8 gelas/hari atau lebih banyak dari biasanya. c. Support Suami Suami juga ikut mendorong memberikan dukungan agar istri yang sedang menyusui selalu makan secara teratur, sehingga gizi ibu dan anak dapat terpenuhi. d. Sayuran Hijau Tua dan buah berwarna Konon, sayuran hujau tua dan buah berwarna, seperti daun katuk, daun papaya, daun mengkudu, dianggap dapat memperlancar ASI. e. Vitamin A dan Pil Penambah Darah Vitamin A dan penambah darah digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pengembalian kekuatan ibu setelah persalinan. 6. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Secara umum kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan ibu menyusui adalah sebagai berikut: a. Kalori Selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui b. Protein Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya16 % dari tambahan5 00 kal yang dianjurkan c. Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah. d. Vitamin dan mineral Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada selama hamil. Menurut sumber lain, kebutuhan gizi bagi ibu menyusui, dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1) Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui Sudah jelas bahwa seorang ibu menyusui memerlukan zat gizi lebih banyak dibanding sewaktu tidak menyusui. Tambahan zat gizi yang dianjurkan untuk ibu menyusui adalah sebagai berikut : a. 825 kilo kalori b. 25 gram protein c. 500 miligram zat besi d. 2500 satuan internasional vitamin A e. 0,4 miligram vitamin B1 f. 30 miligram vitamin C 2) Kebutuhan gizi tambahan pada ibu menyusui menurut hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998 adalah: Menyusui Kalori Protein Ca Fe Vitamin A Thiamin Riboflavin Niacin Vitamin C Vitamin D 0 – 6 bulan + 700 kal +16 gr + 400 mg + 2 mg + 350 RE + 0,3 mg + 0,4 mg + 3 mg + 25 mg -/+ 10 µg 7 – 12 bulan + 500 kal + 12 gr + 400 mg + 2 mg + 300 RE + 0,3 mg + 0,3 mg + 3 mg + 10 mg + 10 µg 3) Bahan makanan yang menjadi sumber zat gizi Gizi yang baik pada ibu hamil juga meningkatkan kuantitas kualitas Banyak dan ASI. ragam bahan makanan di sekitar kita yang dapat menjadi sumber zat gizi. Contoh sumber kalori yang dianjurkan : a. Bahan makanan yang mengandung banyak hidrat arang/karbohidrat : 1. Beras Mie 2. Ketela Kentang 3. Jagung Minyak 4. Gandum b. Bahan makanan yang mengandung banyak protein : 1. Protein hewani : susu daging, telur ikan 2. Protein nabati : kacang-kacangan,tempe,tahu c. Bahan makanan yang mengandung banyak zat kapur : 1. Susu 2. Sayuran hijau 3. Teri kering 4. Kacang-kacangan d. Bahan makanan yang mengandung banyak zat besi : 1. Hati 2. Kuning telur 3. Kacang-kacangan 4. Daging 5. Sayuran hijau (bayam,daun ketela,dll) e. Bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A : 1. Kuning telur 2. Minyak ikan 3. Hati 4. Susu 5. Sayuran hijau 6. Buah-buahan kuning Kecuali itu sayuran dan buah-buahan pada umumnya mengandung vitamin dan mineral terutama dalam bentuk segar. 4) Susunan Makanan yang Dianjurkan Selama Menyusui. Susunan makanan yang dianjurkan adalah yang memenuhi persyaratan gizi baik. Adapun jumlah makanan yang dianjurkan sebagai berikut (untuk sehari): a. Beras 500 gram (3 ½ gelas nasi) b. Daging 75 gram (1 ½ potong sedang) c. Tempe 125 gram (2-3 potong sedang) d. Sayuran 300 gram (3 gelas sayur) e. Pepaya 200 gram (2 potong sedang) f. Susu 200 cc (1 gelas) Jenis makanan ini dapat diganti dengan jenis makanan lain yang sama nilai gizinya sesuai dengan selera ibu, misalnya : a. Beras dapat diganti dengan roti, mie, kentang, atau tepung-tepungan lain. b. Daging dapat diganti dengan ikan, ayam, telur, dsb. 5) Bahan makanan yang dapat merangsang ASI. Contoh beberapa jenis makanan yang dapat merangsang ASI : Bayam, Kedelai, Daun singkong, Pepaya, Daun katuk, Mangga, Daun papaya, Jeruk, Kacang tanah, Pisang, Kacang merah, Jambu air, Kacang hijau. 7. Masalah gizi yang ditemui pada ibu menyusui antara lain : 1) Anemia gizi Anemia gizi dapat terjadi bila kekurangan Fe (zat besi) dan asam folat. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsorpsi tubuh manusia adalah sumber protein hewani seperti ikan, daging, telur, dsb. Sayur-sayuran seperti daun singkong, kangkung, bayam dsb juga mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam tubuh. 2) Kekurangan vitamin A Pada ibu menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama masa menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena Kurang Vitamin A (KVA). Namun KVA dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti forfikasi berbagai produk makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang me-ngandung vitamin A. Vitamin A ditemukan pada makanan yang biasa dikonsumsi, seperti telur, hati, buah-buahan berwarna oranye, seperti mangga dan papaya masak, serta sayuran berdaun hijau. 3) Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) Gangguan akibat kekurangan yodium mengakibatkan terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjar tiroid di leher dan kretinisme. Yodium merupakan nutrisi penting untuk memastikan perkembangan normal dari otak dan sistem saraf pada bayi dan anak-anak muda. Pada ibu menyusui, kekurangan yodium dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak dan saaraf bayi dan menghasilkan IQ lebih rendah. Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250 mg per hari. Ibu menyusui dianjurkan makan makanan laut, seperti ; ikan, udang dan karang. 4) Kekurangan energi protein (KEP) Merupakan penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/ meneteki (buteki). Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition). Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tipe marasmik-kwashiorkor. 5) Kekurangan vitamin D Vitamin D diperoleh tubuh melalui sinar matahari dan makanan. Kekurangan vitamin D lebih mungkin terjadi di negara yang tidak selalu mendapat sinar matahari. Pada ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan. Seorang ibu menyusui membutuhkan 300500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya dengan baik. GIZI BAYI 1. Pengertian Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002). Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002). Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa, 2002). Kurang gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah atau masyarakat bahkan keluarga. Artinya andaikata disuatu desa terdapat sejumlah anak yang menderita gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian karena anak tampak tidak sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih kompleks, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Artinya tidak hanya memperbaik aspek makanan saja tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pada pegasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan, mutu layanan kesehatan dan sebagainya (Supariasa, 2002). 