1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal bangsa dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pendidikan sangat diprioritaskan oleh bangsa ini sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 tujuan pendidikan nasional adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa“. Strategi untuk mencerdaskan bangsa adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan yang berkualitas. Sedangkan menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3 adalah sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dewasa ini pendidikan hanya menitik beratkan pada tercapainya tujuan pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut. Kalangan pendidik dalam proses pencapaian tujuan pendidikan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada, memperbaharui 2 proses belajar mengajar, menganalisis hasil belajar siswa serta mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada dalam pendidikan. Salah satu permasalahan yang ada dalam pendidikan adalah penggunaan metode mengajar yang monoton misalnya dengan penggunaan metode konvensional seperti ceramah. Padahal dengan penggunaan metode yang monoton akan menjadikan siswa lebih cepat bosan dan berakibat kurang baik pada penerimaan materi pelajaran. Selain itu siswa hanya akan mengandalkan informasi dari guru dan mencatat informasi yang diberikan oleh guru tanpa adanya tanggapan balik dari siswa. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi. Untuk itu guru perlu mengubah model pembelajaran konvensional dengan menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada siswa. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan aktivitas siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Terdapat beberapa metode dalam model pembelajaran kooperatif misalnya jigsaw, teams group tournament, group investigation, think pair share, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk membandingkan metode group investigation dan think pair share. Kedua metode tersebut menuntut kerjasama siswa dengan siswa lainnya serta keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Perbedaanya hanya terletak pada jumlah siswa yang tergabung dalam satu kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe group investigation menekankan siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tapi juga diajarkan keterampilan-keterampilann khusus agar dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Dalam tipe group investigation ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik tersebut dan mempresentasikannya laporannya pada seluruh kelas. Pada tipe think pair share ada tiga langkah yang harus dilakukan siswa yaitu, 3 1. Thinking (berpikir) yaitu mengjaukan pertanyaan atau isu yang berhubungna dengan pelajaran, kemudian siswa memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri 2. 3. Pairing (berpasangan) yaitu siswa berpasangan dengan siswa Sharing (berbagi) yaitu meminta kepada pasangan untuk Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar akuntansi di SMA Negeri 2 Surakarta adalah penggunaan metode konvensional atau ceramah dalam proses pembelajaran yang dilanjutkan dengan latihan. Dalam proses belajar mengajar ini siswa terlihat pasif dan tidak memberikan banyak perhatian pada penjelasan dari guru. Kondisi ini membuat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu, siswa tidak memiliki sumber belajar yang memadai. Siswa hanya mengandalkan penjelasan guru tentang materi terkait. Bertolak dari masalah di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk menguji keefektifan pencapaian prestasi belajar siswa menggunakan metode Group Investigation dibandingkan menggunakan metode konvensional seperti ceramah dalam proses pembelajaran akuntansi sebagai alternatif penggunaan metode pembelajaran yang diadakan di SMA Negeri 2 Surakarta dengan judul “STUDI PERBANDINGAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN METODE DALAM THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, berbagai masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut: 1. Keterampilan siswa dalam berkelompok dan bekerja sama kurang, keaktifan siawa dalam mengikuti pembelajaran kurang, serta terdapat siswa yang belum lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. 4 memenuhi standar Kriteria Kelulusan Minimal sehingga prestasi belajar tergolong rendah. 2. Kemampuan guru dalam meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa tertarik. 3. Sarana dan prasarana belajar yang digunakan siswa kurang. Siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran yang terkait. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan diteliti dibatasi pada metode pembelajaran dan prestasi belajar akuntansi. Dibawah ini dijelaskan mengenai definisi masalah di atas sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru untuk menerapkan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiaytan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran. a. Metode group investigation adalah penyajian pembelajaran oleh guru di mana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang heterogen beranggotakan 5-6 siswa. b. isu. 2. Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar akuntansi yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Mata pelajaran akuntansi yang dijadikan sebagai objek penelitian dikhususkan pada pokok bahasan Laporan Keuangan di SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IPS. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Metode think pair share adalah penyajian pembelajaran oleh guru dimana siswa saling berpasangan dan berdiskusi tentang suatu pertanyaan atau 5 1. Apakah terdapat perbedaan antara metode group investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011? 