BAB IV

May 5, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Pengolahan Limbah yang dihasilkan dari Proses Penambangan di PT. Vale Indonesia Tbk Jenis dampak yang muncul terkait dengan kualitas air sebagai akibat dari kegiatan pertambangan adalah peningkatan kandungan sedimen dan padatan tersuspensi (TSS) serta potensi terbentuknya Chrom Hexavalen (Cr6+). Sedangkan dampak yang muncul sebagai akibat dari kegiatan di pabrik pengolahan nikel adalah adanya potensi terbentuknya nikel terlarut (Soluble Nickel). Pelaksanaan pengelolaan dampak yang telah dilakukan diantaranya adalah : · Melakukan penanganan Cr6+ akibat proses oksidasi alamiah dengan membangun sarana pengendali Cr6+ secara kimiawi dengan menggunakan Ferrosulfat sebagai reduktor; · Membangun kolam pengendapan sedimen sekaligus melakukan pengerukan/ reclaim rutin; · Pembangunan kolam pengendapan sekaligus proses netralisasi dengan injeksi bahan kimia di lokasi tumpukan batubara dan sulfur pelabuhan Balantang. · Ijin pembuangan air limbah dari tujuh titik penaatan dari Bupati Luwu Timur telah diterbitkan pada tanggal 2 Mei 2013. Penambahan pemantauan rutin di beberapa lokasi baru di area tambang. 1.1. Pandangan Mengenai Chromium Hexavalent dan Lokasi Pengolahannya Limbah Chrom (Cr) merupakan limbah cair yang sangat berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai toksisitas (daya racun) yang sangat tinggi terutama Chrom valensi 6, Cr (VI). Batas yang diijinkan untuk air minum 0,05 ppm dan untuk cairan buangan industri 0,1 ppm. Chromium Hexavalen adalah jenis metal yang digunakan oleh sejumlah proses industri termasuk diantaranya pelapisan chrome, produksi baja, pembuatan cat dan semen. Industri yang mengeluarkan limbah Chrom merupakan industri penghasil bahan logam, seperti PT. Vale Indonesia Tbk, sehingga diperlukan penanganan yang serius agar masalah yang ditimbulkan tidak semakin kompleks. Pada umumnya, ion-ion logam dapat diendapkan sebagai hidroksidanya dengan penambahan gugus hidroksil. Tetapi masalahnya tidak demikian sederhana untuk chrom, sebab Cr (VI) tidak dapat mengendap sebagai hidroksidanya. Agar Cr (VI) dapat diendapkan maka Cr (VI) ini harus direduksi dahulu menjadi chrom valensi 3, Cr (III). Permasalahan yang ditimbul pada kegiatan kerja praktik ini adalah : 1. Kolam penampungan sedimen dari hasil pengendapan Crhromium ada yang telah penuh sehingga di buat kolam penampungan baru. 2. Injeksi Ferro Sulfat bergantung terhadap kecepatan aliran dari kolam penampungan dan kadar Cr (VI), sehingga apabila terjadi hujan atau overflow, titrasi harus disesuaikan dengan kondisi aliran. 3. Kondisi pH reaksi reduksi yang optimum untuk menghasilkan endapan Cr (III). Lokasi pengolahan yang terbesar untuk untuk limbah Chromium Hexavalen di PT. Vale Indonesia Tbk terdapat di Pakalangkai, menuju danau Matano. Pengujian sampel dilakukan di empat Complaince Point khusus daerah tambang, yaitu Lamangka, LC3, Petea East, dan Petea West. 1.2. Sumber Limbah Pencemar Chromium Hexavalent (Cr+6) Sumber dari air limbah Chromium Hexavalen di PT. Vale Indonesia Tbk berasal dari proses penambangan yang dilakukan. Di tanah PT. Vale Indonesia Tbk selain kaya akan logam nikel, juga terdapat Chromium. Ketika terjadi penambangan untuk bijih nikel, chrom juga ikut terangkut di tanah hasil tambang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa chrom bersifat karsinogen apabila sudah bercampur dengan air dan terakumulasi dengan oksigen sehingga menjadi Chromium Hexavalen (Cr+6). 