2. Kebutuhan Zat Gizi pada Bayi Cukup Bulan Konsumsi energi bayi sehat yang diberi ASI pada umur 2 minggu kira-kira 90 kkal per kilogram berat badan per hari dan meningkat menjadi 100 kkal per kilogram berat badan per hari pada umur 1 bulan. Pada tingkat konsumsi sebesar 100 kalori per kilogram berat badan per hari selama enam bulan pertama kehidupan kira-kira tersedia 1,65 gram protein per kilogram berat badan per hari. Kebutuhan protein lambat laun akan menurun selama 12 bulan pertama. Kebutuhan energi pada saat kecepatan pertumbuhan badan juga melambat. ASI mengandung 14-15% lemak sebagai asam linoleat. Kandungan kolesterol pada ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Asam askorbat (vitamin C) sangat esensial bagi bayi. Vitamin-vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan vitamin B terdapat dalam air susu ibu sehat dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi cukup bulan yang baru lahir. Apabila ibu menderita malgizi atau bayi lahir prematur, ASI mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A dan E cukup tersedia tetapi vitamin D dan K terbatas. Kandungan vitamin D pada ASI hanya 25 IU per liter tetapi 70% diantaranya terdapat dalam bentuk 25 hidroksi-vitamin D3. (25-OHD3) yaitu vitamin D yang dapat digunakan lebih efisien oleh bayi daripada vitamin D3. Kandungan vitamin K pada ASI hanya 2 μg per liter atau kira-kira 40% dari perkiraan kebutuhan bayi jika dibandingkan dengan susu sapi yang mengandung 15-20 μg per liter. Oleh sebab itu, bayi yang baru lahir harus mendapat suplementasi vitamin D dan K karena mempunyai resiko tinggi akan defisiensi vitaminvitamin tersebut Kecepatan metabolisme dalam keadaan istirahat lebih tinggi pada bayi tidak cukup bulan dibandingkan bayi cukup bulan pada berat badan yang sama. Keadaan dingin dapat meningkatkan pemakaian energi (Budianto, 2009). 3. Memenuhi Kebutuhan Zat Gizi Pada Masa Bayi: Pemberian Makan Pada Bayi Cukup Bulan a. Pemberian ASI ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya apabila diberikan dalam jumlah yang cukup. ASI dapat menjadi sumber utama zat gizi bagi bayi sampai usia 1 tahun. ASI mengandung sejumlah faktor-faktor non gizi yaitu zat-zat yang tidak mempunyai peran terhadap perbaikan status gizi bayi. Faktor-faktor tersebut seperti faktor pertumbuhan untuk Lactobacillus bifidus yang dapat membantu dalam penentuan pertama gram positif koloni flora nonpatogenik. Makrofag (memproduksi lisozim) dan laktoferin ( pada ASI terdapat dalam konsentrasi tinggi) dapat memberi perlindungan antibakteri yang tidak spesifik. Konsentrasi besi dalam ASI sangat rendah yaitu 0,6 mg per liter pada 2 minggu pertama laktasi dan akan terus menurun sampai kira-kira 0,3 mg per liter pada 20 minggu masa laktasi. Bayi dilahirkan dengan membawa persediaan besi yang banyak yaitu kira-kira 75 mg besi per kg berat badan terutama dalam bentuk hemoglobin, maka hanya sedikit absorpsi besi diperlukan pada umur 46 bulan pertama kehidupan untuk mencegah defisiensi besi. Absoprsi sebanyak 0,1-0,2 mg besi dari 750 ml ASI yang dikonsumsi setiap hari mencukupi untuk mencegah defisiensi sampai bayi berumur lebih dari 6 bulan walaupun persediaan besi dalam tubuh semakin terdeplesi. b. Makanan formula Makanan yang lebih sering dikatakan sebagai pendamping ASI yang biasa diberikan pada usia bayi 4-6 bulan. Jenis makanan formula biasanya terdiri dari bubuk, konsentrat air, dan siap makan. c. Formula komersial Formula tersebut menyediakan 40% energi sebagai laktosa. Lemak seluruhnya berasal dari minyak nabati untuk mencapai derajat absorpsi lemak seperti ASI. Seluruh formula standar tidak mengandung kolesterol. Vitamin dan mineral ditambahkan untuk memenuhi standar yang telah ditentukan. Hampir semua formula tersedia tanpa fortifikasi besi (kira-kira 1,4 mg per liter) atau dengan fortifikasi ( 12 mg per liter). Formula bayi komersial dianggap sebagai alternatif terbaik selain ASI dan Komite Gizi dari American Academy of Pediatrics telah menganjurkan agar formula yang difortifikasi dengan besi harus terus diberikan dari umur 6 sampai 12 bulan. Susu skim tidak dianjurkan untuk bayi karena rendahnya densitas energi dan kurang akan asam lemak esensial serta kemungkinan akan kehilangan darah dalam usus. d. Makanan padat (Budianto, 2009). ebutuhan Energi Bayi a. Umur 0-3 bulan pertama pemanfaatan ASI adalah sekitar 850ml/hari yaitu 120 kalori/kg berat badan b. Umur 3 bulan penghisapan ASI oleh bayinya per kilogram berat badan akan berlangsung lebih rendah daripada sebelumnya. c. Setelah umur 6 bulan bayi tidak menerima energi penuh hanya dari ASI. Kebutuhan individu sangat tergantung pada keaktifan bayi (Budianto, 2009). 4. Kebutuhan Zat Gizi Bayi Prematur Permasalahan medis bayi prematur yang mungkin ditemukan yaitu ketidakstabilan keadaan umum bayi, bayi sulit menjalani masa transisi pada saat tidur ke keadaan bangun maupun sebaliknya, henti napas, daya tahan yang terbatas, inkoordinasi refleks mengisap, menelan, dan bernafas, serta kurang baiknya kontrol fungsi oral motor. Akibatnya, bayi prematur berisiko mengalami kekurangan gizi. Kekurangan ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya kecepatan pertumbuhan dan kebutuhan metabolisme yang tinggi, cadangan yang tidak cukup, sistem fisiologi tubuh yang belum sempurna, atau karena bayi dalam keadaan sakit( Buku Indonesia Menyusui,2009). Pada bayi prematur, kebutuhan hampir semua mineral melebihi bayi cukup bulan. Kebutuhan akan natrium harus ditingkatkan pada bayi prematur yang beratnya sangat rendah (kurang dari 1500 g). Formula dengan bahan dasar kacang kedele kadang-kadang dipakai untuk memberi makan bayi prematur dengan tujuan untuk menggunakan formula yang bebas laktosa (Budianto, 2009). 5. Prinsip Gizi pada Bayi Kebutuhan gizi pada bayi berbeda dengan kebutuhan gizi pada masa pertumbuhan yang lain. Bayi membutuhkan karbohidrat dengan bantuan amilase yang digunakan untuk mencerna bahan makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan bayiberasal dari ASI yaitu dengan kadar 4-5% dari total kalori dalam ASI, sedangkan lemak yang diperlukan 58%dari total kalori dalam susu matur. Mineral yang dibutuhkan pada bayi terdiri dari kalsium, fosfor, klor, kalium dan natrium yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan kandungan vitamin yang dibutuhkan nayi begitu beragam sesuai dengan diet ibu (Proverawati, 2010). Bayi yang berumur enam bulan atau lebih akan membutuhkan makanan tambahan berupa makanan lunak yang bergizi yang disebut MP-ASI (Makanan Pendamping ASI). MP-ASi tersebut diberikan sebagai tambahan pemberian ASi, sehingga ASI tetap diberikan pada bayi. Pengenalan dan pemberian makanan tambahan ini harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya yang disesuaikan dengan kondisi pencernaan bayi (Proverawati, 2010). Makanan pendamping ASI dibuat dari makanan pokok yang mengandung gizi yang seimbang bagi bayi yang dapat diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan dan dapat meningkat menjadi 3-5 kali sehari sebelum berusia 24 bulan. Bentuk dari makanan tambahan pada bayi tersebut disesuaikan dengan usia bayi (Proverawati, 2010). acam-macam Makanan Bayi Makanan tambahan ASI (MP-ASI) yang diberikan pada bayi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi sebagai pendamping dari pemberian ASI. Makanan tambahan tersebut diberikan pada bayi dalam bentuk yang disesuaikan dengan usia atau pertumbuhan bayi. Jenis dari makanan tambahan tersebut, yaitu: a. Makanan saring Makanan saring merupakan makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Contoh dari makanan saring ini adalah bubur susu, bubur sumsum, buah-buahan yang disaring seperti papaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain. b. Makanan lunak Makanan lunak merupakan makanan yang dimasak dengan kandungan air yang banyak (tampak berair). Contoh dari makanan lunak seperti bubur ayam, bubur nasi, nasi tim, dan lain sebagainya. c. Makanan padat Makanan padat merupakan makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasa disebut dengan makanan keluarga. Contohnya adalah lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain (Proverawati, 2010). 6. Cara Pengelolaan Makanan Bayi Pengelolaan makanan bayi disesuaikan dengan usia bayi. Hal tersebut dikarenakan penyesuaian dengan kemampuan sistem pencernaan bayi yang berbeda pada setiap masa perkembangan. Pengelolaan bahan makanan berdasarkan umur yaitu: a. Pemberian makanan bayi umur 6–9 bulan dengan cara melanjutkan pemberian ASI. Usia 6 bulan bayi diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari, hal ini dikarenakan karena fungsi alat cerna yang sudah dapat digunakan. b. Pemberian makanan bayi umur 9–12 bulan. Pada umur 10 bulan mulai diperkenalkan dengan nasi tim yang kepadatannya diatur sesuai usia. Bayi juga diperkenalkan dengan menu makanan selingan seperti bubur kacang hijau, pemberian buah dan sayuran sehingga menambah nafsu makan bayi. Pengenalan tersebut perlu dilakukan untuk membiasakan bayi menyukai makanan yang sehat sejak dini. c. Pemberian makanan bayi umur 12–24 bulan, masih tetap diberikan ASI namun sedikit demi sedikit frekuensinya dikurangi dengan cara penyapihan, memberikan MP-ASI sekurang – kurangnya 3 kali sehari, serta memberikan selingan makanan seperti sayuran dan buah-buahan guna meningkatkan nafsu makan dengan cara mempercantik pengemasan saat pemberian makanan (Proverawati, 2010). aktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status kesehatan berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi, seperti kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare (Santosa, 2004). Faktor umur merupakan faktor yang sangat menentukan banyaknya kebutuhan protein terutama pada golongan balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Terkait dengan faktor jenis kelamin, jenis kelamin wanita lebih banyak kasusnya Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi pendidikan, pengetahuan, infeksi dan pendapatan. (Radiansyah, 2007). Berdasarkan Almatsier (2002) Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi meliputi: a. Program pemberian makanan tambahan merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberian tambahan makanan tersebut berupa makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat. b. Tingkat Pendapatan Keluarga, di Negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi c. Pemeliharaan kesehatan. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit. d. Pola Asuh Keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. e. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model penilaian status gizi. Tujuan pengukuran sangat diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang. Maka metode yang digunakan adalah antropemetri. Supariasa (2002) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi anak meliputi faktor pejamu, agens dan lingkungan. Faktor pejamu meliputi fisiologi, metabolisme dna kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta zat mikro seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienitas serta sanitasi makanan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi bayi terbagi menjadi (Supariasa, 2002): a. Faktor langsung 1) Keadaan infeksi Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh. 2) Konsumsi makan Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. b. Faktor tidak langsung 1) Pengaruh budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional. 2) Faktor sosial ekonomi Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan: a) Data sosial Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, penyimpanan makanan, air dan kakus. b) Data ekonomi Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim. 3) Produksi pangan Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan makanan keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan perikanan serta keuangan. 4) Pelayanan kesehatan dan pendidikan Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lain-lain. 7. Penilaian Status Gizi Penilaian Status Gizi dapat dibagi 2 (dua) (Arif, 2008): a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: 1) Antropometri Pengertian : Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan : Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 2) Klinis Pengertian : Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Penggunaan: Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup. 3) Biokimia Pengertian : Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Penggunaan : Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4) Biofisik Pengertian : Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan : Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Bachtiyar, 2002). b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Survey Konsumsi Makan Pengertian : Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan : Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2) Statistik Vital Pengertian : Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan : Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3) Faktor Ekologi Pengertian : Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Penggunaan : Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Almatsier (2002) berpendapat bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status gizi salah satunya adalah pola asuh keluarga berkaitan dengan gizi dan pola makan. KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK 1. Prinsip Nutrisi Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan tubuh dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme mengacu pada semua reaksi biokimia dalam sel tubuh. Proses metabolik dapat menjadi anabolik (membangun) atau katabolik (merusak). Makanan dimakan, dicerna dan diserap untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk reaksi ini. (Potter, 2005). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi kalium dan lainlain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. (Alimul Azis,2009). Menurut Behrman dalam Alimul Azis (2009) selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55 %, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15 %. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat banyak sekali ditemukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu pada anak sakit dapat di jumpai masalah masukan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kebutuhan energi seseorang ketika istirahat disebut laju metabolisme basal (Basal Metabolic rate) adalah energi yang diperlukan pada tingkat terendah fungsi seluler. Persamaan umumnya digunakan untuk memperkirakan penggunaan energi basal (Basal Energy Expenditure, BEE). Sejumlah faktor seperti aktivitas, penyakit, ceder, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan kelaparan dapat mengakibatkan BEE. Kebutuhan energi untuk anak yang berusia dibawah enam tahun dihitung berdasarkan berat badan dan usia. Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan mengukur konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida dengan alat-alat pedati pengukuran metabolisme. (Potter, 2005). Pada umumnya, ketika kebutuhan energi dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada makanan, maka berat badan tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat seseorang akan bertambah. Ketika pemasukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan energi, maka seseorang akan kehilangan berat badan. (Potter, 2005). 2. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Toddler dan usia Prasekolah Anak usia toddler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu bergerak terus, tidak bisa diam dan sulit untuk diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Selain itu, pada usia 12 sampai 18 bulan pertumbuhan sedikit lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori. Kebutuhan kalori kurang lebih 100 kKal per Kg berat badan (BB). Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler: 1) Anak sukar atau kurang mau makan; 2) Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit; 3) Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu; 4) Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama. Anjurkan untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut: 1) Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan, misalnya memberi makan sambil mengajaknya bermain; 2) Beri kesempatan anak untuk belajar makan sendiri. Jangan berharap anak dapat makan dengan rapi sebagaimanan anak yang lebih besar karena usia toddler belum mampu melakukannya; 3) Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukaisatu jenis makanan tertentu. Kenalkan selalu dengan jenis makanan baru; 4) Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu encer; 5) Kurangi frekuensi minum susu. Anjurkan untuk memberikan 2 kali sehari saja Kecepatan perkembangan turun ketika usia toddler (usia 1 sampai 3 tahun). Kebutuhan anak akan kalori lebih rendah tetapi terdapat peningkatan jumlah protein dalam hubungan dengan berat badan. Kalsium dan fosfor penting untuk perkembangan tulang. Toddler lebih tertarik dalam lingkungan dan meningkatkan keterampilan motorik dibanding dengan makanan. (Potter, 2005). Usia toddler memerlukan minimum dua porsi (480 gram) kelompok susu setiap hari untuk memberikan protein, kalsium, riboflavin, dan vitamin A dan B12. Susu yang diperkaya memberikan vitamin D dan tambahan vitamin A. Keseluruhan susu harus digunakan sampai toddler mencapai usia 2 tahun untuk membantu meningkatkan asupan asam lemak yang cukup. Separuh dari asupan protein toddler harus mengandung nilai protein biologi tinggi. Toddler yang mengonsumsi lebih dari 720 gram susu sehari daripada makanan lain dapat menimbulkan anemia susu. Seluruh padi-padian, sereal yang diperkaya dan roti adalah sumber yang baik akan zat besi dengan tambahan pada daging. Ketika daging tersebut akan diberikan pada anak usia toddler, maka makanan harus dipotong kecil untuk menghindari kemungkinan tersedak. Makanan tettentu seperti permen, kacang, anggur dan popcorn merupakan jenis makanan yang lebih sering diimplikasikan pada kematian karena tersedak dan hal tersebut harus dihindari. (Potter, 2005). Toddler harus menerima empat porsi setiap hari dari kelompok buah dan sayuran. Satu porsi harus mengandung sumber vitamin C yang baik. Sayuran berdaun hijau dan buah kuning harus sering disajikan. Toddler menyukai sayuran mentah tetapi jangan memberikan wortel yang mentah karena bahaya tersedak. (Potter, 2005). Empat porsi toddler mulai dari roti dan sereal dan termasuk seluruh padi-padian atau roti yang diperkaya nilai gizinya, sereal, dan pasta. Toddler sering menyukai sereal kering tetapi sereal yang mengandung gula harus dihindari. Selain empat dasar kelompok makanan, anak harus memiliki 1 hingga 2 sendok teh margarin atau mentega untuk vitamin A. (Potter, 2005). Anak usia pra sekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kKal/kgBB. Beberapa karakteristik yang yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut: 1) Nafsu makan berkurang; 2) Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada makan; 3) Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru; 4) Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut adalah: a) Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara mengajarkan anak mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain yang lain; b) Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan dengan frekuensi lebih sering, yakni 4 sampai 5 kali sehari. Apabila memberikan makanan padat, seperti nasi 3 kali sehari, berikan makanan ringan di antara waktu makan tersebut. Susu cukup diberikan 1-2 kali sehari; c) Izinkan anak untuk membantu orang tua menyiapkan makanan dan jangan terlalu banyak berharap anak dapat melakukannya dengan tertib dan rapi; d) Fasilitasi anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang; e) Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran serta perasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota keluarga lainnya. Pada anak usia pra sekolah memerlukan kira-kira 480 gram susu setiap hari, 30 hingga 90 gram dari kelompok daging, empat hingga lima porsi dari kelompok buah dan sayuran (termasuk sumber vitamin C setiap hari dan porsi sayuran serta buah-buahan berdaun hijau dan kuning tua), tiga porsi seluruh padipadian atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok roti dan sereal, dan 3 hingga 4 sendok teh margarin atau mentega. (Potter, 2005). Menurut Alimul Azis (2009) pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan makan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semuanya harus dijelaskan pada anak atau diperkenalkan dan dilatih tentang penggunaan, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang di anjurkan antara lain daging, sup, sayuran, dan buah-buahan, pada anak ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan mengunyah sudah mulai kuat. 3. Kebutuhan Gizi Pada Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi sosial, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada bermain di lingkungan rumah. Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kKal/ KgBB. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut: 1) Anak mengatur pola makannya sendiri; 2) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan makananan tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya; 3) Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang; 4) Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginan yang lebih besar pada aktivitas bermain dari pada makan. Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karaktristik tersebut: 1) Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik; 2) Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru; 3) Jelaskan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih baik dari pada bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi dengan orang tua dan bagi oang tua untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah dan di lingkungannya; 4) Fasilitasi orag tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di sekolah ataupun di lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola kebiasaan yang baik bagi anak. Anjurkan untuk selalu menyediakan makanan kecil untuk dibwa ke sekolah maupun disediakan di rumah. Anak-anak usia sekolah, 6 hingga 12 tahun berkembang pada rata-rata yang rendah dan terus menerus, dengan penurunan bertahap dalam kebutuhan energi per unit berat badan. Anak usia sekolah mencapai 3 hingga 5 kg dalam berat badan dan 6 cm dalam tinggi badan per tahun hingga pubertas. Nafsu makan anak-anak usia sekolah lebih besar daripada mereka yang lebih muda, dan asupan makanan lebih bervariasi. Asupan yang direkomendasi termasuk dua porsi dari kelompok susu, 60 hingga 90 gram kelompok makanan daging, empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan sayuran (dengan sumber vitamin C sehari dan sumber vitamin A setiap hari yang lain), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi-padian dan roti yang diperkaya gizinya dan sereal, dan 1 hingga 2 sendok teh margarin atau mentega. (Potter, 2005). Walaupun nafsu makan lebih baik dan makanan yang dimakan lebih bervariasi, diet anak usia sekolah harus hati-hati di kaji untuk kecukupan protein, vitamin A dan C. Asupan susu biasanya melebihi rekomendasi. Kendati demikian, anak usia sekolah seringkali gagal untuk makan sarapan yang tepat dan memiliki asupan di sekolah yang sumber nutrien yang baik. Lemak, gula, dan garam yang tinggi akibat terlalu bebas asupan makanan kudapan. (Potter, 2005). Pada masa kanak-kanak pertengahan biasanya pemenuhan kebutuhan kalori berkurang dalam kaitannya dengan ukuran tubuh, dan sumber-sumber kalori telah ditetapkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pertumbuhan pada masa remaja. Sangat pening untuk menekankan anak dan orang tua tentang nilai diet yang seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan. Karena anak-anak biasanya makan makanan yang dimakan keluarganya, kualitas diet mereka bergantung pada luasnya rentang pola makan keluarga. (Wong, 2008) Rasa suka dan tidak suka terhadap makanan terbentuk pada usia-usia awal yang berlanjut pada masa kanak-kanak pertengahan, walaupun kecenderungan terhadap suatu pilihan makanan mulai berakhir dan anak-anak mulai merasakan banyak makanan yang beragam. Namun demikian, dengan tersedianya restoran siap saji, pengaruh media masa serta godaan keberagaman makanan “junk food” yang sangat besar, memudahkan anak untuk mengkonsumsi makanan tanpa kalori yang tidak meningkatkan pertumbuhan, seperti gula, zat tepung, dan lemak yang berlebihan. Mudahnya ketersediaan makanan tinggi kalori, dikombinasikan dengan kecenderungan aktivitas yang kurang melibatkan gerak tubuh, menjadi faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan prevalensi obesitas pada maa kanak-kanak. (Wong, 2008) Menurut Wong (2008) menyebutkan bahwa orang tua tidak mengetahui apa yang dimakan oleh anaknya ketika mereka berada diluar rumah. Orang tua mungkin memberi anak bekal makan siang untuk di sekolah tetapi tidak menyadari berapa banyak makanan yang dimakan, ditukar, dijual, atau dibuang. Pendidikan nutrsisi dapat dan sebaiknya diintegrasikan dalam pendidikan di kelas seperti pelajaran lainnya selama masa sekolah anak. Di sekolah, pedoman piramida makanan dan elemen-elemen makanan sehat dipelajari begitu pula dengan cara produk makanan dikembangkan, diproses dan diolah. Perawat sekolah dapat berperan aktif dalam pendidikan nutrisi bekerja sama dengan guru sekolah untuk merencanakan dan mengimplementasikan unit-unit pada pengajaran nutrisi dan bekerja sama dengan orang tua dan anak-anak untuk memberikan pedoman nutrisi. Kebutuhan energi anak per hari menurut Alimul Azis,2009 Umur 0-6 blan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun pria 13-15 tahun pria 16-19 tahun pria 10-12 tahun wanita 13-15 tahun wanita 16-19 tahun wanita Berat badan (kg) 5,5 8,5 12 18 23,5 30 40 53 32 42 46 Tinggi Badan (cm) 60 71 89 108 120 135 152 160 139 153 154 Energi (kkal) 560 800 1220 1720 1860 1950 2200 2360 1750 1900 1850 Kebutuhan protein per hari Alimul Azis,2009 Umur 0-6 blan Berat badan (kg) 5,5 Tinggi Badan (cm) 60 Protein (gr) 12 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun pria 13-15 tahun pria 16-19 tahun pria 10-12 tahun wanita 13-15 tahun wanita 16-19 tahun wanita 8,5 12 18 23,5 30 40 53 32 42 46 71 89 108 120 135 152 160 139 153 154 15 23 32 36 45 57 62 49 47 47 Kebutuhan cairan bayi dan anak Alimul Azis,2009 Umur Rata-rata berat badan Jumlah air dalam 24 jam (ml) Jumlah air per kilogram BB dalam 24 jam (ml) 3 hari 10 hari 3 bulan 6 bulan 9 bulan 1 tahun 2 tahun 4 tahun 6 tahun 10 tahun 14 tahun 18 tahun 3,0 3,2 5,4 7,3 8,6 9,5 11,8 16,2 20,0 28,7 45,0 54,0 250-300 400-500 750-850 950-1100 1100-1250 1150-1300 1350-1500 1600-1800 1800-2000 2000-2500 2200-2700 2200-2700 80-100 125-150 140-160 130-155 125-145 120-135 115-125 100-100 90-100 70-85 50-60 40-50 4. MASALAH GIZI PADA ANAK Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang melebihi keluaran atau seebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Akibat dari ketergangguan ini berupa penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis serta alergi. 1. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB . Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. Penyebab defisiensi besi menurut umur: a. Bayi kurang dari 1 tahun Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.      Alergi protein susu sapi b. Anak umur 1-2 tahun Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih. Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis. Malabsorbsi. c. Anak umur 2-5 tahun Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan.    Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun parasit). Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel/poliposis dan sebagainya). Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu : 1) Mengatasi faktor penyebab. 2) Pemberian preparat besi Oral 2. Karies dentis Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Pada umumnya anak mempunyai risiko terkena karies karena anak terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Tindakan pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi meliputi modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan diet konsumsi gula) dan perlindungan gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin). Pada anak di bawah umur 5 tahun, usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan kepada ibu seperti meningkatkan pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat diberikan. Hal ini berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat kepada ibunya. Pada anak 6 tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak mengenai tanggung jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut. 3. Penyakit kronis Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun jika berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan karena menghilangkan nafsu makan anak. Disamping itu, ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan zat gizi misalnya campak yang menghabiskan cadangan vitamin A. 4. Berat badan berlebih Jika tidak teratasi, berat badan berlebih (apalagi telah mencapai obesitas) akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energy yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Berbeda dengan dewasa, kelebihan berat badan pada anak tidak boleh diturunkan karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju pertambahan berat sebaiknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan kembali normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga. 5. Pica Kebiasaan anak yang mengonsumsi benda-benda asing yang kotor disebut Pika (Pika). Pica juga merupakan perilaku eating disorder yang terjadi pada anak kecil. Anak kecil memiliki kebiasaan makan benda yang sama sekali tidak memiliki nilai gizi dan manfaat melainkan justru membahayakan kesehatan. Menurut beberapa penelitian, sebagian besar kejadian pica berkaitan dengan defisiensi zat besi. Sehingga anak-anak yang mempunyai gangguan makan tersebut pasti memiliki masalah dengan penyakit yang berhubungan dengan zat besi dan hemoglobin. Sebenarnya kasus-kasus eating disorder bisa dihilangkan, apalagi pica yang terjadi pada anak asalkan orang tua berperan secara aktif. Sebenarnya pica adalah suatu praktik yang tidak dianggap sebagai kebiasaan yang memiliki patologis, artinya konsumsi zat-zat nonnutritive pada anak adalah suatu kelainan yang umum dan bukan patologis, mungkin karena anak merasa nyaman atau suka dengan rasa dan struktur benda-benda tersebut. Kebiasaan itu jika berlangsung lebih dari 1 bulan maka anak sudah dikategorikan memiliki pica eating disorder. Untuk melihat apakah anak tergolong pica, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu; perilaku makan non pangan tidak sesuai dengan perkembangan individu, perilaku tersebut bukan karena adanya penyakit lain melainkan murni karena kebiasaan anak dan kesukaan anak, dan pica terjadi bukan secara eksklusif karena adanya gangguan mental pada anak misalnya pada anak skizofrenia. Cara efektif untuk mencegah agar anak tidak memiliki perilaku pica tidak lain adalah peran orang tua. Orang tua harus aktif menjaga anaknya yang masih dalam tahap pengenalan dari benda-benda yang berbahaya, dan mengenalkannya dengan benda-benda yang aman untuk anak seusia tersebut. Hal seperti itu sangat perlu sebagai upaya pencegahan agar pica tidak terjadi pada anak. Orang tua juga sebaiknya rutin memeriksakan anak untuk mengecek apakah tidak ada bahan berbahaya yang pernah ditelan oleh anak. 6. Berat badan kurang Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Berat badan anak kurang bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan seperti kurangnya asupan makanan, menderita sakit, stress, kurangnya nafsu makan dan lain sebagainya. Anak yang kurang asupan makan akan mudah terserang penyakit, cepat lelah saat melakukan kegiatan, dan bermasalah dalam fokus dan konsentrasi. Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua harus berupaya supaya anak tumbuh dan berkembang secara normal supaya hidupnya lebih berkualitas. Bila perlu, orang tua berkonsultasi kepada ahlinya untuk mendapatkan rekomendasi cara meningkatkan berat badan anak, baik melalui pengaturan asupan makanan, maupun olahraga atau kegiatan fisik apa yang sebaiknya dilakukan anak. Asupan makanan yang dikonsumsi, sangat mempengaruhi berat badann anak. Bagaimana orang tua mengatur makan di rumah, akan mempengaruhi perilaku makan anak. Untuk mendapatkan berat badan yang normal, tentu saja diperlukan pengaturan pola makan yang tepat. Apa yang disajikan di meja makan keluarga, sangat mempengaruhi pola makan anak terbentuk. Orang tua hendaknya mengatur menu makan keluarga dengan sebaik-baiknya karena akan sangat berpengaruh dalam perilaku makan anak dan juga kualitas hidupnya. 7. Alergi Alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan yang orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan sering terlihat pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%), terutama mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita alergi. Angka kejadian ini akan terus meningkat, sama seperti kasus alergi lain misalnya atopik atau asma. Tabel 1. Makanan yang cenderung menyebabkan alergi Bayi Susu sapi Anak >2 tahun Susu sapi Cokelat/cola Terigu Jagung Susu sapi Cokelat/cola Tomat, kacang polong, sitrun Babi, putih telur, ikan, kacang Anak besar/dewasa 5. DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masamasa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri. Untuk menilai pertumbuhan fisik dapat menggunakan pengukuran secara atropometri. Sedangkan untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. 6. PENILAIAN STATUS GIZI ANAK BALITA 1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi yaitu kurang gizi protein dan obesitas pada semua kelompok umur. Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat perhatian karena dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan gizi di masyarakat. Dalam menilai status gizi anak balita dapat digunakan indikator antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U) tinggi badan menurut umur (TB/U) dan beran badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan temasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks tinggi badan menurut umur adalah pertumbuhan linier. a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antroprometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini. 1) Kelebihan Indeks BB/U   Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum Baik untuk status gizi akut atau kronis      Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Dapat mendeteksi kegemukan. 