2. Metode manakah yang lebih efektif di antara metode group investigation dan metode think pair share ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut diatas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara metode group investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif di antara metode group investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pengembangan pengetahuan dalam dunia pendidikan, dan sebagai bahan pertimbangan bagi calon peneliti lain dalam penelitian di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Lebih mudah menguasai materi serta lebih berani bertanya dan menjawab pertanyaan sehingga akan terjadi peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, keterampialn dan sikapnya. 6 b. Bagi guru Sebagai masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung lebih menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Bagi Peneliti Sarana untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti peroleh di bangku perkuliahan serta untuk membekali peneliti sebagai calon guru untuk memilih model dan metode pembelajaran yang tepat. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses seseorang memperoleh kecakaapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak kecil sampai akhir hayat seseorang. Artinya, proses belajar tidak akan pernah berhenti. Hal ini karena manusia selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi pada lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga proses belajar pada manusia tidak akan pernah berhenti. Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2003:98) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Sedangkan menurut Ausebel (1968) dalam Martinis Yamin (2003:102), dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa belajar adalah proses mengaitkan informasi baru yang dilakukan seseorang sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2003:3-5), menjelaskan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu : 1) Perubahan terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Belajar 8 3) 4) 5) 6) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan dalam belajar bertujuan atau berarah Perubahan mencakup seluruh aspek atau tingkah laku Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dianggap telah belajar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain atau lingkungan. Selain itu, aspek-aspek perubahan dalam belajar tersebut juga saling berhubungan erat sama satu lain. Di mana, perubahan-perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Prinsip-prinsip Belajar Proses belajar tidak berlangsung secara instan. Prosesnya bersifat kompleks, tapi dapat dianalisis dalam prinsip-prinsip belajar agar kita tahu teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip belajar itu ialah: 1) Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, artinya proses belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Perubahan persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kepada individu. 2) Belajar adalah penemuan diri sendiri, artinya belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai 3) Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman, artinya untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman. 4) Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi, artinya dengan kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, di samping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu. 9 5) Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran. Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain. 6) Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya. 7) Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan. 8) Belajar bersifat individual dan unik.Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2003:54-), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan dan faktor ekstern. 1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a) Faktor jasmaniah, yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu sendiri. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. 1. Faktor kesehatan adalah kondisi segenap badan beserta bagianbagiannya terbebas dari penyakit. 2. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. b) Faktor psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kondisi kejiwaan individu. Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psokologis yang mempengaruhi belajar yaitu: 10 1. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. 2. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun sematamata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. 3. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 4. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. 5. Motif adalah tujuan yang akan dicapai. 6. Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. 7. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya tahan tubuh menurun. Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, 1. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. 2. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, orang tua yang memahami perkembangan anak serta latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini meliputi metode 11 mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas sekolah. c) Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa sehingga harus diatur sedemikian rupa agar membantu proses belajar siswa. Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. 3. a. Pengertian Pembelajaran Gino (1999:30) menjelaskan bahwa istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan (Purwadarminta, 1976:22). Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar yaitu siswa. Denagn demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Menurut Bruner dalam Nasution (2008:9-10), proses pembelajaran siswa melibatkan tiga fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah informasi. Informasi tersebut ada yang menambah pengetahuan, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya. Dalam fase transformasi, informasi tersebut harus dianalisis, diubah, atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam fase ini, siswa perlu mendapatkan bantuan guru. Pembelajaran 12 Dalam fase evaluasi, siswa akan menilai mana informasi yang diperoleh dari transformasi itu yang dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. b. Ciri-ciri Pembelajaran Gino (1999:36) menjelaskan bahwa dalam menentukan ciri-ciri pembelajaran, dalam hal ini ditekankan pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa, yaitu: 1) Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang atau siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai. (Sardiman, A.M., 1992:7576) 2) Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa, dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. 3) Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak (buku-buku paket), media elektronik (radio, TV, tape recorder), dan lain-lain. 4) Suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar siswa bila terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. 5) Kondisi siswa yang belajar berbeda satu dengan yang lain. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. 4. Metode Mengajar a. Pengertian Metode Mengajar Kualitas dan keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada model dan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Bila guru mampu 13 memilih model dan metode pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta materi yang akan diajarkan, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Menurut Edgar B. Wesley dan Stanley P. Wronski (1965:339) dalam Abdul Azis Wahab (2009:83), metode mengajar dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Syaiful bahri Djamarah, (1991 : 72) mengemukakan pendapatnya mengenai metode mengajar sebagai berikut, metode adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut A. Samana (1992:123), metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu proses, prosedur atau langkah kerja yang digunakan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat, maka proses belajar akan berlangsung dengan baik dan akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. b. Macam-macam Metode Mengajar Pada dasarnya metode mengajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif 1) Pembelajaran langsung adalah adalah metode yang sering dipakai oleh guruguru untuk memberikan materi di sekolah. Dalam pembelajaran langsung, proses belajar mengajar terpusat pada guru sehingga guru lah yang lebih aktif mengajar. Jenis-jenis pembelajaran langsung yaitu: a) Metode ceramah adalah sebuah metode dimana guru menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa. Di sini guru lah yang lebih aktif, sedangkan siswa cukup mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting. 14 b) Metode demonstrasi digunakan guru untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. c) Metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru memberikan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk meninjau ulang pelajaran yang lalu, menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, serta mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka. d) Metode pemberian tugas adalah suatu metode dimana guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah atau dikerjakan berkelompok. 2) Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antarsiswa membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu: a) Student Teams Achievement Division (STAD) Metode ini dianggap paling sederhana dan digunakan guru untuk mengajarkan informasi baru kepada siswa setiap minggu baik verbal maupun tertulis. Dalam metode STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota yang lain sampai mengerti. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa; guru menyajikan pelajaran; guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan dimana anggota yang tahu menjelaskan pada anggota yang lain sampai semua anggota mengerti; guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa dan harys dikerjakan sendiri; memberi evaluasi dan penutup. 15 b) Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. c) Jigsaw adalah suatu metode dimana guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang jumlah anggotanya 5-6 siswa. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bagian dari materi yang diberikan. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopic yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari 2-3 orang. d) Structural Approach menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Tujuannya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan keterampilan social. 5. a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Hakikat Group Investigation Metode group investigation sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah: 1) Membutuhkan Kemampuan Kelompok. 16 Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2) Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3) Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pengelompokan (Grouping) Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompokkelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk 17 diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan. 2) Tahap Perencanaan (Planning) Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut? 3) Tahap Penyelidikan (Investigation) Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. 4) Tahap Pengorganisasian (Organizing) Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. 5) Tahap Presentasi (Presenting) Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan 18 6) Tahap evaluasi (evaluating) Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. 6. a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Hakikat Think Pair Share Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit. Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur TPS memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional. 19 Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share, ada tiga langkah yang harus dilaksanakan yaitu: 1) Langkah 1 : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. 2) Langkah 2 : Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 3) Langkah 3 : Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan (Arends disadur Tjokrodihardjo dalam Trianto, 2007). Tipe TPS mempunyai beberapa kelebihan yaitu : 20 1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. 2) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana. 3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok. 4) Interaksi lebih mudah. 5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. 6) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. 7) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. 8) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. 9) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, 10) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. Tipe TPS juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut: 1) 2) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. 3) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. 4) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. 5) Lebih sedikit ide yang muncul. 6) Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. 21 7) Menggantungkan pada pasangan. 8) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. 9) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. 10) Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah. 7. a. Pengertian Prestasi Belajar Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut : “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” yang artinya “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut W.J.S Purwadarrninto ( 1987: 767 ) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari proses belajarnya yang terlihat dari perubahan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, a) Kecerdasan atau intelegensi Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi Prestasi Belajar 22 akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor penting bagi siswa dalam proses belajarnya. b) Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. d) Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. 2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, yaitu: a) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. 23 c) Lingkungan masyarakat Lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. 8. a. Hakikat Akuntansi Warren dkk (2005:10) menjelaskan bahwa: “secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihakpihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”. Littleton (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan: “tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil (prestasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi.” Accounting Principle Board Statement No. 4 (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif. American Institute of Certified Public Accountant (Muhammad, 2002:11) mendefinisikan sebagai berikut: “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.” Dalam hal ini akuntansi yang dipelajari dan dijadikan penelitian adalah siklus akuntansi perusahaan jasa, dimana menurut Banu Swasta dan Ibnu Sukotjo (2002: 12) ”Perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”. Akuntansi 24 B. Penelitian yang Relevan 1. Susi Apriliana (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Keuangan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 3 Surakarta Tahun Diklat 2009/2010 menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe group investigation dapat meningkatkan prestasi belajar mata diklat akuntansi keuangan pada siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 3 Surakarta. 2. Hernawati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E SMP N 14 Tegal Dalam Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”, menjelaskan bahwa setelah dilakukan penelitian didapatkan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII E SMP N 14 Tegal dalam pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. 3. Hendrawan Yulianto Nugroho (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Komparasi Metode Investigasi Kelompok Dengan Metode Ceramah Dalam Pembelajaran Akuntansi Perusahaan Dagang Kelas II Semester I SMK Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 menyimpulkan bahwa prestasi belajar akuntansi siswa yang diajar menggunkan metode investigasi kelompok lebih baik daripada prestasi belajar akuntansi siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah. C. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : 25 Proses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru atau pengajar, tapi juga terpusat pada siswa sebagai subjek pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai fasilitator diharap dapat memaksimalkan potensi siswa yang dapat digunakan dalam belajar. Fungsi guru sebagai fasilitator dapat berjalan dengan maksimal jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang urut dan sistematis yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari evaluasi. Metode mengajar adalah suatu proses, prosedur atau langkah kerja yang digunakan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hendaknya guru mengunakan variasi dalam metode pembelajaran. Melalui model pembelajaran kooperatif metode GI dan TPS diharapkan dapat menumbuhkan suasana baru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif metode group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Selain itu metode group investigation mengajarkan siswa untuk bersikap demokratis. Sikap demokratis ditunjukkan oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan siswa dalam kelompok tersebut. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok. 26 Model pembelajaran kooperatif metode think pair share merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar mandiri dan belajar berkelompok. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesaikansuatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami.. Pada penelitian ini pengajaran dilaksanakan menggunakan metode Group Investigation dan Think Pair Share. Dari kedua metode ini, prestasi belajar dibandingkan lalu dicari mana yang lebih baik digunakan dalam pembelajaran akuntansi Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran tersebut digunakan ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut: Kelompok Eksperimen Siswa Kelompok Eksperimen Pengajaran dengan metode GI Prestasi Belajar Dibandingkan Pengajaran dengan metode TPS Prestasi Belajar 27 D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan landasan teori serta kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Ada perbedaan antara metode group investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Metode group investigation lebih efektif daripada metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011? 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Surakarta pada kelas XI IPS semester II tahun ajaran 2010/2011. Alasan pemilihan sekolah tersebut antara lain adalah : a. Pada sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian yang berjudul Studi Perbandingan Metode Group Investigation Dengan Metode Think Pair Share Dalam Pembelajaran Akuntansi Ditinjay Dari Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. b. c. Sekolah tersebut menyediakan semua data yang dibutuhkan sehingga Penulis ingin mengetahui manakah yang lebih efektif antara metode akan memperlancar jalannya penelitian. group investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IPS SMA N 2 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini meliputi kegiatan persiapan sampai selesainya penyusunan laporan diperkirakan berlangsung selama enam bulan dari bulan Januari 2010 sampai Mei 2011. B. Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah, karena apabila peneliti salah dalam menggunakan metode penelitian maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu dalam suatu penelitian hendaknya digunakan metode yang tepat agar tercapai tujuan yang diharapkan. 29 Suharsimi Arikunto (2006:160) berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menyempurnakan data penelitiannya. Hasan Alwi (2001: 740) mengemukakan bahwa” metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dekehendaki”. Metode penelitian adalah suatu cara utama atau langkah- langkah yang digunakan peneliti untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran, suatu pengetahuan sesuai dengan tujuan penelitian. Supardi (2007:3) mengatakan bahwa Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini, penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II dengan memberikan perlakuan terhadap kedua kelompok eksperimen yang hasilnya akan dibandingkan. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment atau eksperimen purapura karena dilaksanakan pada dua kelompok tanpa kelompok pembanding. Pada kelompok eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan metode group investigation, sedangkan kelompok eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan metode think pair share. Pola eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “Matched Groups Design” seperti dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2004:504). Untuk lebih jelasnya pola teknik penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Ke I M X1 O1 Dibandingkan 30 Ke II Keterangan: M Ke I Ke II X1 X2 O1 dan O2 1. suatu populasi 2. X2 O2 : Menyamakan kedua kelas : Kelas Eksperimen I : Kelas Eksperimen II : Pengajaran dengan metode group investigation : Pengajaran dengan metode think pair share : Tes akhir setelah perlakuan Memilih subjek secara acak dari Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: membagi subjek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok/ kelas eksperimen dan kelompok/ kelas control 3. menyamakan kemampuan awal dengan membandingkan nilai prestasi belajar akuntansi antara kelas eksperimen dsan kelas control pada semester sebelumnya yaitu semester I. 4. berbeda. 5. Mengadakan tes akhir pada kelas Melakukan eksperimen pada kelas eksperimen dan kelas control dengan memberikan perlakuan yang eksperimen dan kelas control dengan soal tes yang sama 6. Menganalisis hasil tes dari kelas eksperimen dan kelas control denganmenggunakan statistic yang cocok dengan rancangan ini untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan. 31 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sudjana (2002: 6) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) “Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah pengukuran dari keseluruhan subyek penelitian dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. 2. Sampel Menurut Sudjana (2002: 6) “Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:109), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2002:112) menyatakan bahwa “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 4. 3. Teknik Sampling Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cluster random sampling, yaitu cara pengambilannya dilakukan secara acak (random). Sebelum memulai perlakuan terhadap obyek penelitian, terlebih dahulu peneliti mengecek keadaan kemampuan awal dari sampel yang digunakan, baik dari kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II. Semua itu bertujuan untuk keseimbangan dari dua kelompok tersebut sebelum dikenai perlakuan. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 32 1) Menentukan dua kelas yang akan dijadikan objek penelitian di SMA Negeri 2 Surakarta, diambil dua kelas secara acak dan diperoleh kelas XI IPS 1 dan XI IPS 4 2) Menentukan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II 3) Berdasarkan random tersebut diperoleh kelas XI IS 1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas XI IPS 4 sebagai kelas eksperimen II. D. Teknik Pengumpulan Data 1. variabel yaitu: a. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian in adalah metode group investigation dan metode think pair share. b. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa 2. Metode Pengumpulan Data Variabel Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian ilmiah yaitu: 1. Metode tes 2. Metode angket 3. Metode interview 4. Metode obeservasi 5. Metode dokumentasi 33 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 236), “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya”. Fungsi metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan data, seperti sejarah SMA N 2 Surakarta, daftar siswa yang menjadi sampel dan data-data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini b. Metode Tes Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 139), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Pada penelitian yang akan dilakukan, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa. Langkah-langkah membuat tes terdiri dari: 1. Menbuat kisi-kisi item tes 2. Menyusun item tes 3. Mengadakan uji coba tes 3. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga hasilnya mudah diolah”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes berupa soal obyektif yang dibuat sama antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Langkah-langkah membuat tes terdiri dari: a) Membuat kisi-kisi item tes b) Menyusun item tes 34 c) Mengadakan uji coba tes Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, tes harus baik dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi syarat berupa tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan reliabilitas. a. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu tes dapat dilihat dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran item dinyatakan dalam P atau indeks kesukaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:208), untuk menguji tingkat kesukaran suatu item soal digunakan rumus sebagai berikut: B P= JS Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut: 1,00-0,30 : Sukar 0,30-0,70 : Sedang 0,70-1,00 : Mudah b. Daya Pembeda Menurut Suharsimi Arikunto (2005:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunujukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: BA D= JA JB BB = PA-PB 35 Keterangan : D = Diskriminasi J = Jumlah peserta tes JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar c. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 2005:44). Untuk menghitung validitas soal tes digunakan rumus korelasi Product Moment dari Person yaitu: r xy = N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑Y ) ( n ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 )( n ∑Y 2 − ( ∑Y ) 2 ) Keterangan: r xy = koefisien korelasi variabel x dan y N = jumlah subyek uji coba X = jumlah skor-skor X Y = skor total soal Kriteria item dinyatakan valid jika r xy > rtabel. Sedangkan criteria item dinyatakan tidak valid jika r xy < rtabel. d. Reliabilitas 36 Reliabilitas suatu tes menunjukkan apakah instrument tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Suharsimi Arikunto, 2005:154). Untuk mengetahui reliabilitas angket dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus alpha sebagai berikut: r11 = Keterangan: r11 k Vt p q = reliabilitas instrument = banyaknya soal = varians total = banyaknya subyek yang menjawab benar = 1-p Kriteria pengujian menurut Masidjo (1995: 243) adalah jika r11 > r table item tersebut dinyatakan reliabel E. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji t-matching Uji t-matching dilakukan untuk menyeimbangkan kemampuan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II agar kedua kelas berang b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk melihat apakah model regresi yang ada benarbenar linier yang diuji adalah model regresi X 1 terhadap Y dan model regresi X 2 terhadap Y. Untuk menguji linieritas digunakan rumus sebagai berikut: F = JK reg / k JK res / ( n −k −1) (Sudjana,2002: 355) Keterangan: F = harga linieritas 37 JK reg = jumlah kuadart-kuadrat regresi = jumlah kuadrat-kuadrat residu = banyaknya sampel = banyaknya predictor JK res n k c. Uji Indepedensi Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor, dilakukan dengan menguji ketergantungan antara dua faktor variabel dalam penelitian. Uji statistic yang digunakan adalah rumus product moment: rx1x2 = {n∑ X n∑ X 1 X 2 − ( ∑ X 1 )( ∑ X 2 ) 2 1 2 − ( ∑ X 1 ) n∑ X 2 − ( ∑ X 2 ) 2 }{ 2 } (Sudjana,2002: 369) Keterangan: rx1x2 X N = koefisien korelasi antara dua prediktor = jumlah skor prediktor = jumlah responden 2. Uji Hipotesis a. Pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson yakni sebagai berikut: r xy = n( ∑ XY ) −( ∑ X ∑Y ) (Suahrsimi Arikunto, 2002: 146) ( n ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 )( n ∑Y 2 − ( ∑Y ) 2 ) Keterangan: r xy = koefisien korelasi antara X dan Y ΣX = jumlah variabel bebas 38 ΣY ΣXY N 1) = jumlah variabel terikat = jumlah perkalian X dan Y = jumlah responden b. Pengujian hipotesisi ketiga menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan persamaan garis linier dengan rumus Y = a 0 + a1 x1 + a 2 x 2 ∧ (Sudjana, 2002: 348) 2) Menentukan koefisien korelasi ganda dengan rumus: R y (1, 2 ) = a1 ∑ x1 y + a 2 ∑ x 2 y ∑ y2 (Sutrisno Hadi, 2001: 25) Keteranagn RY (1, 2 ) = koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X 2 = koefisien prediktor X 1 = koefisien prediktor X 2 = jumlah produk antara X 1 dan Y = jumlah produk antara X 2 dan Y a1 a2 ∑ X 1Y ∑X 2Y 3) Menguji keberartian koefisien korelasi ganda dengan uji F: R2 / k F= (1 − R 2 ) /( n − k −1) (Sudjana, 2002: 385) Keterangan: F = koefisien korelasi ganda n k = banyaknya sampel = banyaknya prediktor = koefisien korelasi R2 39 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ahmadi Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. AM, Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT Rineka Cipta. Bell, Greader Margaret E. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali. Hadi, Soedomo. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta: UNS Press. 40 Hadi, Sitrisno. 2000. Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Harsanto, Radno. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis dan Kreatif. Jakarta: Grasindo. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Prijodarminto, Soegeng. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT Pradnya Paramito. Siswandari. 2002. Statistika Bagi Para Peneliti. Surakarta: UNS Press. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito. Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.