71904485-1-Pengukuran-Faktor-Abiotik

April 3, 2018 | Author: Anonymous | Category: Documents
Report this link


Description

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang hidup yang saling memengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat makhluk hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup disebut biotik yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Sedangkan lingkungan disebut abiotik, meliputi cahaya, tanah, air, dan udara. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari ekosistem. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan komponen biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Ekosistem berada di atas komunitas dalam hierarki kehidupan. Ekosistem merupakan kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas bergantung pada lingkungan abiotik (Zoer’aini, 2007). Mengapa pohon mangrove hanya dapat tumbuh di perairan payau sedangkan pohon pinus tidak dapat tumbuh di perairan payau? Untuk menjawab hal itu dan memahami peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi di alam ini kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor abiotik yang ada, hal ini dikarenakan faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap faktor biotik. Salah satu komponen abiotik di lingkungan yang penting adalah tanah, karena tanah merupakan tempat manusia, hewan, dan tumbuhan hidup, selain itu tanah berperan sebagai media tumbuh. Agar dapat menumbuhkan tanaman secara baik, maka kita harus memerhatikan kondisi tanah, yaitu memerhatikan faktor abiotik dari tanah, seperti kelembaban tanah, bobot isi tanah, pH tanah, kandungan organik dan anorganik (mineral) tanah. Kondisi tanah pun, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik tanah, intensitas cahaya dan temperatur udara pun memengaruhi kondisi tanah. Kandungan air dalam tanah pun memengaruhi tingkat kesuburan tanah. Untuk mengetahui faktor-faktor abiotik, kita harus melakukan pengukuran yang meliputi aspek fisika dan kimia dari lingkungan. Saat ini telah dikembangkan banyak sekali model alat yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur faktor-faktor abiotik. Agar pengukuran 1 yang didapatkan itu akurat, kita sebaiknya mengetahui kegunaan dan cara penggunaan alatalat pengukuran faktor abiotik. 1.2 Tujuan Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah: 1. Mengetahui sumber dan faktor abiotik 2. Mengetahui alat-alat pengukuran fisika dan kimia dari faktor abiotik, kegunaan beserta cara penggunaannya. 3. Mengetahui teknik sederhana untuk mempelajari faktor abiotik. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak hidup saling berinteraksi berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh memengaruhi satu sama lain yang merupakan suatu sistem. Dalam hal ini makhluk hidup lazim disebut dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotik dari asal kata a dan bi berarti tidak hidup (Zoer’aini, 2007). Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar makhluk hidup. Lingkungan bagi seorang manusia diantaranya faktor-faktor suhu, makanan, dan manusia lainnya. Suatu lingkungan tanaman bisa terdiri dari tanah, sinar matahari, dan binatang yang akan memakan tanaman. Lingkungan abiotik diantaranya adalah suhu, air, udara, dan sinar matahari. Lingkungan biotik diantaranya ganggang dan makanan. Keduanya biotik dan abiotik membentuk keselurahan lingkungan dari makhluk hidup maupun no hidup. Lingkungan abiotik dapat dilihat dari dua hal, yakni komponen atau sumber daya abiotik dan faktor abiotik. Sumber daya abiotik merupakan suatu lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organisme dan ketersediannya akan berkurang jika oleh organisme, misalnya air, udara, tanah, dan sebagainya (Odum, 1983). Faktor abiotik adalah jenis parameter abiotik selain sumber daya, misalnya suhu, pH, kadar air tanah, kelembaban air tanah, salinitas, dan sebagainya. Seringkali batasan atas sumber daya dan faktor abiotik menjadi kabur. Faktor abiotik tersebut menentukan keberadaan atau ketersediaan organisme di suatu habitat maka faktor tersebut disebut faktor pembatas yang menentukan distribusi dan sebaran suatu organisme. Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor abiotik yang sangat penting dalam mempengaruhi interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Sarwono, 2007). Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Disamping pencampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam 3 proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison (Sarwono, 2007). Ekosistem terestrial meliputi komponen biotik dan abiotik, faktor-faktor abiotik ini secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan diukur. Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O lemah. Faktor abiotik lainnya adalah iklim mikro. Iklim mikro adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer, meter atau bahkan centimeter, biasanya diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro memengaruhi bentuk permukaan yang meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi dan temperatur. Adanya pepohonan mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah. Tajuk pohon dan serasah mencegah jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah sehingga mencegah erosi, sedangkan humus memperbesar daya serap tanah terhadap air. Faktor Abiotik Terestrial: 1. Mikroklimat Mikroklimat adalah kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil, mikroklimat dapat menyebabkan adaya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban, dan intensitas cahaya. Suhu Udara Suhu udara berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup (Amin, 2007). Pengukuran suhu udara dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori. Sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan termometer. Kelembaban Udara Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap voleme udara tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum digunakan adalag 4 kelembaban udara relatif yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan. Alat yang digunanakan untuk mengukur kelembaban relatif adalah Sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer. Termomerter pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah termometer dilengkapi dengan kain yang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer tersebut, nilai kelembaba relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Intensitas Cahaya Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya memengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban, dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewna dan tumbuhan. Perubahan intensitas cahaya sangat memengaruhi kegidupan tumbuhan. Untuk dapat memperoleh energi bagi pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal. Dibandingkan tumbuhan, hewan relatif tidak membutuhkan energi matahari secara absolut (Amin, 2007). Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light meter atau Lux meter. 2. Tanah Tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Sarwono, 2007). Profil Tanah Profil tanah merupakan gambaaran tanah secara verikal. Profil tanah umumnya terdiri dari beberapa horison. Horison O terdiri dari material organik segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horison A atau topsoil mengandung material organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horison B atau zona penumpukan merupakan tempat terkumpulnya mineral dan humus akibat proses pencucian/pelindingan dari horison A. horison C berisi batuan Induk. Kandungan Air atau Kelembaban Tanah 5 Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang terkandung di dalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah. Kandungan Organik dan Anorganik (mineral) total Tanah Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas tanah. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan. Bahan organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan biota tanah. Bahan mineral melalui bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air, tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori ini akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Bahan organik merupakan sumber energi, karbon, dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik), sehingga keberadaan BOT (Bahan Organik Tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung BOT tersebut (Kemas, 2007). pH Tanah pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi, dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsusr-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Tanah berkeasaman tinggi (pH rendah) mengandung kation-kation besi dan aluminium bebas dalam takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Poewowidodo, 1992). Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester, dan kertas pH universal. Suhu Tanah Suhu tanah merupakan suatun ukuran intensitas panas. Suhu ini berpengaruh langsung pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein (Poewowidodo,1992). Pengukuran suhu tanah dapat dilakukan dengan alat Weksler, dimana termometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing, 6 antara logam dengan termometer terdapat serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas logam runcing tadi. Pengukuran suhu juga dapat menggunakan termometer udara biasa, namun harus dilakukan dengan hati-hati. Tekstur Tanah Tekstur adalah proporsi relatif dari partikel untama pembentuk tanah, yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Jenis partikel utama tanah dibedakan berdasarkan ukurannya:    Pasir ukuran partikel > 0,05 mm Debu ukuran partikel antara 0,002 – 0,05 mm Liat ukuran partikel 1< 0,002 mm Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika maupun sifat kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horisontal, persentase sistem kapiler, dan kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang teksturnya tidak sama. Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat tergantung pada tekturnya ini. Bobot Isi (bulk density) Bobot isi adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan dengan volumenya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Sarwono, 2007). Nilai bobot isi bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah. Cara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler (cincin pencuplik). Alat ini berupa silinder tanpa alas dan tutup dengan tinggi dan diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan pencuplikan. Purositas Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan halus. Poripori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air atau kapiler udara (Poewowidodo, 2007). Total porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7 gcm-1. pada tanah yang tidak atau sedikit mengandung zat organik, kepadatan 7 partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik sedang 2,65 gcm-1 , dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Praktikum Ekologi dengan judul Pengukuran “Faktor Lingkungan Abiotik Terestrial” dilaksanakan pada tanggal 15-18 Maret 2011, di dalam dan di taman sekitar Laboratorium Pusat Terpadu, UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain peralatan tulis, penggaris, lux meter, sling psychrometer, termometer, soil tester, core sampler, dan beberapa alat lainnya yang menunjang kelancaran praktikum. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades dan tanah. 3.3 Cara Kerja Persiapan yang dilakukan sebelum praktikum adalah mempersiapkan alat-alat yang diperlukan. Kemudian dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi intensitas cahaya, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, suhu tanah, bobot isi, kandungan organik dan anorganik total tanah. - Pengukuran intensitas cahaya Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dengan cara penggunaan: 1) ditekan tombol on/off untuk menyalakan alat, 2) sebelum digunakan, dilakukan kalibrasi yang (tergantung tipe alat) terlebih dahulu dengan cara: dibiarkan sensor cahaya tetap tertutup kemudian dipilih range pengukuran melalui tombol “range switch”, setelah itu ditekan tombol “zero” sehingga layar menunjukkan nilai 0, penutup sensor cahaya kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran, 3) pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya yang akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya adalah bacaan yang tertera pada layar. 8 - Pengukuran kelembaban udara Sling psychrometer digunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif, dengan cara penggunaan: 1) dengan aquades dibasahi kain yang terdapat pada salah satu bagian termometer, 2) diputar sling selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh, 3) dibaca hasil pengukuran pada kedua termometer sebagai suhu kering dan suhu basah, 4) dimasukkan nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah dan suhu kering tersebut kedalam tabel, 5) dicatat nilai kelembaban relatif yang terdapat dalam tabel. - Pengukuran kelembaban dan pH tanah Soil tester digunakan untuk megukur kelembaban dan pH tanah, dengan cara penggunaannya adalah dengan cara menancapkan keseluruhan sensor (probe) dari soil tester ke dalam tanah. Untuk pengukuran kelembaban tanah, tombol yang berada di bagian atas soil tester ditekan selama kurang lebih 1 menit kemudian dibaca kelembaban tanahnya. Sedangkan untuk penguuran pH tanah, tombol pada soil tester tidak perlu ditekan, hanya tunggu sektar 3 menit kemudian dibaca pH tanah. - Pengukuran suhu tanah Termomete udara biasa dapat pula digunakan untuk mengukur suhu tanah dengan cara penggunaan: 1) dibuat lubang pada tanah berdiamater sama dengan termometer, 2) dimasukkan termometer ke dalam lubang tersebut, 3) dibiarkan termometer berada di tanah selama kurang lebih 15 menit sebelum suhunya dicatat. - Pengukuran bobot isi Core sampler merupakan alat yang digunakan dalam pencuplikan tanah. Pencuplikan tanah dan pengukuran bobot isi dilakukan dengan cara: 1) dibersihkan permukaan tanah dari rumput dan serasah, 2) core sampler diletakkan di atas tanah , duat lingkaran dengan pusat sama dengan core sampler dan jari-jarinya dua kali jari-jari core sampler, 3) dibuat lubang pada lingkaran tersebut mengelilingi core sampler sedalam 10 cm, 4) core sampler iletakkan dengan hati-hatidan tetap dalam posisi vertikal. 