2) Kelemahan Indeks BB/U Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit di taksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan. b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. a. Keuntungan IndeksTB/U      Baik untuk menilai status gizi masa lampau Ukuran panjang dapat dibuat sendiri murah dan mudah dibawa b. Kelemahan Indeks TB/U Tinggi badan tidak cepat naik Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya Ketepatan umur sulit didapati c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan Dalam keadana normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). 1) Keuntungan Indeks BB/TB     Tidak memerlukan data umur Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) 2) Kelemahan Indeks BB/TB Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi badan kelompok balita   Membutuhkan dua orang dalam melakukan pengukuran Sering terjadi kesalahan dalam pembacan hasil pengukuran (Arisman, 2009). PADA LANSIA 1. Proses menua Pada dasarnya makhuk hidup yang hidup didunia ini membutuhkan makanan untuk tetap hidup karena di dalam makanan terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme. Fungsi zat-zat makanan selain untuk metabolisme juga berguna untuk memperbaharui sel-sel yang rusak akibat penuaan. Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Namun seiring dengan bertambahnya usia, sistem tubuh manusia mengalami penuaan. Seiring dengan bertambahnya usia kalori yang dibutuhkan oleh makhluk hidup juga akan berkurang, menurut WHO dikatakan usia pertengahan (4559 tahun), usia lanjut (60-74 tahun), usia tua (75-90 tahun), usia sangat tua (>90 tahun). Sedangkan di Indonesia sendiri menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 dikatakan usia lansia dimulai ketika seseorang berusia 60 tahun keatas. Penuaan bukan merupakan suatu patologis tetapi merupakan suatu proses fisiologis tubuh. Tambayong (2009) mendefinisikan penuaan sebagai suatu proses multidimensional yaitu suatu mekanisme perusakan dan perbaikan di dalam tubuh atau sistem tersebut terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda. Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas biologis tubuhnya. Ketika seseorang menginjak usia lanjut ada beberapa perubahan yang akan terjadi terkait dari beberapa aspek diantaranya biologis, psikologis, sosio ekonomi yang nantinya perubahan tersebut akan mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia (Tamher, 2009). Masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan rangkaian dari masalah gizi yang telah ada sebelumnya dan manifestasinya timbul setelah menjadi tua. Menurut fatmah (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia diantaranya adalah usia, jenis kelamin, faktor lingkungan, aktivitas fisik dan perubahan fisiologi tubuh akibat penuaan. 2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada lansia Keadaan fisiologis lansia : 1. Keadaan fisik menjadi tua atau proses menua adalah proses alami yang secara fisiologis dan biologis akan terjadi pada seluruh organ dan sel tubuh. 2. Berkurangnya kemampuan sensitifitas indra penciuman dan perasa pada lansia akan mengakibatkan selera makan menurun sehingga menimbulkan masalah kekurangan gizi. 3. Kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang yang nantinya akan berdampak pada kepala dan leher fleksi ke depan, ruas tulang belakang mengalami kifosis, panggul dan lutut juga fleksi sedikit, keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh terganggu (Arisman, 2004). Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia : 1. Akibat proses penuaan yang berpengaruh pada penurunan sensitifitas indra penciuman dan perasa maka pada umumnya lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik, akibat hal tersebut terkadang para lansia cenderung menggunakan kecap atau garam yang berlebihan yang mana hal tersebut akan berdampak kurang baik bagi kesehatan. 2. Sekresi saliva pada lansia juga akan bserkurang sehingga menimbulkan kesulitan dalam menelan 3. Kehilangan gigi yang terjadi pada lansia mengakibatkan lansia kesulitan dalam mengkonsumsi makanan yang memiliki tekstur keras. 4. Menurunnya sekresi HCL, kekurangan HCL sendiri dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik. 5. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien. 6. Menurunnya sekresi garam empedu 7. Menurunnya motilitas usus sehingga memperpanjang lama makanan di perut yang nantinya mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi. 8. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. 9. Gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. 10. Penyerapan makanan di usus menurun 11. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori tubuh menurun, status gizi lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas 12. Aktivitas/kegiatan kegemukan/obesitas 13. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi efisiensi zat-zat gizi mikro 14. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati 15. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi 16. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi 17. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi kurang gizi 18. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung 3. Kebutuhan nutrisi pada lansia Kalori Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 2025% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia lakilaki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus. Protein Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan. Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh. Karbohidrat dan serat makanan Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikhawatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Vitamin dan mineral Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan karna dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang bisa menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat. Air Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari. 4. Masalah gizi pada lansia : a. Kehilangan berat badan Pada lansia sendiri proses kehilangan berat badan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian diantaranya adalah : 1. Wasting, kehilangan berat badan yang tidak disadari, pada umumnya karena asupan yang tidak adekuat. Asupan yang tidak adekuat disebabkan oleh penyakit maupun faktor psikososial. 2. Cachexia, kehilangan massa tubuh bebas lemak yang tidak disadari yang disebabkan oleh proses katabolisme, ditandai oleh peningkatan rate metabolik dan peningkatan pemecahan protein. 