1.3. Sarana dan Prasarana Pengolahan Limbah Chromium Hexavalen Sarana dan prasarana yang terdapat di pengendepan dan pengolahan Chromium Hexavalen ialah kolam bak penampungan limbah Chromium Hexavalen, alat ukur flow, tangki bak pencampur FeSO4 dengan air, spektrofotometer dan serbuk FeSO4. 1.4. Mekanisme dan Formula Pengolahan Limbah Chromium Hexavalen Deskripsi pengolahan A. FeSO4 adalah Singkatan Ferrous Sulfate monohydrate yaitu bahan kimia yang digunakan untuk mengubah ikatan valensi Chromium bervalensi enam menjadi chromium bervalensi tiga , B. Mixer tank adalah tangki penduduk bubuk FeSO4 untuk menghasilkan larutan FeSO4 di treatment plant , C. Strotage tank adalah tangki penyimpanan larutan FeSO4 yang dihasilkan dari mixer tank. D. Daily tank adalah tangki pengelolaan Cr(VI) yang dilengkapi sistim pipa injeksi larutan bahan kimia (FeSO4). E. Transfer pump khusus untuk mentransfer bahan kimia . Komponen dalam pompa terbuat dan dilapisi bahan keramik sehingga tahan atau tidak korosi terhadap bahan kimia FeSO4. Pengolahan limbah cair Chromium Hexavalent di PT. Vale Indonesia Tbk, menggunakan sistem injeksi dengan menambahkan larutan sebanyak 5 % ke dalam tangki 7000 L yang kemudian di simpan dalam tangki storange. Prosedur pengisian larutan FeSO4 di fasilitas pengolahan Chromium Hexavalent : a. Digunakan perlengkapan pelindung diri berupa helm, kacamata safety, masker, sarung tangan karet dan baju kerja, b. Disiapkan 14 kantung/karung FeSO4 (@25kg) untuk membuat konsentrasi larutan 5 % pada kapasitas tangki 7500 liter c. Sisi luar kantung/karung dibersihkan dari kotoran (pasir/tanah) yang menempel , d. Dimasukkan air ke dalam tangki pencampur /mixer tank sebanyak 500 liter e. Sementara mengisi air buka kantung/karung FeSO4 dengan melepas benang jahitan kantung bagian atas ( jangan dirobek dengan pisau , cutter atau benda lainnya untuk memastikan tidak ada serabut yang masuk ke dalam tangki pencampur) f. Dimasukkan 14 karung bubuk FeSO4 secara perlahan-lahan ke dalam tangki , pastikan karung atau tali pengikat karung tidak terikat masuk ke dalam tangki g. Ditambahkan air hingga mencapai level 7000 liter , h. Mixer dijalankan selama 10 menit sampai FeSO4 terlarut seluruhnya i. Larutan FeSO4 dipindahkan /transfer ke dalam tangki dosing dengan menggunakan pompa transfer (pompa transfer harus selalu dilengkapi strainer/penyaringan) j. Pastikan posisi strainer/penyaringan menghadap ke bawah atau sesuai arah panah pada strainer agar berfungsi dengan optimal , k. Setelah larutan FeSO4 dalam tangki pencampur /mixer tank habis, strainer dibersihkan untuk proses transfer selanjutnya. l. Lakukan pengisian larutan FeSO4 kembali sesuai prosedur diatas secara berurutan. m. Ketersediaan larutan kimia selalu tersedia setiap dalam semua tangki maka waktu pengisian tangki diatur berdasarkan penghitungan berikut : Volume keluar (dosing) = Volume penambahan larutan · 1 kantung /karung = 500 L (konsentrasi standar) , (1 karung = 25 Kg) · Jika volume injeksi 1000L/jam larutan dalam tangki keluar 2 bag FeSO4 sehingga tiap 1 jam dilakukan penambahan kembali 1000L ditambah 2 bag FeSO4. Agar larutan selalu tersedia maka penambahan tidak dilakukan tiap 1 jam sekali namun dengan perhitungan : Debit injeksi = 1000L/jam dan konsentrasi larutan 1 bag = 500L air maka, = = 2 bag / jam 1 jam = 2 bag 60 menit = 2 bag 30 menit = 1 bag · Sehingga setiap 30 menit dilakukan penambahan 1 bag FeSO4 dan 500L air · Penambahan ini bervariasi