Menggunakan Teknik K-W-L dalam membaca buku "Kuliah Aqidah Islam" karya Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Judul buku: Kuliah Aqidah Islam Penulis: Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Penerbit: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Kota: Yogyakarta Tahun: 2006 Langkah I: Aqidah merupakan sesuatu yang ada dalam hati setiap manusia. Sesuatu yang mampu menggetarkan jiwa setelah kita mempunyai kemantapan iman dan taqwa dalam diri. Tanpa iman dan taqwa yang sudah tertanam dalam hati mustahil akan mempunyai aqidah yang sebagaimana mestinya. Aqidah juga memiliki fungsi untuk menahan kita dari perbuatan yang kurang baik. Di dalam aqidah akan terdapat rukun iman, seperti iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir serta taqdir dari Allah. Yang kesemuanya itu akan bersinergi menjadi kemantapan dalam keimanan kita sebagai makhluk Allah. Untuk memuliakan Allah, jangan pernah sekali-kali menyekutukan-Nya terhadap sesuatu hal apapun. Karena jika kita telah menyekutukan Allah, maka kita telah berbuat syirik. Ini termasuk dosa besar yang tidak bisa diampuni oleh Allah meskipun kita telah rajin beribadah. Jalan satu-satunya adalah meninggalkan keburukannya itu dan segera memperbaiki ketauhuitan kita agar tertanam bahwa hanya Allah lah Yang Esa, artinya hanya Allah yang patut disembah dan dimintai pertolongan. Sering kali sebagian dari kita tanpa sadar telah menjadi musyrik, mereka masih saja melakukan perbuatan yang tidak ada perintah dari Al-Qurâan maupun hadist, namun mereka masih saja mengimani kekuatan mistik, yaitu masih mengakui ada kekutan selain Allah yang ada di sekitar kita. Bukan hanya keimanan serta ketaqwaan kita yang harus kita miliki, namun ada satu hal lagi yang perlu kita pahami, yaitu ihsan. Ihsan merupakan ketika beribadah kepada Allah, seakan-akan Allah ada di hadapan kita. Kita akan menjadi takut akan setiap perbuatan kita dilihat oleh Allah dan kelak akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Ketiga komponen tersebut merupakan trilogi dalam islam. Tidak hanya kita perlu mengimani, manaati, tapi juga harus mengakui bahwa segala apa yang kita perbuat pasti akan dilihat Allah. Dan kita sepantasnya malu jika kita telah berbuat dosa. Dengan begitu aqidah yang kita miliki akan terasa mantap dan selalu berusaha menjadi pribadi yang baik. selamat dunia maupun akhirat. Langkah II: 1.     Pengertian-pengertian aqidah menurut ulama? 2.     Fungsi-fungsi aqidah? 3.     Ruang lingkup pembahasan aqidah? 4.     Tujuan aqidah? Langkah III:            Secara etimologis, aqidah berakar dari kata âaqada-yaâqidu-âaqdan-âaqidatan. âAqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi âaqidah berarti keyakinan. Jadi, aqidah bisa juga diartikan dengan keyakinan itu tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Ada beberapa definisi yang dikemukaan oleh beberapa ulama; yang pertama menurut Hasan al-Banna: aqidah merupakan beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan. Yang selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al-Jazairy: aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasar akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu diyakini di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.            Ada beberapa istilah yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu: Iman dan Tauhid, dan yang semakna dengan ilmu aqidah ada Ushuluddin, Ilmu Kalam, dan Fikih Akbar. iman mencakup dimensi hati, lisan, dan amal. Namun, apabila istilah iman dirangkaikan dengan amal shaleh, maka iman berarti âitiqad atau aqidah. Tauhid artinya mengesakan (menegaskan bahwa Allah adalah esa). Ajaran Tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah Tauhid.            Aqidah memunyai ruang lingkup pembahasan yang terdiri dari Ilahiyat, Nubuwat, Ruhaniyat, dan Sanâiyyat. Yang dimaksud dengan Ilahiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah. Nubuwat berarti pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasu, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, muâjizat, dll. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubunagn dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, roh, dll. Dan yang terakhir adalah samâiyyat yang merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat samâi (dalil naqli berupa Al-Qurâan dan Sunnah) seperti alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka, dll. Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa mengikuti sistematika yang biasa kita ketahui dengan rukun iman (arkanul iman) yaitu: Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi dan Rasul, Hari akhir serta taqdir Allah.            Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat.jika fondasinya lemah, maka bangunan itu akan cepat ambruk. Artinya tidak ada bangunan tanpa fondasi. Analogi tersebut menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermuâamalat dengan baik.ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT jika tidak dilandasi dengan aqidah. Seseorang tidaklah memiliki akhlak mulia jika tidak memiliki aqidah yang benar. Itulah alasan mengapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam dengan mudah bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan itu akan bertahan terus sampai akhir kiamat. Inspirasi dan motivasi dari buku âKuliah Aqidah Islamâ yang terkait tema ketaataan:            Setelah membaca buku karangan Yunahar Ilyas ini, saya merasa semakin paham dan mantap dalam hal aqidah. Saya memperoleh pemahaman baru yang sebelumnya tidak saya ketahui. Hal ini yang jarang sekali dipahami oleh sebagian orang, karena masih banyak orang di luar sana yang masih belum memiliki aqidah yang benar. Mereka hanya mengimani dalam lisan namun untuk diamalkan masih perlu dipertanyakan. Ini akan menjadi inspirasi untuk saya pribadi, sehingga diperlukan kerja cerdas, ikhlas serta keras untuk mamantapkan diri. Menaati segala perintah Allah adalah hal yang mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Kita sebagai manusia perlu untuk selalu berusaha mengajak orang di sekitar kita untuk meluruskan aqidah, sehingga tercipta masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari buku itu: kita sebagai manusia sadar bahwa betapa tidak berartinya diri kita di hadapan Allah, sebab yang membedakan kita di hadapan-Nya hanyalah ketaqwaan. Motivasi:            Melihat realitas yang ada di sekitar kita, tidaklah terlalu meremehkan bahwasanya negeri kita ini sedang mengalami fase krisis ketaatan. Bagaimana tidak, sebagai orang yang beragama terlebih orang Islam, tidaklah mungkin orang akan melakukan hal yang tidak sepatutnya tanpa didasari keimanan yang kuat dalam dirinya. Ketaatan adalah harga mati bagi kita yang masih (merasa) memiliki keyakinan dalam beragama (apapun agamanya). Ketaan perlu kita tumbuhkan sejak dini, tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan. Kita bisa menanamkan keyakinan itu dari sekarang. Mungkin kita sebagai mahasiswa PTN (Perguruan Tinggi Negeri) merasa sangat minim dalam hal pengetahuan agama, tidak ada mata kuliah yang dapat menambah wawasan agama. Paling di semester pertama kita memperoleh mata kuliah Agama. Itu pun belum cukup untuk dijadikan modal kita. Maka dari itu, sebaiknya kita mencari sendiri kegiatan di luar perkuliahan untuk mencari ilmu-ilmu agama yang sesuai dengan basic kita agar tidak terombang-ambing dari keyakinan yang kita yakini semula.