5) Tanah di sebelah bawah core sampler dipotong dengan sekop atau pisau , 6) diratatakan tanah sejajar mulut core sampler dengan pisau tipis atau benang nilon, 7) disimpan dalam kotak agar tanah tidak hancur, 8) diukur tinggi tanah di dalam core sampler, 9) ditimbang berat bersih dengan timbangan analitik, 10) dioven pada suhu 105 oC selama 48 jam, 11) ditimbang berat kering dengan timbangan analitik. 9 - Pengukuran kandungan air tanah (kelembaban tanah) 1) 10 gr tanah dimasukkan ke dalam cawan porselen, 2) dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 oC selama 24 jam, 3) ditimbang berat kering dari tanah dengan timbangan analitik, 4) dilakukan penimbangan kandungan air. - Pengukuran kandungan organik dan anorganik tanah 1) tanah yang sudah kering ditimbang 5 gr, 2) dimasukkan ke dalam cawan porselen yang diketahui beratnya, 3) dilakukan pengabuan degan memasukkan tanah tersebut ke dalam oven bersuhu 900 oC. 3.4 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan perhitungan secara matematis untuk kandungan air tanah, kandungan organik dan anorganik tanah, bulk density, total porositas, dengan rumus: - Kandungan air tanah (%) = berat segar tanah – berat kering tanah x 100 % berat segar tanah - Kandungan organik tanah (%) = berat kering tanah – berat abu tanah x 100 % berat kering tanah - Kandungan anorganik tanah (%) = berat abu tanah x 100 % berat kering tanah - Bulk density = berat kering tanah volme core sampler - Total porositas (%) = 1 – [ bulk density ] x 100 % particle density Sedangkan untuk intensitas cahaya, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, dan suhu tanah dapat dilihat langsung saat praktikum, tidak ada perhitungan matematis untuk mendapatkan hasilnya. 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan faktor abiotik di kawasan UIN Syarif Hidayatullah dilakukan di dalam dan di taman samping Laboratorium Pusat Terpadu, UIN Syarif Hidayatlullah Jakarta. Faktor-faktor abiotik yang diamati adalah intensitas cahaya, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah, suhu tanah, kandungan air tanah, kandungan organik tanah, kandungan anorganik tanah, bobot isi tanah, dan porositas tanah. 4.1 Intensitas Cahaya dan Temperatur Cahaya Hasil pengamatan intensitas cahaya di taman sekitar laboratorium didapati 3 nilai yang berbeda karena dilakukan 3 kali pengujian menggunakan Lux meter. Intensitas cahaya rata-rata yang didapati sebesar 25.333 lux dengan temperatur cahaya 31 oC. Adanya perbedaan intensitas cahaya walau dalam waktu yang tidak berbeda jauh dan di tempat yang sama disebabkan dikarenakan adanya pergerakan awan yang dapat menutup dan membuka sumber cahaya (matahari), namun perbedaan intensitas cahayanya pun tidak jauh berbeda. Intensitas cahaya dan temperatur cahaya memiliki hubungan berbanding lurus, yang artinya semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima maka temperatur cahaya yang dihasilkan pun akan semakin tinggi. Intensitas cahaya dan temperatur cahaya yang cukup tinggi yang didapati dalam pengamatan disebabkan oleh wilayah yang kami gunakan sebagai tempat pengamatan merupakan tempat yang tidak ditutupi oleh naungan pohon, sehingga cahaya matahari yang jatuh tidak terhalang apapun. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari, kemungkinan pada siang hari intensitas cahaya dan temperatur cahaya pun akan bertambah tinggi. 4.2 Kelembaban Udara Dari hasil pengamatan dan perhitungan serta pencocokan dengan tabel, didapati bahwa kelembaban udara relatif di taman sekitar Laboratorium adalah 57%. 11 Kelembaban udara relatif yang kecil ini disebabkan oleh perbandingan suhu kering dan basah yang kecil pula. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu kering dan basah yang diterima maka kelembaban udara relatif yang dihasilkan pun akan semakin meningkat. Selain itu, kelembaban udara relatif yang rendah ini dikarenakan oleh intensitas cahaya dan temperatur cahaya yang cukup tinggi. Karena, semakin tinggi intensitas cahaya dan temperatur cahaya otomatis menyebabkan kadar air yang terdapat di udara menjadi rendah yang mengakibatkan kelembaban udara relatif yang rendah pula. 4.3 Kelembaban tanah Dari hasil pengamatan didapati kelembaban tanah sebesar 1,5. Kelembaban tanah ini cukup rendah mengingat bahwa intensitas cahaya yang masuk ke dalam tanah cukup tinggi. Selain itu, kandungan air yang terdapat di dalam tanah pun rendah. Hal ini tentunya berpengaruh pada kelembaban tanah. 4.4 pH tanah pH tanah di taman sekitar Laboratorium sebesar 7 (netral). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya aktivitas pemupukan tanah yang berlebihan di taman sekitar Laboratorium. Karena, pemupukan yang berlebihan itu dapat menyebabkan perubahan pH tanah oleh unsurunsur organik maupun anorganik yang terkandung di dalam pupuk. Pupuk anorganik dapat memberikan unsur hara yang cepat, namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan tanah, salah satunya yaitu perubahan pH. Hal ini pun berlaku pada unsur-unsur organik, selain memberikan dampak positif, unsur-unsur organik pun dapat menyebabkan dampak negatif. pH tanah yang netral ini ternyata merupakan tempat yang baik pertumbuhan rumput gajah. Karena rumput gajah tampak tumbuh baik di wilayah tersebut. Karena, pH tanah memengaruhi pertumbuhan tanaman, jika tidak cocok dengan pH tanah di tempatnya berada, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan baik bahkan ada pula yang mati. 4.5 Suhu tanah Suhu tanah yang didapati di wilayah taman sekitar Laboratorium dengan menggunakan termometer udara adalah sebesar 27 oC. Tampak adanya perbedaan antara suhu udara dan suhu tanah, karena sebelumnya diketahui bahwa suhu udara adalah 31 oC. Hal ini dapat dikarenakan oleh, intensitas cahaya yang terdapat di udara tidak masuk semua ke dalam 12 tanah, selain itu karena adanya air yang terdapat di dalam tanah sehingga menyebabkan suhuya tidak lebih tinggi dari suhu udara. 4.6 Kandungan air tanah Dari hasil pengamatan dan perhitungan, didapati kandungan organik tanah di taman sekitar Laboratorium sebesar 31,126%. Kandungan air tanah yang rendah ini disebabkan intensitas cahaya dan temperatur cahaya yang tinggi. Dimana hal ini menyebabkan terjadinya penguapan air dari tanah ke udara yang menyebabkan kandungan air tanah pun berkurang. Selain itu tidak adanya aktivitas penyiraman secara berkala di taman sekitar Laboratorium menyebabkan tanah kekurangan air. 4.7 Kandungan organik dan anorganik (mineral) tanah Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapati kandungan organik tanah dan kandungan anorganik tanah di taman sekitar Laboratorium masing-masing sebesar 13,556% dan 86,444%. Kandungan organik tanah yang rendah ini disebabkan tidak adanya aktivitas pemupukan (pupuk kandang dan kompos), karena pupuk mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan oleh kesuburan tanah. Selain itu, kurangnya proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas tanah, dikarenakan di sekitar wilayah yang kami teliti tidak terdapat pohon berdaun lebat, dimana daun tersebut dapat menjadi bahan hara tanah (bahan organik). Akan tetapi, kandungan organik yang rendah ini dapat diterima oleh rumput gajah yang tumbuh baik di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan rumput gajah merupakan tanaman yang dapat hidup tanpa persyaratan yang tinggi. Kandungan anorganik dalam tanah yang besar ini dapat disebabkan oleh kemungkinan adanya aktivitas pemupukan dengan pupuk buatan yang mengandung unsurunsur anorganik. Selain itu, terdapatnya batuan-batuan di dalam tanah tersebut menyebabkan kandungan anorganik tanah cukup tinggi karena adanya pelapukan batuan yang mengandung unsur-unsur anorganik. Akan tetapi tingginya kandungan anorganik tanah ini tidak menghambat pertumbuhan rumput gajah. Hal ini dikarenakan rumput gajah merupakan tanaman yang dapat mentolerir kandungan anorganik. 4.8 Bobot Isi 13 Dari hasil pengamatan dan perhitungan, bobot isi tanah di taman sekitar Laboratorium sebesar 1,122 gr/cm3. Besarnya nilai bobot isi tanah ini bergantung oleh kandungan air yang terdapat di dalam tanah. Semakin tinggi kandungan air di dalam tanah, maka bobot isinya semakin besar. Nilai bobot isi tanah pun bergantung pada pemadatan, komposisi bahan botani penyusunnya, tingkat dekomposisi, serta kandungan mineral saat pengambilan sampel. Jika begitu, wajar saja jika bobot isi tanah di taman sekitar Laboratorium besar, hal ini disebabkan oleh struktur tanah tersebut yang padat (kurangnya pori-pori udara) dan tidak adanya aktivitas penyiraman yang menyediakan air bagi tanah . 