3. Sarcopenia, kehilangan massa otot yang tidak disadari sebagai bagian dari proses menua. Kadang-kadang tidak ada penyakit yang mendasari. Faktor resiko terjadinya malnutrisi pada lansia antara lain beberapa faktor medis seperti selera makan rendah, gangguan gigi, gangguan fungsi pada indera penciuman dan pengecap, pernafasan, saluran cerna, neurologi, infeksi, cacat fisik dan penyakit lain sepeti kanker. Kurangnya pengetahuan mengenai asupan makanan yang baik bagi lansia, kesepian karena terpisah dari sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi lansia. Adanya faktor psikologis seperti depresi, kecemasan dan demensia yang nantinya akan berdampak besar dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi lansia. b. Kehilangan Massa Otot Pada dasarnya ketika usia tubuh bertambah maka lama kelamaan massa otot pun juga akan berkurang hal itu akan lebih terlihat khususnya pada lansia perempuan. Penurunan kekuatan massa otot merupakan penyebab ketidakmampuan lansia dalam melakukan beberapa aktifitas diantaranya kemampuan berjalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan massa otot adalah kurangnya aktivitas fisik dan hormon pertumbuhan yang disertai kekurangan gizi (terutama kekurangan energy dan protein) serta penyakit dan proses menua. c. Obesitas Masalah yang sering timbul pada orang usia lanjut adalah kelebihan berat badan dan obesitas. Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada lansia memberikan dampak terjadinya berbagai penyakit, terutama obesitas. Proporsi lemak intra abdominal meningkat progresif dengan bertambahnya usia. Penurunan asupan energi menurun karena penurunan aktifitas fisik terutama pada lansia yang sakit dan BMR. Peningkatan aktifitas fisik pada lansia dapat memperbaiki kekuatan otot dan kesehatan lansia secara keseluruhan. Kegemukan pada lansia dapat dicegah melalui olahraga secara teratur dan membatasi makanan yang padat energi. d. Osteoporosis Setelah usia 30 tahun, seorang individu mulai kehilangan massa tulangnya. Pada wanita, kehilangan massa tulang akan semakin meningkat setelah menopause, sehingga lansia perempuan mempunyai resiko tinggi untuk patah tulang (osteoporosis tipe I). Pada lansia laki-laki, juga mempunyai resiko untuk menderita patah tulang pada usia sangat lanjut, yaitu setelah 70 tahun (osteoporosis tipe II). Osteoporosis dapat dicegah dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, olahraga dan menghindari merokok dan minum-minuman beralkohol. Bila sudah terjadi osteoporosis, penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain menurunkan resorpsi tulang dengan terapi sulih hormon dan biphosponat atau menstimuli pembentukan tulang dengan pemberian fluorida, calcitonin, dan calcitriol. e. Anemia Gizi Anemia gizi dapat terjadi pada lansia karena asupan makanan yang menurun atau efek samping obat-obatan. Pada umumnya lansia yang mempunyai berat badan rendah juga menderita anemia. Anemia gizi yang terjadi pada lansia pada umumnya adalah anemia defisiensi besi, meskipun anemia vitamin B12 (anemia perniciosa) juga sering ditemui. Suplementasi besi dan vitamin B12 dapat diberikan pada lansia, diberikan mulai dosis rendah dan dapat dinaikkan secara bertahap untuk menghindari efek samping obat. Pemberian makanan sumber zat besi dan vitamin B12 dengan asupan kalori dan protein yang cukup membantu mengatasi anemia defisiensi besi dan vitamin B12. f. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. g. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. h. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun. 4. Pemantauan status nutrisi lansia Penimbangan Berat Badan Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. 5. Pemecahan masalah pada masalah gizi lansia 1. Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya. Cobalah menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera makan. 2. Memperkuat daya tahan tubuh. Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut. 3. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut. Santaplah makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D adalah susu. 4. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur. Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua. 5. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak. Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan β karoten (antioksidan), seperti : sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain. 6. Mengurangi resiko penyakit jantung yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran. 7. Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12 dan asam folat. 8. Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur. 9. Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang. 10. Tetaplah berlatih setiap harinya. 6. Menu harian untuk lansia Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-hari hendaknya : 1. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan lansia. 2. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya 3. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan, terutama pangan hewani) 4. Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung gula 5. Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan minuman beralkohol 6. Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan sereal) untuk menghindari sembelit atau konstipasi 7. Minum yang cukup. 7. Makanan Sehat Bagi Lansia Makanan yang sehat bagi lansia antara lain mencakup empat sehat lima sempurna dengan porsi yang kurang dari orang dewasa kecuali asupan protein dan vitamin serta mineral, dimana kalsium dan zat besi juga memerankan peranan yang penting untuk metabolisme tubuh. Berikut ini disajikan beberapa contoh makanan sehat untuk manula yang telah dikelompokkan: a. Sumber karbohidrat : nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, macaroni. b. Sumber protein hewani : daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging. c. Sumber protein nabati : kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom. d. Buah-buahan : pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat. e. Sayuran : bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada f. Kue : bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles. g. Susu : susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim 8. Perencanaan Makanan Untuk Lansia Berikut akan dijelaskan perencanaan makan secara umum pada lansia: 1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yangn terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi : bubur ayam Jam 10.00 : roti Siang : nasi, pindang telur, sup, pepaya Jam 16.00 : nagasari Malam : nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang 3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. 4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega, dan lain sebagainya. 5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Makanlah makanan yang mudah dicerna b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang d. Makan dalam porsi kecil tetapi sering e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan 6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. 7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. 8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.


Comments

Copyright © 2024 UPDOCS Inc.