sesuai dengan debit injeksi yang diberikan. Prosedur Injeksi Larutan FeSO4 Injeksi Larutan FeSO4 dilakukan dinamis secara berkala dan berkelanjutan tiap dua jam sekali pada kondisi normal dan tiap jam sekali pada kondisi abnormal untuk menjaga dosis injeksi larutan FeSO4 sesuai dengan kebutuhan pengelolahan Cr (VI), untuk itu urutan langkah kerja injeksi larutan FeSO4 berikut ini harus di pahami dan di lakukan dengan benar: a. Dihitung debit injeksi larutan FeSO4 yang di perlukan sesuai kebutuhan pada (table formula dosis injeksi terlampir). b. Digunakan perlengkapan pelindung diri berupa helm, kacamata safety, pelampung , sarung tangan karet dan baju kerja. c. Valve dibuka pada daily tank hingga terbuka penuh selama 3 detik, (bertujuan untuk membersihkan endapan atau pengkristalan bahan kimia pada ujung pipa injeksi dan valve injeksi). d. Valve diputar ke posisi menutup valve sehingga di peroleh debit injeksi yang dibutuhkan. e. Diukur debit larutan yang keluardisesuaikandengan flow rate dan Cr (VI) f. Rate sesuai perhitungan yang diperoleh pada langka “a” diatas, Catatan : Karena gelas ukur maksimum hanya dapat menampung volume 1000 mL, maka dosis injeksi yang diperoleh pada langkah “a” harus dikonversi dahulu kedalam satuan mL/detik. Cara mengkonversi kedalam mL/detik adalah sebagai berikut : Jika diperoleh dosis injeksi 2500 mL/detik, maka ubah konversi nilai tersebut menjadi mL/detik dengan cara membaginya dengan angka 10 : 2500 mL/10 detik = 250 mL/detik 10 g. Setelah diperoleh angka konversi kemudian takar injeksi dengan gelas ukur hingga mendekati dosis dari hasil perhitungan, tidak boleh lebih rendah. Takar kembali dosis injeksi hingga 3 kali untuk memastikan bahwa dosis sudah sesuai. Angka dosis hasil penakaran kemudian dicatat dalam log book yang disediakan (bukan angka hasil perhitungan). h. Dilakukan pengecekan atau pengukuran debit injeksi setelah 10 menit kemudian, (untuk memastikan injeksi treatment sesuaidosis yang dibutuhkan). i. Senantiasa diperiksa keluaran injeksi untuk memastikan tidak ada penyumbatan j. Dilakukan pengecekan kadar Cr (VI) inlet plant tiap 2 jam sekali, jika ada perubahan atur kembali besar injeksi FeSO4 k. Dilakukan analisaCr (VI), pastikan konsentrasi Cr (VI) pada outlet dibawah 0.05 ppm, jika diatas 0.05 ppm tambahkan injeksi larutan FeSO4 sebesar30% dari perhitungan sebelumnya, dan catat kejadian tersebut dalam log book. l. Jika didalam jadwal pengaturan debit injeksi tiap 2 jam tersebut terjadi perubahan flow melebihi variasi 500 m3/jam dari flow sebelumnya, lakukan segera perubahan dosis injeksi. B Uraikan Aktivitas Selama Kerja Praktek (Log book dan Foto Kegiatan Dilampirkan) Tabel 4. Log Book Kegiatan Minggu Ke- 1 2 3 4 5 6 7 Pengenalan secara umum Unit Pengolahan Limbah di PT. Vale Indonesia Pengambilan sampel di Complaince Point Observasi Lapangan dan Pengambilan sampel di Pengolahan limbah Chromium Hexavalent Observasi Lapangan dan Pengambilan sampel di Pengolahan limbah Nikel Souluble Observasi Lapangan di AWS Pengumpulan Data Lapangan Asistensi Laporan Presentasi Laporan ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT PT. VALE INDONESIA Tbk 27 C Pemuktakhiran Data Dan Gambar Proses Pengolahan Limbah 1. Tabel Data sampel Minggu Pertama Tabel 5. Data sampel Minggu Pertama Grafik 2. Pemantauan Cr(+6) Minggu Pertama Minggu pertama pemantauan kadar Cr+6 diempat titik penaatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah


Comments

Copyright © 2024 UPDOCS Inc.