4.9 Porositas Total porositas tanah di taman sekitar Laboratorium hasil pengamatan dan perhitungan sebesar 56,66%. Nilai porositas ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Kandungan organik yang rendah (hasil pengamatan dan perhitungan sebelumnya), struktur tanah yang berupa tanah liat, dan tekstur tanah yang merupakan gumpalan-gumpalan tanah liat yang begitu padat menyebabkan nilai porositas tanah cukup rendah. Wajar jika rumput mampu tumbuh dengan baik di tanah yang porositasnya cukup rendah, hal ini dikarenakan strukturnya akarnya yang serabut, kecil, dan panjang. Struktur akar yang seperti ini mampu mencari celah dalam padatnya tanah untuk mencari air dan unsur hara. 14 BAB V KESIMPULAN Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya, dengan cara penggunaan diletakkanya sensor Lux meter ke arah datangnya cahaya matahari. Kelembaban udara relatif diukur dengan menggunakan Sling psychrometer, dengan cara membandingkan suhu kering dan basah. Pengukuran kelembaban dan pH tanah menggunakan Soil tester yang ditancapkan secara hati-hati ke dalam tanah. Termometer udara dapat pula digunakan untuk mengukur suhu tanah, dengan cara ditancapkan termometer selama beberapa menit di dalam tanah. Selain dengan menggunakan Soil tester, kelembaban tanah/kandungan air tanah dapat dicari dengan perhitungan matematis, yaitu berat sear tanah dikurangi berat kering tanah dibagi kemudian dibagi berat segar tanah lalu dikali seratus persen. Kandungan organik tanah dihitung menggunakan rumus matematis, yaitu berat kering tanah dikurangi berat abu tanah kemudian dibagi berat kering tanah dan dikali seratus persen. Kandungan anorganik tanah dihitung menggunakan rumus matematis, yaitu berat abu tanah dibagi berat kering tanah kemuudian dikali seratus persen. Bobot isi dicari mula-mula dengan proses pencuplikan tanah menggunakan core sampler, kemudian dihitung denganrumus matematis yaitu, berat kering tanah dibagi volume core sampler. Porositas dihitung dengan perhitungan matematis yaitu, satu dikurangi bulk density yang dibagi particle density, lalu dikali seratus persen. Komponen abiotik adalah segala sesutu yang tidak bernyawa seperti air, tanah, udara, suhu, kelembaban, dan cahaya. Komponen abiotik sangat berpengaruh akan keberlangsungan komponen biotik. Tanah merupakan merupakan komponen yang penting karena tanah ditempati oleh komponen biotik. Temperatur udara merupakan komponen penting yang memepengaruhi aktivitas komponen biotik. Intensitas cahaya berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan sebagai produsen. Air juga sangat dibutuhkan oleh komponen biotik, karena air merupakan pelarut dalam sitoplasma dan menjaga sel dari kekeringan. 15 DAFTAR PUSTAKA Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hardjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo. Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan ingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Leksono, Amin. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Jatim: Bayumedia Publishing. Poewowidodo, Poewowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung: Angkasa. Muslihat, Lili. 2003. Teknik Pengukuran Bobot Isi Tanah Gambut di Lapangan dn di Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8 No. 2. Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing. United States America. Widiastuti., Tohari., Endang. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Miro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot . Ilmu Pertanian Vol. 11 No.2. 16 LAMPIRAN Data Mentah: Intensitas cahaya 24000 lux + 26500 lux + 25.500 lux = 25.333 lux 3 Kelembaban udara Suhu basah = 25 oC Suhu kering = 32 oC Kandungan air tanah Kandungan air tanah (%) = berat segar tanah – berat kering tanah x 100 % berat segar tanah = 10,0000 gr – 6,8874 gr x 100 % 10,0000 gr = 31,126 % Kandungan organik dan anorganik (mineral) tanah Kandungan organik tanah (%) = berat kering tanah – berat abu tanah x 100 % berat kering tanah = 5,0000 gr – 4,3222 gr x 100 % 5,0000 gr = 13, 556 % Kandungan anorganik tanah (%) = berat abu tanah x 100 % berat kering tanah 17 Selisih suhu : (32-25) oC = 7 oC Kelembaban udara di tabel : 57 % = 4,3222 gr x 100 % 5 gr = 86,444 % Bobot Isi Bulk density = berat kering tanah volme core sampler = 129,3848 gr 115,3024 cm3 = 1,122 gr/cm3 Porositas Total porositas (%) = 1 – [ bulk density ] x 100 % particle density = 1 – [ 1,122 gr/cm3] x 100 % 2,65 gcm-1 = 57,66 % *Volume core sampler = v r2 t = 3,14 x (2,71 cm) 2 x 5 cm = 115,3024 cm3 18


Comments

Copyright © 2024 UPDOCS Inc.